Thursday, December 29, 2011

Business Intelligence, Solusi Berbisnis Secara Cerdas

Persaingan dalam dunia bisnis kian hari kian ketat. Layaknya sebuah pertandingan, datangnya pemain baru mendorong pemain lama untuk melakukan sebuah strategi mengalahkan musuh. Bisnis yang dinyatakan sebagai pemenang adalah yang mampu menyediakan produk atau layanan yang sesuai dengan kebutuhan pelanggannya yang seringkali berubah-ubah. Untuk itu dalam menjalankan bisnis, perusahaan dituntut untuk cerdas menentukan strategi bisnis.
Kesalahan dalam menentukan strategi akan berdampak pada tersingkirnya perusahaan oleh pesaing lain yang lebih unggul. Dalam hal menentukan strategi bisnis dibutuhkan suatu dukungan terhadap tersedianya informasi yang akurat dan cepat. Informasi tersebut dimanfaatkan oleh perusahaan untuk menghasilkan proyeksi bisnis untuk kemudian dianalisa lebih lanjut agar hasilnya dapat dipahami dan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Artinya keputusan bisnis yang tepat tergantung dari pengetahuan yang didapatkan dari hasil analisis data kegiatan suatu perusahaan. Pengumpulan data historis dan analisis yang dilakukan secara manual tentu akan membutuhkan waktu lama.
Kini dengan memanfaatkan kemajuan Teknologi Informasi (TI), keputusan dapat dilakukan dengan cepat, tepat sasaran, efisien dan mampu mendorong perusahaan untuk lebih baik. Sistem apa yang mampu mengatasi hal tersebut?
Jawabannya adalah Business Intelligence atau yang disingkat BI merupakan solusi TI guna menyajikan data-data kegiatan bisnis sehingga memudahkan dalam menganalisa dan membuat keputusan secara bijak berdasarkan informasi yang akurat[1]. Business Intelligence muncul pertama kali pada tahun 1989 dan diperkenalkan oleh Howard Dresner dari lembaga riset Gartner Group.
Menurutnya, Business Intelligence adalah rangkaian aplikasi dan teknologi untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan menyuguhkan akses data untuk membantu petinggi perusahaan (management executive) dalam pengambilan keputusan[2]. BI mampu memberikan keunggulan kompetitif (competitive advantage) untuk perusahaan melalui pemanfaatan data-data, informasi, dan pengetahuan (knowledge) yang dimiliki oleh perusahaan tersebut sebagai bahan baku dalam proses pengambilan keputusan[3]. BI juga menjanjikan kemampuannya untuk menentukan apa yang diinginkan oleh pelanggan, produk dan pasar. Melihat dari kemampuannya, BI akan membantu sekali dalam bisnis dengan keputusan yang cerdas.
BI merupakan sistem dasar bagi hampir seluruh kondisi yang melibatkan pembuatan keputusan bisnis dan strategi[2]. Namun menurut pendapat saya, bukan berarti BI menjadi objek utama pembuat keputusan dalam bisnis. Akan tetapi keputusan mutlak tetap ada di pihak manajemen. BI hanya digunakan sebagai pendukung dalam memberikan pengetahuan untuk proses mengambil keputusan. Jadi BI secara tidak langsung membantu perusahaan untuk tetap bertahan dalam menghadapi situasi yang penuh tantangan seperti turunnya pendapatan, berkurangnya jumlah pengunjung, merosotnya transaksi penjualan, dan sebagainya. Pada prinsipnya, para manajerlah yang mengambil keputusan terbaik berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh dari BI.
Keunggulan BI dibandingkan sistem komputer lainnya adalah kemampuan mengidentifikasi solusi dengan menyediakan informasi yang relevan dan mudah digabungkan dengan pengambilan keputusan serta mampu beradaptasi dengan perubahan[1]. Menurut saya, dengan didukung oleh struktur implementasi BI yang baik, perusahaan dapat beradaptasi dengan cerdas untuk memberikan penawaran yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. BI juga sering dikaitkan dengan upaya memaksimalkan kinerja suatu perusahaan. BI mampu menilai kinerja bisnis dari berbagai macam sudut padang (multidimensi) sehingga informasi mengenai kinerja bisnis dapat dilakukan dari aspek dan periode kapanpun. Meskipun rumit karena data yang dipakai begitu banyak, akan tetapi hasilnya adalah sebuah analisis yang mendalam dan dari sudut pandang yang lebih luas. Hal ini sangat dibutuhkan baik oleh perusahaan tingkat apapun dan industri apapun untuk tetap unggul dalam persaingan yang makin ketat.
Secara sederhana, BI bekerja dengan cara mengumpulkan data-data operasional perusahaan dari berbagai macam sumber seperti Customer Relationship Management (CRM), Supply Chain Management (SCM), dan Enterprise Resource Planning (ERP), atau data sumber lainnya. Sumber data tersebut kemudian mengalami proses yang disebut ETL (extract, transform, loading) yaitu dari sumber data dipilih data-data matang, diseragamkan (distandartkan), digabung ke dalam satu database tunggal kemudian dimuat di dalam data warehouse. Selanjutnya di dalam data warehouse terbentuk tabel-tabel fakta dan dimensi. Tabel fakta adalah yang berisikan nilai yang nantinya akan dilaporkan, sedangkan tabel dimensi akan menjadi paramater dari ukuran tersebut. Perpaduan tabel fakta dan dimensi akan membentuk sebuah cube. Cube akan mendefinisikan ukuran (measure) dan dari cube ini akan dilakukan analisa dari berbagai perspektif yang kemudian disebut OLAP (Online Analytical Processing) dan hasilnya dalam bentuk laporan dan query analitik. Selanjutnya, hasil tersebut dapat divisualisasikan ke dalam berbagai media yang diperlukan[4]. Saat ini sudah banyak perusahaan TI yang mengeluarkan aplikasi Business Intelligence untuk kalangan korporat seperti Microsoft, IBM, Oracle, SAP, SAS dan lainnya. Namun, ada pula aplikasi BI open source diantaranya Pentaho, YALE, SpagoBI, OpenI, Palo dan Talend[5]. Aplikasi tersebut juga mendukung berbagai bentuk visualisasi hasil analisa termasuk yang saat ini sedang populer yaitu dashboard. Dashboard berisi komponen-komponen grafis yang dapat membantu manajemen dalam memantau performa bisnisnya.
Cukup hanya melihat layar dashboard dalam hitungan detik sudah dapat diketahui indikator yang bermasalah dan segera melakukan keputusan penyelesaian agar masalah tidak semakin besar. Menurut pendapat saya, menggunakan dashboard lebih menguntungkan karena dashboard lebih cepat mengkomunikasikan informasi yang penting melalui penyajian data dalam bentuk visualisasi dan mudah digunakan. Namun tidak menutup kemungkinan bentuk aplikasi BI lain juga mampu membantu meningkatkan performa bisnis seperti portal, alerts, data mining aplication, dan yang lainnya.
Sampai saat ini, BI cukup banyak diadopsi oleh pelaku bisnis baik di luar maupun di Indonesia. Meskipun investasi untuk menerapkan BI di perusahaan tidaklah sedikit akan tetapi melihat hasil dan keuntungan yang didapatkan akan sangat membantu bisnis untuk tetap bertahan di masa mendatang. Namun perusahaan tetap harus waspada dengan menggunakan aplikasi BI sesuai dengan kapasitasnya. Jika tidak, investasi tersebut akan terbuang sia-sia. Maka hal yang paling utama sebelum mengimplementasikan BI di perusahaan adalah perusahaan tersebut harus memiliki strategi bisnis yang terdefinisi dengan baik. Dengan begitu strategi BI dengan bisnis dapat berjalan dengan selaras sehingga mampu membawa bisnis mencapai tujuannya.
Semoga tulisan ini dapat memberikan sedikit wawasan bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk dapat berbisnis cerdas dengan BI.
Referensi :
[1] http://blog.simetri.co.id/?p=5
[2] http://stevan777.wordpress.com/2008/01/03/paper-business-intelligence
[3] http://www.metrodata.co.id/news/shownews.asp?id=580&cat=8
[4] http://sqlserver-indo.org/blogs/rachmat_hariyanto/archive/2009/02/23/sekilas-tentang-business-intelligence.aspx
[5] http://jsinurat.blog.friendster.com/2007/11/business-intelligence-bi

