Wednesday, March 23, 2011

Terkoyakkah Selaput Dara Saya?

Tanya:
Dok, saya seorang ibu rumah tangga. Waktu belum menikah, saya sudah melakukan hubungan badan dengan calon suami, tapi hanya di luar saja. Ketika sudah menikah, pada malam pertama tidak ada darah yang keluar. Apakah dengan melakukan hubungan badan di luar vagina dapat menyebabkan terkoyaknya selaput dara?
Thanks dokter.
Ibu Ani
Jawab:
Dear Ibu Ani, sebelumnya kami ucapkan terimakasih atas perhatian dan kepercayaannya kepada kami.
Sebenarnya, malam pertama “biasanya” berdarah adalah mitos menyesatkan yang sudah terlalu dipercaya oleh masyarakat kita. Realitanya, hubungan seks di malam pertama tidak harus selalu mengeluarkan darah. Hal ini tergantung banyak faktor, seperti:
1. Elastisitas selaput dara.
2. Teknik atau posisi di dalam melakukan persetubuhan.
3. Banyak sedikitnya jumlah pembuluh darah di sekitar selaput dara.
4. Faktor emosi dan perasaan kedua pasangan juga amat berperan.
5. Kedalaman penis dalam melakukan penetrasi.
6. Kesiapan vagina menerima penis.
7. Proses lubrikasi (pelumasan) saat berlangsungnya hubungan seksual.
Melakukan hubungan badan di luar vagina jelas TIDAK dapat menyebabkan terkoyaknya selaput dara. Selaput dara akan berpotensi untuk terkoyak bila ada “sesuatu” yang masuk menerobos begitu saja.
Meskipun demikian, aktivitas petting alias melakukan hubungan badan meskipun hanya di luarnya saja (misalnya hanya dengan menggesek-gesekkan) sangat tidak dianjurkan, terlebih bila dilakukan sebelum menikah. Hal ini sangat terkait dengan aspek etika dan agama tentunya.
Perlu Ibu ketahui, sebagian besar masyarakat Indonesia akan memiliki image (citra) negatif terhadap wanita yang diketahui (juga diprasangkai) pernah melakukan petting, terlebih lagi bila dilakukan sebelum menikah.
Dari sisi medis, mengutip pendapat dr. Boyke, aktivitas seksual (terutama saat berpacaran) biasanya menganut rumus KNPI, yaitu: Kissing, Necking, Petting, Intercourse.
Berikut ini penjelasan kami:
1. Kissing: “hanya” sebatas berciuman atau aktivitas menjilat, mulai dari mulut, bibir, lidah, dan semua variasinya.
2. Necking: mulai “merayap” dan “bergerilya” turun ke leher, telinga, hingga payudara atau sekitar dada (“sekda”).
3. Petting: sudah sampai menanggalkan pakaian, setengah bugil (melepas celdam, BH), atau masih berpakaian lengkap, buka paha tinggi-tinggi (alias “bupati”), sebatas “hanya” menggesek-gesek, memegang-megang,meraba-raba, memasukkan jari ke vagina, dsb.
4. Intercourse: melakukan persetubuhan, ditandai oleh penetrasi (masuknya) penis ke vagina atau ke anus (yang ini merupakan penyimpangan seksual).
Aktivitas yang Ibu lakukan saat belum menikah ini amat berisiko berlanjut ke Intercourse alias berhubungan seksual dalam arti yang sebenarnya. Sebisa mungkin sih… sebelum menikah, jangan pernah melakukan aktivitas yang membuat pria tergoda untuk “berbuat lebih jauh”. Ingatlah, Allah Maha Melihat dan Mencatat semua yang telah Ibu lakukan.
Selain itu, aktivitas ini (petting) akan membuat Ibu terus “ketagihan”, sebab selama melakukan ini, endorfin akan terus diproduksi. Endorfin ini akan membuat Ibu merasa dalam zona nyaman. Bukan tidak mungkin, meskipun telah menikah, Ibu juga akan ketagihan lagi melakukan hal ini, dengan siapapun. Sebab “sensasi” atau “tantangan”nya jelas berbeda. Alih-alih menjadi “Ibu rumah TANGGA”, maka bisa jadi Ibu malah berperan ganda, yakni juga menjadi “Ibu rumah TETANGGA”. Idiiih….amit-amit…..
Hari gini selingkuh? Apa kata dunia? He he he….
Oh iya… Bagaimana perasaan Ibu kalau puteri atau saudari kandung Ibu juga melakukan hal yang pernah Ibu lakukan? Atau bahkan Ibu memergoki sendiri atau melihat puteri Ibu melakukan hal yang sama, yang dulu pernah Ibu lakukan?
Nah, hal inilah yang terkadang dilupakan oleh banyak orang tua. Mereka hanya suka memvonis atau menyalahkan anaknya yang terjerumus di dalam pergaulan bebas, pembangkang, tidak mau menuruti perintah orang tua, tanpa pernah mau introspeksi atau mawas diri.
Maaf, kami hanya berusaha untuk mengingatkan di dalam kebenaran serta kebaikan, dan tidak ada maksud sedikitpun untuk menyalahkan atau menggurui Ibu.
Semoga Allah senantiasa menjaga kita semua dari perbuatan tercela. Demikian. Semoga bermanfaat.
Salam SEHAT dan SUKSES selalu!!!
dr. Dito Anurogo
Konsultan Kesehatan Netsains.com

0 comments:

Post a Comment

Adds

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More