Monday, March 21, 2011

Mekanisme Resistensi Terhadap Agen Antifungal

Candida ditemukan secara normal di dalam saluran pencernaan, saluran pernafasan bagian atas, dan mukosa genital pada mamalia (Brown, et al, 2005). Tetapi populasi candida yang meningkat dapat menimbulkan gangguan. Diantara spesies Candida yang diketahui sering menimbulkan penyakit pada manusia adalah Candida albicans.
Mikroorganisme ini termasuk dalam kelompok jamur yang memiliki patogenitas yang menyebabkan infeksi. C. albicans merupakan jamur yang dapat pula menyerang jaringan luar seperti kuku, kulit, dan mukosa. C.albicans dapat pula ditemukan pada jaringan atau organ bagian dalam, sehingga menyebabkan vulvavaginistis, candiuria pada urin, gastrointestinal candidiasis yang dapat berkembang menjadi komplikasi kanker. Infeksi Candida juga sering menyebabkan komplikasi yang fatal pada kasus transplantasi organ, seperti pemasangan katup jantung yang memungkinkan terkontaminasi oleh mikroorganisme (Ramage G, et al, 2001).
Kemampuan suatu mikroorganisme untuk mempengaruhi lingkungan di antaranya tergantung pada kemampuannya untuk membentuk suatu komunitas. C. albicans membentuk komunitas dengan membentuk asosiasi koloni yang disebut dengan biofilm (Nabile dan Mitchell, 2005). Biofilm adalah komunitas mikroba yang tertata dimana organisme tersebut terikat pada permukaan dan menjadi tertanam dalam matriks polimer ekstraseluler yang dihasilkan oleh selnya (Nett et al, 2007). Biofilm melindungi mikroba dari respon imun sel inang dan zat antimikroba. Matriks biofilm dapat menghambat penetrasi antibiotika. Membunuh bakteri dalam biofilm akan membutuhkan 1000 kali dosis antibiotika yang diperlukan untuk mencapai hasil yang sama dalam suspensi sel (Hetrick, Shin, Paul, and Schoenfisch. 2009).
Sebagian besar infeksi mikroba pada manusia melibatkan biofilm. Biofilm mikroba berkembang ketika organisme menempel ke permukaan dan memproduksi polimer ekstraseluler yang menghasilkan matriks struktural dan memfasilitasi adesi lebih lanjut. Dumitru et al. (2007) melaporkan bahwa biofilm C. albicans sangat resisten terhadap delapan senyawa antifungal diantaranya, fluconazole, ketokonazole, amphotericin B, clotrimazole, miconazole, zaragozic acid B, terbinafine, dan cerulenin dalam kondisi pertumbuhan anaerob, sedangkan Candra et al. (2001) melaporkan  C. albicans yang tumbuh dalam biofilm menunjukkan resistensi terhadap chlorhexidine, amphotericin B, flukonazole dan  nistatin. Percobaan biofilm C. albicans secara in vitro pada kepingan polivinil klorida terbukti lebih resisten 30 hingga 2 ribu kali terhadap fluconazole, amphotericin B, flucytosine, itraconazole dan ketoconazole dibandingkan C. albicans dalam keadaan sel bebas (Kojic, Erna M., dan Darouiche, Rabih O. 2004).
Beberapa antibiotika berperan dalam memberikan resistensi bakteri tersebut. Aminoglycoside sebagai salah satu antibiotika yang ternyata menginduksi pembentukan biofilm bakteri (Martinez et al., 2006). Penggunaan nistatin jangka panjang juga dapat dapat menimbulkan perubahan keseimbangan flora normal dari bakteri nonpatogen. Bakteri tersebut dapat tumbuh melebihi keadaan normal sehingga menjadi pathogen (Sylviningrum, Arjadi, dan Candrawati. 2007).
Douglas (2005) melaporkan susunan matriks polimer biofilm, utamanya merupakan eksopoisakarida dan mayoritas bermuatan negative. Nett et al. (2007) melaporkan bahwa dinding sel C. albicans tersusun atas karbohidrat 80 – 90% yang sebagian besar berupa β-1,3 dan β-1,6 glukan 50 – 60%, mannoprotein 30 – 40%, dan kitin 0.6 – 9%. Disamping terdapat pada dinding sel, β-1,3 glukan merupakan penyusun utama matriks ekstraseluler yang mengelilingi biofilm. β-1,3 glukan berperan menurunkan penetrasi antimikroba ke dalam sitoplasma sel dan meningkatkan resistensi biofilm terhadap antibiotika dan antifungal.
Beberapa protein pada dinding sel C. albicans telah berhasil diisolasi dan diidentifikasi sebagai biomarker serologi terhadap keberadaan antibodi    C. albicans dalam darah inang yang terinfeksi systemic candidiasis (SC). Protein tersebut antara lain Bgl2 adalah enzim β – 1,3 – Glukosidase sedang Eno1, adalah enzim 2 – Phosphoglycerate dehydrogenase (Pitarch, A, et al, 2006). Gen bgl2 dan eno1 merupakan penyusun dinding sel C. albicans yang berperan dalam proses invasi dan adesi pada dinding sel inang. Protein dinding sel ini berperan dalam proses perubahan morfologi pembentukan biofilm.

0 comments:

Post a Comment

Adds

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More