from netsains.com
read more

Laboratorium Visi

Bukan Kaki  Kita yang Menggerakkan  Kita Tapi Pikiran Kita
(Pepatah Cina Kuno)
Seorang teman dari Jerman pernah mengatakan kepada saya bahwa orang Jerman memegang sebuah pepatah tentang tiga hal: pertama, apabila seseorang kehilangan hartanya, ia tidak kehilangan apa-apa dari hidupnya. Kedua, apabila seseorang kehilangan kesehatannya, ia kehilangan separuh dari hidupnya. Dan ketiga, apabila seseorang kehilangan karakternya, ia kehilangan seluruh dari hidupnya.
Belajar dari pepatah tersebut, tanpa kita sadari Tuhan  sedang membawa kita kedalam proses pembentukkan karakter, oleh karena itu melalui tempaan pengalaman hidup permasalahan sebenarnya hanya waktu untuk menunggu sampai karakter kita terbentuk. Dalam tempaan hidup ini tanpa kita sadari kita telah belajar tentang banyak hal, mulai dari kesabaran, kelemah lembutan, penguasaan diri dan ketaatan, hingga tata nilai positif lainnya. Tentunya keberhasilan melalui semuanya itu tidak terlepas dari mimpi atau harapan yang inigin kita capai, inilah yang kita kenal sebagai visi. Visi membuat kita mempunyai motivasi dan tidak mudah kecewa, sedangkan pembentukan karakter mempersiapkan kita untuk melayani lebih baik bila visi kita itu tercapai.
Bagi seseorang, visi seperti tonggak nun jauh di horison yang mendorong kita untuk terus berlari tahap demi tahap hingga mencapainya. Visi menantang kita untuk hidup pada saat ini sejalan dengan visi tersebut. Visi, dengan demikian, dapat menjadi daya dorong yang kuat untuk hidup lebih bijaksana, lebih tekun, tertib dan mau bekerja keras. Seorang raja yang arif pernah mengatakan, “Kalau tidak memiliki visi, kita akan hidup secara liar.” Visi adalah sesuatu yang berharga menuntut komitmen dan pengorbanan. Pertanyaannya: Bersediakah kita terus mengejar visi kita – berapapun harganya? Pada titik itu kita akan menyadari bahwa bukan lagi kita yang membentuk visi tersebut, namun visi itulah yang akan membentuk kehidupan kita.
Dinamika Pola pikir
Sebagaimana kita ketahui bersama, pola pikir seseorang akan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya. Secara khusus Jhon Naisbit dalam bukunya Mindset (2007) menyebutkan “Di tatanan makro, ada orang-orang yang memiliki pola pikir bahwa dunia ini sedang berada dalam periode “ benturan peradaban”, dan mereka melihat segalanya dalam benturan peradaban. Sebagian lainnya, melihat dunia dalam bingkai pola pikir periode pikir ekonomi panjang  determinisme ekonomi dunia. Berbeda-beda tergantung pola pikir kita. Hasilnya: kesimpulan yang berbeda pula. Intinya ada pada bagaimana kita menerima informasi. Itulah kuncinya”
Dari keterangan Naisbit kita dapat memperoleh kesimpulan bahwa pemikiran seseorang akan sangat dipengaruhi bagaimana cara ia berfikir dan menerima informasi. Ada banyak orang/tokoh yang berhasil karena fikirannya tidak dipengaruhi oleh cara berfikir orang-orang pada masanya atau lingkungannya.  Contohnya Albert Einstein, awalnya saat belajar fisika di Polytechnikum, Zurich. Disertasinya ditolak, satu-satunya lulusan diangkatannya yang ditolak mendapatkan pekerjaan akademis. Menurut dosennya ia pintar tapi tidak cukup mendengarkan orang lain. Lewat usaha yang keras, akhirnya di awal tahun 1902, ia diterima sebagai guru sekolah di
Schauffhausen dan diterima sebagai penguji hak paten di Bern. Dalam masa pengasingan, pada tahun 1905 Einstein menulis surat kepada temannya pakar matematika Conrand Habicht, temannya guru sekolah di Schauffhausen. Kepada temannya, Conrand Habicht ia meminta agar temannya mengirim disertasinya, sebagai balasannya ia akan mengirim 4 makalah.  Makalah pertama berhubungan dengan sinar radiasi dan sifat-sifat energi cahaya, (kedua) penentuan ukuran atom yang sebenarnya, (ketiga) tentang ukuran massa 1/1000 mm. keempat tentang hukum elektrodinamika. Setiap tahunnya Einstein  mengirim  makalah.  Pada  saat  ia  mengirim  rumus E = MC², ia mengatakan “kira-kira apakah Tuhan akan tertawa, pasalnya ia secara bercanda sedang membuatku tersesat”. Akhirnya dengan rumus ini Einsten berhasil dikenang namanya hingga saat ini.
Mengapa Albert Einstein berhasil?  Mindset!, ia bebas berimajinasi menghubungkan titik-titik yang orang lihat tidak memiliki hubungan serta bersedia untuk dikejutkan oleh hasil apapun yang muncul. Ia fokus pada substansi, bukan ego. Einstein memiliki  mindset yang benar-benar original dan tidak terpengaruh. Dari sini lahir ide- ide besar yang mengguncang dunia.
Kisah lainnya adalah Isacc Newton, terlahir dalam kamar sempit tanpa mengenal seorang ayah. Pada masa kecilnya ia termasuk orang yang was-was, kesepian dan tersisihkan. Sebagai remaja Newton muda belum tahu berbuat apa atau melakukan apa, tetapi ia jelas tidak ingin mengembalakan domba atau membajak sawah. Sebuah pekerjaan yang lazin di dikerjakan pada saat itu. Pada tahun 1661 ia di terima di Cambridge University. Pada saat itu universitas Cambridge mengelompokkan mahasiswanya dalam tiga  kategori yakni (1)  Noblemen; mahasiswa kaya yang bisa memperoleh gelar tanpa ujian yang sulit. (2)  Pensioners: mahasiswa yang bertujuan untuk bekerja pada gereja dan (3)  Sizars: mahasiswa yang memperoleh fasilitas dengan cara melayani mahasiswa lainnya, megerjakan pekerjaan rumah tangga, menunggu mereka saat makan dan makan makanan yang tersisa. Newton masuk kategori subsizar. Newton merasakan belajar sebagai bentuk obsesi; tujuan mulia; pelayanan kepada Tuhan dan sekaligus hal yang membanggakan. Tiga hal yang menarik hatinya adalah Uang, Belajar dan Kesenangan. Namun pada kenyataannya tidak banyak uang dan kesenangan yang ia miliki. Walupun begitu
Newton belajar dengan keras, ia tidak terpengaruh dengan kondisi yang ada. Ia membaca karya Aristoteles yakni Organon dan Nicomachean Ethics, mempelajari tentang gerak, membaca karya ilmuwan dan filosof perancis yakni Rene Descartes dan Astronom Italia yakni Galileo Galilei. melalui proses perenungan yang panjang dan berfikir ulang Newton banyak sekali menghasilkan karya baru dan merubah paradigma lama dan sangat berpengaruh bagi kemajuan manusia, bahkan Albert Einsten menuliskan komentarnya di Smithsonian Annual Report tahun 1927 terhadap peringatan 200 tahun kematian Isacc Newton: “  arti penting prestasi newton bukan hanya terletak pada peletakan basis yang logis bagi mekanika, lebih dari itu menjadi dasar program bagi semua penelitian teoritis dibidang fisika”.Pelajaran apa yang bisa kita tarik? Newton berhasil juga karena merubah mindsetnya. Ia tidak puas hanya menjadi ordinary man  pada saat itu yakni mengembalakan domba atau membajak sawah. Ia punya cita-cita besar.
Dalam semua kisah keberhasilan ini, dapat kita tangkap bahwa dinamika pola pikir turut membentuk visi, mentalitas dan karakter seseorang dalam menjalani hidup. Seseorang yang berhasil adalah mereka yang dapat memunculkan ketiga hal tersebut dalam tindakan. Kemampuan inilah yang diidentifikasikan oleh Prof. Zainuddin Maliki sebagai “resilent behavior”, perilaku yang melekat beserta nilai yang diyakini dalam sikap dan tindakan.
Pentingnya Sebuah Visi
Seseorang yang hidup dengan tujuan, atau dengan kata lain dia memimpin dirinya sendiri dengan baik adalah orang yang memiliki Visi, Mentalitas dan Karakter. Semua itu merupakan sesuatu yang dibentuk dan saling berhubungan satu sama lainnya. Seseorang akan dianggap benar-benar jujur dengan visi hidupnya apabila visi itu termanifestasi dalam karakternya. Kita ambil contoh seorang mahasiswa yang mengatakan dirinya anti-korupsi tapi sering memakai sandal milik teman kosnya tanpa izin, meminjam buku tanpa niat untuk mengembalikan (bahkan menghilangkannya), dan tidak mengerjakan ujian semester dengan jujur. Dan lebih jauh, manusia hidup di dunia, semuanya pasti ingin bahagia. Namun bahagia yang seperti apa, terkadang sebagian dari mereka tidak tahu. Sebuah organisasi dalam menjalankan aktivitasnya, tidak akan tercapai dan sukses tanpa adanya visi. Begini, visi itu adalah pandangan ke depan. Mau melakukan apapun itu, harus ada visi. Ibarat kamu mau ke sekolah, memakai jalur A. Maka, jangan sekali – kali beralih ke yang lain guna mencapai ke sekolah.
Visi bukan kata bijak para filsuf, bukan pula kalimat rumit yang harus dirumuskan. Ia hanyalah media/alat ukur bagi sebuah individu atau kelompok, untuk mencapai tujuan tertentu. Bagaimana kaitannya dengan mental individu ? jika seorang anak berbuat nakal, berbuat onar terhadap temannya. Orang tua akan meluruskan tindakan anak tersebut, begitu pun manusia dalam menjalani hidup. Dia akan berbuat dan bertindak sesuai visi yang dibuat. Artinya, individu atau kelompok itu. Tidak akan terjerumus hidupnya, karena telah memiliki visi masing – masing. Visi dibuat bisa kapan saja. Tak peduli umur, status sosial, tingkat pendidikan dan lain – lain. Seperti kata Jusuf Kalla“lebih cepat , lebih baik”. Cara membuat visi tidak perlu rumit memikirkannya, cukup dengan beberapa langkah : Kamu ingin dikenal sebagai apa ?, Tentukan apa yang menjadi keahlianmu, carilah pendukungnya dan mulailah membentuk visi. Dan terkait dengan itu semua, satu sisi yang sangat penting Anda sikapi dalam memegang teguh prinsip hidup Anda yaitu visi hidup yang didasarkan atas prinsip-prinsip kebenaran.
Proses aksi, reaksi dan refleksi haruslah benar-benar dilaksanakan oleh seorang pribadi. Kegiatan yang melalui proses perenungan yang panjang dan berfikir ulang atas semua yang terjadi. Sebab, ibarat sebagai sebuah laboratorium, kehidupan memberikan peluang yang luar biasa besar bagi setiap orang untuk menjadi apa yang ingin dicapainya. Pengalaman hidup pada hakikatnya hanyalah deposito kekayaan yang seharusnya menambahkan kebijaksanaan seseorang sebagai seorang manusia. Modal inilah yang terpenting disaat seseorang harus mengasah pola pikirnya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sehingga ia mampu menjadi sosok ideal sebagaimana dia inginkan. Diakhir tulisan ini saya ingin mengutip pepatah Jepang tentang visi, untuk sekedar mengingatkan kita semua bahwa visi tanpa tindakan adalah mimpi disiang bolong dan tindakan tanpa visi adalah mimpi buruk. Biarlah visi kita terealisasi oleh tindakan kita, dan biarlah tindakan kita dipimpin oleh visi kita. Keberhasilan kita dimasa mendatang, sangatlah dipengaruhi oleh “Apa yang kita pikirkan hari ini”.

From netsains.com
read more

Minyak dan Energi Lain Masih Cukup Menghidupi Dunia

kekiri atau kekanan ?
Krisis minyak atau krisis energi barangkali benar-benar akan terjadi tetapi tidak akan membuat dunia ini kiamat atau kepunahan manusia, yang mungkin akan terjadi adalah “pergeseran cara berpikir manusia“  untuk lebih inovatif dan kreatif dalam penghematan dan pemanfaatan energi. Negara maju saat ini adalah negara boros energi, tapi nanti negara majulah yang paling sedikit kebutuhan energi perkapitanya. Barangkali itulah “survival of the fittest“nya Darwin !

Apakah Indonesia mesti berhemat dari sekarang ? JANGAN BURU-BURU ! Indonesia masih harus maju dulu, perlu memberikann listrik ke seluruh rakyat supaya memiliki daya juang dan daya saing, terutama ketika dunia nanti mulai berlomba menguasai ilmu dan teknologi. Posisi kita saat masih memanfaatkan energi untuk hidup dan bertahan.

Peak oil yg mulai dianggap sebagai mitos

Peak Oil Production (Wikipedia) yg mulai diragukan.
Mungkin anda pernah membaca atau melihat grafik peak oil yg sangat terkenal yg juga dikenal sebagai Hubbert Peak. Ya, grafik itu cukup jeli menggambarkan bagaimana sebuah cara memprediksi bahwa minyak suatu saat akan habis dan yang lebih ditakutkan adalah habis dengan penurunan yang sangat tajam. Penurunan tajam ini mungkin akan membuat dunia kacau balau karena sangat mungkin terjadi perebutan energi dunia dan tentusaja ujungnya peperangan.
Skenario perebutan ini mungkin saja secara diam-diam mungkin dipersiapkan oleh beberapa negara yang haus energi, karena kalau saja terjadi pastilah dunia akan berantakan. Sekali lagi nafsu manusia akan sangat berperan dalam setiap perebutan.
Namun adakah skenario lainnya ? barangkali saja akan terjadi dunia akan tetap damai, walaupun diselingi keributan kecil antara negara yang hanya berupa pergolakan lokal atau mungkin regional.
Yang cukup menarik dari Peak Oil ini adalah bahwa metode ini sepertinya berlaku untuk sesuatu yang sudah diketahui. Atau secara intrinsik mengandung perkiraan berdasarkan atas past history, berdasarkan sejarah penemuan dan produksi dimasa lalu. Tentusaja tidak masuk pemikiran inovasi, kreatifitas, ide serta pemikiran-pemikiran baru yang tidak terpikirkan sebelumnya.
Apakah ada inovasi serta sesuatu yang belum kita ketahui ? Sebagai contoh, penemuan minyak di Brasil dimana ditemukan minyak dibawah kubah garam, pemanfaatan oil shale di Bakken, juga kalau di Indonesia penemuan-penemuan minyak dibawah lapangan tua di Cepu. Itu merupakan beberapa contoh bahwa di otak explorationist masih ada yang dapat diperas. Hal-hal baru ini tentusaja tidak atau belum masuk dalam perumusan perkiraan produksi dari metode Hubbert Peak.

Penurunan produksi tahun 1980an

Adanya penurunan produksi pada awal tahun 1980an terjadi didunia bahkan di Indonesia. Fakta ini menunjukkan bahwa kalau memang berniat dan mau, dunia ini masih akan hidup dengan lengang ketika mengurangi produksi minyak. Artinya berkurangnya produksi minyak tidak akan mematikan, bukan sebuah kiamat, bahkan terlihat laju peningkatan produksinya dapat direm menjadi landai. Ada satu pembelajaran yang telah terjadi hingga memasuki abad XXI ini.

Tata nilai dunia sudah bukan barbar

Memang kalau kita melihat sejarah dimana jaman dahulu setiap kali terjadi perebutan sumberdaya alam ataupun sumber makanan selalu didahului dengan peperangan. Namun dunia saat ini sudah jauh berbeda dengan jaman dahulu. Di Indonesia saja tata nilai untuk bernegara sudah mengalami perubahan yang sangat dahsyat dengan adanya proses reformasi yang harus dibayar mahal.
Dengan demikian kita tidak dapat dengan serta merta menggunakan kejadian masa lampau akan terulang dengan begitu saja di dunia ini. Perang dunia semestinya bukan lagi menjadi sumber ketakutan dan kekhawatiran. Justru sangat diharapkan kebersamaan manusia di dunia akan menjadikan kesejahteraan akan meningkat.

Bagaimana posisi Indonesia dalam pemanfaatan energi ?

Gambar dibawah ini menunjukkan bagaiaman hubungan antara GDP (perkapita) atau pendapatan perkapita di setiap negara, dibandingkan dengan penggunaan energinya (efisiensinya).
Indonesia saat ini harusnya mengikuti garis kuning. Efisiensi khususnya untuk negeri maju (high productive).
Dengan mudah kita melihat bahwa Indonesia berada dibawah dalam soal produktifitas. Pendapatan perkapita kita rendah. Walaupun masuk dalam G20, itu hanyalah dalam sekala total seluruh negara, namun karena jumlah penduduk di Indonesia ini sangat buanyak maka angka GDP perkapitanya menjadi sangat rendah, atau produktifitasnya rendah.

Lantas Indonesia harus bagaimana ?

Kalau melihat pola negara-negara yg digambarkan bulet dan lonjong, terlihat bahwa negara-negara ini mengikuti sebuah pola dimana meningkatkan produksi lebih tinggi kelasnya ketimbang dalam kelas efisiensi. Negara super hebat semestinya memiliki produktifitas yang tinggi dan efisiensi juga tinggi, didalamnya ada Austria, Switzerland dan Hongkong. Nah, terlihat pada kenyataannya negara-negara yag memiliki produktifitas tinggi yang tercermin pada GDP perkapita tinggi ini namun efisiensinya rendah.
Lingkar kuning yang memperlihatkan Indonesia ini menunjukkan bahwa Indonesia semestinya mengarah dalam peningkatan produktifitas, bukan mengutamakan efisiensi. Ini hanya skala prioritas, bukan berarti mengabaikan penghematan energi. Artinya pakailah energi sesukamu tetapi dipakai untuk hal-hal yang produktif.

Tugas pemerintah Indonesia dan ESDM

Memang dengan mudah kita melihat bahwa tugas pemerintah Indonesia saat ini terutama dalam bidang ESDM adalah menyediakan energi untuk rakyatnya. Karena penyediaan energi di dalam negeri ini akan memberikan dampak positip lebih banyak ketimbang berusaha menghemat.
Untuk negri-negeri yang sudah memiliki GDP perkapita tinggi tentunya akan lebih mudah melakukan efisiensi dan menghemat, dan mereka akan survive dengan penghematan energi. Tentunya cara global ini tidak harus diikuti Indonesia dengan begitu saja, karena posisi kita berbeda dengan mereka.

From netsains.com
read more

Jangan Anak Tirikan Membaca dan Menulis

“Kecintaan membaca buku dalam bidang apapun, secara awal ditumbuhkan melalui kecintaan membaca karya sastra. Demikianlah pembibitan awal kebiasaan membaca dilakukan di seluruh dunia yan beradab. Latihan menulis yang terus menerus dapat mengantarkan siswa menulis karya sastra, kalau dia berminat, tetapi kalau tidak, dia akan memiliki kemampuan menulis secara umum”
“Dia akan menjadi insan yang cinta sampai adiksi buku, merasa perpustakaan sebagai rumahnya yang kedua, dan mampu menulis dalam bidang profesinya masing-masing. Bila kelak dia menjadi arsitek, pelaku bisnis, guru, spesialis bedah, kepala direktorat, pakar agronomi, komandan resimen, wartawan, pilot antar benua, ibu rumah tangga dan seterusnya, maka dia adalah profesional yang rujukan utamanya buku bacaan dan mampu menulis dalam spesialisasinya masing-masing”
Demikianlah tujuan utama Taufiq Ismail mendirikan RUMAH PUISI-nya (http://rumahpuisi.com/tentang-rumah-puisi/tujuan-rumah-puisi) Apa yang dicita-citakan Taufik Ismail bukan pertama-tama menjadikan siswa penyair atau sastrawan. Menurutnya, itu bukan yang terpenting. Peningkatan budaya baca buku dan kemampuan menulis anak bangsa, itu yang menjadi tujuan utama.
Apa yang dimulai Taufik Ismail sangat tepat dan dengan tepat pula menjawab persoalan substansial dilema pendidikan bahasa dan sastra di tanah air. Mengapa tidak, pendidikan bahasa dan sastra tidak hanya ‘di-anaktiri-kan’ dalam proses pendidikan, tetapi juga kelaziman (budaya) membaca dan menulis yang merupakan elemen vital pendidikan nyaris hilang diterjang oleh kepadatan kurikulum, kegiatan sekolah yang menumpuk, fasilitas perpustakaan yang tidak memadai, serta minimnya kehadiran guru atau tenaga pengajar yang mumpuni dalam bidangnya.
Jika pun ada kegiatan membaca dan menulis dalam proses pendidikan, baik di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, maupun Sekolah Menengah Atas, kegiatan tersebut tidak dimaksudkan untuk membaca dan menulis itu sendiri. Kegiatan membaca dan menulis hanya diwajibkan untuk mendukung berbagai pelajaran yang lain. Membacan dan menulis dengan demikian diletakkan sebagai faktor sekunder dalam proses pendidikan. Tidak lebih.
Padahal kegiatan membaca dan menulis adalah kegiatan inteketual yang tidak semudah dan atau tidak segampang dilakukan dan dilazimkan selama ini. Sebab sejatinya membaca tidak hanya sekedar membaca teks, tetapi juga menyertakan penafsiran atasnya. Membaca berarti kita berdialog dengan teks. Demikian juga dengan kegiatan menulis. Menulis tidak hanya menulis seperti dimintai guru untuk kepentingan angka dan nilai atau tugas tertetu, tetapi melampaui itu adalah menuliskan refleksi dan analisis kritis atas teks dan konteks. Menulis dalam artian ini berarti kita menyatakan hasil dialog dan refleksi atas teks dan konteks dalam tulisan.
Bagiku fakta ini –pembiasaan tidak membaca dan menulis yang sesungguhnya- amat meresahkan. Pendidikan yang mengabaikan kegiatan membaca dan menulis sebagai sebagai sebuah kegiatan intelektual dalam sekolah sudah barang tentu akan membentuk pribadi yang miskin analisis kritis dan eksplorasi akademik. Pun pula miskin berimajinasi (jika ditelisik dari sudut padang sastra).
Berbagai fenomena yang muncul dalam dunia pendidikan semisal menyontek, copy paste karangan, tulisan atau skripsi dilakukan oleh peserta didik, serta tindakan plagiat yang dilakukan oleh individu yang disebut akademisi merupakan dampak buruk dari proses pendidikan yang mengabaikan hakikat kegiatan membaca dan menulis dalam proses pendidikan.
Tulisan kecil ini tidak dimaksudkan untuk meng-kritik para pembuat kebijakan dan juga para pelaku pendidikan. Tulisan ini dimaksudkan untuk mengajukan tawaran evaluatif untuk kita semua. Bahwa kegiatan membaca dan menulis adalah kegiatan vital dalam pendidikan, lantaran itu harus mendapat tempat  yang istimewa dalam kurikulum pendidikan kita.
Jika tidak, maka sudah barangtentu kita masih akan terjebak dalam proses awal sebagaimana dilakukan Taufik Ismail dengan RUMAH PUISI-nya. Padahal sudah separuh abad lebih kita merdeka dan bisa menetukan nasib sendiri secara bebas. Lantas, kapan kita bisa ‘naik kelas’ untuk menjadi bangsa yang produktif karena karya-karya tulis yang hebat, jika hingga kini kita masih berkutat dengan ‘sosialisasi’ membaca dan menulis agar menjadi kebiasaan, budaya dan tradisi yang sehat?
http://krisbheda.wordpress.com/ dan atau http://krisbheda.wordpress.com/2010/10/11/jangan-anaktiri-kan-membaca-dan-menulis/
read more

Arti Name Server dalam Dunia Komputer



Arti name server dalam dunia komputer adalah sebuah program atau komputer server yang mengimplementasikan nama layanan sebuah
protokol . Ini peta untuk manusia lebih mengenal sistem internal, identifikasi numerik, atau penangaan komponen.
ns1 & ns 2 Jenis yang paling menonjol dari name server dalam operasi hari ini adalah name server dari Domain Name System (DNS), salah satu dari dua pokok ruang nama dari internet . Fungsi yang paling penting dari server DNS adalah terjemahan (resolusi) dari memori manusiawi dari nama domain dan nama host ke yang sesuai numerik alamat Internet Protocol (IP), Internet utama yang kedua ruang nama yangdigunakan untuk mengidentifikasi dan menemukan sistem komputer dan sumber daya pada Internet.
Arti Name Server dari DNS
Arti Name Server dari DNS (Domain Name System) Internet mempertahankan dua ruang nama utama, hirarki nama domain dan sistem alamat Internet Protocol (IP). Domain Name System mempertahankan ruang nama domain dan menyediakan layanan terjemahan antara dua ruang nama. Internet server nama mengimplementasikan Domain Name System. Sebuah server nama DNSadalah server yang menyimpan catatan DNS , seperti alamat (A, aaaa) catatan, nama server (NS) catatan, dan mail exchanger (MX) record untuk nama domain (lihat juga Daftar jenis catatan DNS ) dan merespon dengan jawaban atas query terhadap database-nya. Hirarki atas Sistem NamaDomain Internet dilayani oleh root server nama dipelihara oleh delegasi oleh Internet untuk Corporation Ditugaskan Nama dan Nomor (ICANN).
Arti Name Server Resmi
Arti name server resmi otoritatif adalah server nama yang memberikan jawaban dalam menanggapi pertanyaan yang diajukan tentang nama-nama dalam zona . Server nama otoritatif-satunya hanya mengembalikan jawaban atas pertanyaan tentang nama domain yang telah dikonfigurasi secara khusus oleh administrator. Nama server juga dapat dikonfigurasi untuk memberikan jawaban otoritatif untuk beberapa zona queries, sementara bertindak sebagai server nama caching untuk semua zona lainnya. Sebuah nama server otoritatif dapat menjadi server master atau server budak. Sebuah server master untuk zona adalah server yang menyimpan versi definitif dari semua catatan dalam zona itu. Sebuah server budak untuk zona menggunakan mekanisme update otomatis untuk menjaga salinan  identik dari catatan master. Contoh mekanisme tersebut termasuk transfer zona DNS dan protokol transfer
file. DNS menyediakan mekanisme dimana master untuk zona dapat memberitahu semua budak yang dikenal untuk zona bahwa ketika isi dari zona tersebut telah berubah. Isi zona baik secara manual dikonfigurasi oleh administrator, atau dikelola menggunakan Dynamic DNS. Source : http://en.wikipedia.org/wiki/Name_server * Arti Name Server .
Sumber : www.belajaropensource.com
read more

Perhatikan Cara “BAB” dan Feces Anda!

Pernahkah anda memperhatikan posisi BAB dan feces anda? Salah posisi, jongkok atau duduk dapat berakibat pada kesehatan anda. Demikian pula dengan feces yang anda keluarkan, bila anda perhatikan dapat memberikan informasi penting mengenai kondisi kesehatan anda. Menurut ahli feces manusia dari Jepang feces yang sehat adalah diameter 3 sentimeter, warna kuning emas atau cokelat, halus tetapi tidak terlalu halus seperti lumpur.
Buang Air Besar (BAB) atau defekasi atau poop adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan mahkluk hidup. Dalam kondisi normal, manusia dapat melakukan buang air besar beberapa kali dalam satu hari atau satu kali dalam beberapa hari.
Posisi dan perilaku saat buang air besar tergantung dari masing-masing kebudayaan yang berlaku atau kebiasaan masing-masing orang. Pada beberapa daerah seperti Asia Timur, pedesaan Timur Tengah, dan beberapa daerah di Eropa Selatan terbiasa melakukannya dengan posisi jongkok. Sementara di kebanyakan dunia Barat dengan posisi duduk.
Pada beberapa kebudayaan, setelah membuang air besar, bagian anus dan bokong dibersihkan dengan kertas toilet atau kertas tisu, dan mungkin bahan lainnya seperti dedaunan. Ada pula yang membersihkannya dengan basuhan air.
Mana yang lebih sehat toilet duduk atau toilet jongkok? Toilet duduk identik dengan sanitasi pembuangan kotoran yang tepat dan menurunkan penyakit yang terkait dengan diare. Dari sisi kesehatan toilet duduk sangat baik digunakan pada orang yang telah mengalami penurunan fleksibilitas dan kekuatan otot, kelebihan berat badan serta orang yang keseimbangannya buruk dan juga mencegah kontak langsung dengan bau dan kutu saat tersambung ke limbah saniter yang tepat.
Salah satu peneliti pernah mengungkapkan bahwa toilet duduk sangat bagus untuk mencegah wasir, mengurangi tekanan yang diperlukan saat buang air besar serta mengobati sembelit. Kerugian dari toilet duduk diduga bisa menjadi tempat penyebaran bakteri atau virus yang dapat menginfeksi manusia seperti dermatitis atau iritasi kulit.
Bagi anda pengguan toilet jongkok janngan khawatir karena sisi positip orang yang menggunakan toilet jongkok lebih baik dalam hal mengembangkan otot kaki dan punggung. Toilet jongkok juga memberikan keuntungan mencegah kontak langsung antara permukaan toilet dengan tubuh, hal ini bisa mencegah penularan berbagai penyakit atau infeksi.
Kerugian dari toilet ini adalah tidak bisa digunakan oleh semua kalangan, terutama orangtua, orang cacat atau obesitas karena akan menimbulkan rasa tak nyaman. Selain itu toilet jongkok diduga bisa memicu timbulnya artritis dan meningkatkan tekanan pada lutut. Tapi hal ini bisa dicegah dengan meletakkan sepenuhnya kedua telapak kaki di lantai dan postur tubuh yang tepat.
Proses BAB
Sederhanakah proses BAB? Sepertinnya gampang dan sederhana, tetapi prosesnya bukan sesederhana apa yang kita bayangkan. Diperlukan gerakan peristaltis dari otot-otot dinding usus besar menggerakkan tinja dari saluran pencernaan menuju ke rektum. Pada rektum terdapat bagian yang membesar (disebut ampulla) yang menjadi tempat penampungan tinja sementara.
Otot-otot pada dinding rektum yang dipengaruhi oleh sistem saraf sekitarnya dapat membuat suatu rangsangan untuk mengeluarkan tinja keluar tubuh. Jika tindakan pembuangan terus ditahan atau dihambat maka tinja dapat kembali ke usus besar yang menyebabkan air pada tinja kembali diserap, dan tinja menjadi sangat padat. Jika buang air besar tidak dapat dilakukan untuk masa yang agak lama dan tinja terus mengeras, konstipasi dapat terjadi.
Sementara, bila ada infeksi bakteri atau virus di usus maka secara refleks usus akan mempercepat laju tinja sehingga penyerapan air sedikit. Akibatnya, tinja menjadi lebih encer sehingga perut terasa mulas dan dapat terjadi pembuangan secara tanpa diduga. Keadaan demikian disebut dengan diare.
Ketika rektum telah penuh, tekanan di dalam rektum akan terus meningkat dan menyebabkan rangsangan untuk buang air besar. Tinja akan didorong menuju ke saluran anus. Otot sphinkter pada anus akan membuka lubang anus untuk mengeluarkan tinja.
Selama buang air besar, otot dada, diafragma, otot dinding abdomen, dan diafragma pelvis menekan saluran cerna. Pernapasan juga akan terhenti sementara ketika paru-paru menekan diafragma dada ke bawah untuk memberi tekanan. Tekanan darah meningkat dan darah yang dipompa menuju jantung meninggi
Dadang Gusyana, Information Officers,IndonesiaBiotechnology Information Centre (IndoBIC). Alumus Biologi, UNPAD
read more

Sehatkah Feses Anda?

Feces atau tinja adalah “produk” yang dikeluarkan pada saat BAB. Pernahkan anda perhatikan? Jangan hanya anggap feces sebagai sesuatu yang kotor dan harus segera dibuang. Feces merupakan sisa dari isi perut ini (bowel movements) dapat memberikan informasi penting pada dokter mengenai apa yang terjadi ketika anak mengalami masalah di perut, usus, atau di bagian lain dari sistem pencernaan.
Tinja atau feses atau dalam bahasa kasarnya disebut tahi adalah produk buangan saluran pencernaan hewan yang dikeluarkan melalui anus atau kloaka. Pada manusia, proses pembuangan kotoran dapat terjadi (bergantung pada individu dan kondisi) antara sekali setiap satu atau dua hari hingga beberapa kali dalam sehari. Pengerasan tinja atau feses dapat menyebabkan meningkatnya waktu dan menurunnya frekuensi buang air besar antara pengeluarannya atau pembuangannya disebut dengan konstipasi atau sembelit. Dan sebaliknya, bila pengerasan tinja atau feses terganggu, menyebabkan menurunnya waktu dan meningkatnya frekwensi buang air besar disebut dengan diare atau mencret.
Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan senyawa seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan juga gas hidrogen sulfida. Asupan makanan berupa rempah-rempah dapat menambah bau khas feses atau tinja. Terdapat juga beberapa produk komersial yang dapat mengurangi bau feses atau tinja.
Sehatkah Feces Anda?
Saat proses BAB, feces dikeluarkan  melalui anus dengan kandungan rata-rata 75% air, and 25% material padat, tetapi presentase ini bervariasi pada setiap individu dan lama simpan feces tersebut didalam tubuh. Feces dapat mengandung bakteri yang telah mati (yang membantu pada saat pencernaan, serat (yang tidak dapat dicerna secara sempurna), protein, garam, lemak dan substansi yang dikeluarkan dari hati dan usus.
Rata-rata manusia dewasa menghasilkan 100 sampai 250 gram dari hasil pencernaan harian secara normal dengan konsumsi makanan berat satu hingga dua mangkuk nasi dalam sehari. Umur, jenis makanan, kebiasaan BAB, frekeunsi BAB secara alami merefleksikan tingkat kesehatan kita.
Pada dasarnya, feces sangat erat berkaitan dengan makanan yang kita konsumsi. Ketika kita banyak mengkonsumsi sayuran sebagian feces kita akan berwarna hijau tua, jika mengkonsumsi lebih banyak daging maka akan memberikan warna yang lebih gelap, cokelat sampai hitam. Berbagai macam obat dan terapi pengobatan dapat merubah tekstur dan warna feces.
Menurut ahli feces manusia dari Jepang, kita dapat mengdiagnosa kondisi kesehatan dari warna, bau dan tekstur feces.  Menurut beliau feces yang sehat adalah diameter 3 sentimeter, warna kuning emas atau cokelat, halus tetapi tidak terlalu halus seperti lumpur. Bila cenderung putih, bisa jadi Anda mengalami gangguan fungsi hati. Sedangkan warna hitam mencirikan ada masalah dalam organ pencernaan bagian atas. Bahkan, bisa jadi usus besar mengalami pendarahan. Feces hitam karena makanan yang telah dicerna dan mengandung darah tercampur dengan asam lambung.
Bau tidak terlalu menyengat dengan 2 atau 3 bauh feces dalam sekali keluaran. Tidak diperlukan tekanan atau hanya sedikit tekanan pada saat BAB. Mengandung 70 hingga 80% air,  dan mengapung dalam air. Jadi Jangan malu-malu menengok feses yang keluar dari lubang anus Anda. Begitu pesan dari dokter Mehmet Oz, seorang ahli bedah jantung yang pernah menangani operasi bypass Presiden Clinton.

Gambar 2: Flow chart pengecekan kondisi feces. Sumber: healthmad.com

Untuk menilai seberapa sehat tubuh, dilihat dari bentuk kotoran, silakan jawab & hitung poin dari pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Apakah mengambang ? (Ya: 1 poin, tenggelam: 2 poin)
2. Seberapa keras ? (seperti pasta gigi: 1 poin, keras: 2 poin)
3. Seberapa berat ? (di atas 200gram: 1 poin, di bawah 200 gram: 2 poin)
4. Seberapa sering ? (1x sehari: 1 poin, tidak setiap hari: 2 poin)
5. Warnanya ? ( kuning: 1 poin, coklat gelap: 2 poin)
6. Berbau ? (tidak terlalu bau: 1 poin, menyengat: 2 poin)
7. Bentuknya ? (lihat gambar terakhir di atas)
Jika total poin Anda:
  • 7 – 9 poin: Cukup sehat
  • 10-12 poin: perhatikan pola makan Anda, konsumsi makanan yang berserat tinggi
  • 13-14 poin: Waspada ! jika berlangsung terus menerus, sebaiknya konsultasi ke dokter.

Dadang Gusyana, Information Officers, Indonesia Biotechnology Information Centre (IndoBIC). Alumus Biologi, UNPAD
read more

Friday, December 16, 2011

Beberapa Teori tentang Dampak Media terhadap Individu

 Dampak (efek) komunikasi massa bisa dibagi dua: Efek yang bersifat umum dan efek khusus. Efek umum menyangkut efek dasar yang diperkirakan dapat terjadi akibat pesan-pesan yang disiarkan melalui media massa. Komunikasi massa memiliki efek yang ”mengembang” sebab dalam banyak hal komunikasi massa telah mengambil alih fungsi komunikasi sosial. Secara umum atau luas, komunikasi massa melalui media massa telah menciptakan suatu jaringan pengertian, yang tanpa itu tidak mungkin tercipta masyarakat yang besar dan modern.
Efek seperti itu merupakan efek dasar yang terjadi dari hari ke hari secara terus-menerus. Ia tidak dapat dilihat, didengar, atau diraba, tetapi ia benar-benar terjadi.
Dapat disimpulkan bahwa terpaan media massa pada waktunya akan menimbulkan perubahan-perubahan yang mengejutkan.
Efek khusus menyangkut efek yang diperkirakan akan timbul pada individu-individu dalam suatu massa audiens pada perilaku mereka, dalam menerima pesan-pesan media massa.
Karena ada kombinasi yang berbeda-beda antara situasi, kepribadian dan kelompok di antara anggota-anggota suatu massa audiens dalam peneriman pesan, jenis efek yang mungkin timbul (the possible effect) akan berbeda-beda pula.
Intensitas perhatian individu-individu terhadap pesan-pesan media juga akan mempengaruhi efek. Misalnya: setiap hari berbagai media menawarkan sejumlah besar pesan kepada perorangan-perorangan dari penduduk yang tinggal di perkotaan. Pesan itu berbentuk: berbagai acara televisi; berbagai berita dan artikel suratkabar, majalah atau buku; berbagai pilihan film di bioskop; rekaman-rekaman kaset; iklan-iklan; dan lain-lain.
Semua itu saling bersaing untuk meraih perhatian penduduk selaku massa audiens yang potensial. Namun semua orang punya keterbatasan. Seseorang tidak mungkin menerima semua tawaran tadi, sehingga ia akan melakukan seleksi. Seleksi yang dilakukan seseorang bisa sangat berbeda dengan yang dilakukan orang lain. Bahkan, jika sudah menyeleksi, intensitas perhatiannya juga tidak terlalu tinggi.
Bagaimana media mempengaruhi audiens? Ada beberapa teori tentang ini, antara lain:
Teori Peluru Ajaib (Magic Bullet) atau Jarum Suntik (Hypodermic Needle):
Teori yang populer pada sekitar tahun 1930-an ini mengatakan, pesan media berdampak pada orang secara langsung, bisa diukur, dan dampak itu bersifat segera (immediate) kepada khalayak. Jadi, dampaknya seperti peluru yang menghantam tubuh, atau seperti tubuh yang ditusuk jarum suntik. Model jarum suntik pada dasarnya adalah aliran satu tahap (one step flow).
Namun, sekarang banyak ilmuwan berpendapat, dampak semacam ini jarang terjadi. Misalnya: Seseorang yang melihat iklan sepeda motor Honda dan dia langsung membeli motor Honda itu, persis dengan model sepeda motor yang diiklankan di TV. Atau ada orang yang melihat tayangan tentang teroris yang mengebom Hotel Marriott dan orang ini pun segera membuat bom untuk menyerang hotel.
Pendekatan ini sangat simplistik, karena mengasumsikan bahwa individu itu hanya bersikap pasif. Individu dianggap akan menyerap semua yang disodorkan media massa tanpa sikap kritis dan tanpa syarat. Padahal kenyataannya para individu membaca koran, mendengarkan siaran radio, dan menonton acara TV dengan cara yang berbeda. Bahkan para individu juga terekspos pada banyak media, sehingga yang diterima bukan cuma satu suara atau pesan tunggal.
Teori Peluru Ajaib atau Teori Jarum Suntik adalah teori dampak kuat. Dalam perkembangan berikutnya, muncul teori-teori yang merevisi model Peluru Ajaib, dan memandang dampak itu lebih bersifat minimalis. Misalnya, model Aliran Dua-Tahap (two-step flow of communication) yang diperkenalkan pertama kali oleh Paul Lazarsfeld dan Elihu Katz.
Model Aliran Dua Tahap (Two Step Flow):
Model ini dikembangkan pada tahun 1940-an oleh Paul Lazarsfeld dkk, dalam kasus pemilihan Presiden Amerika. Tidak seperti teori Peluru Ajaib, yang menganggap dampak media bersifat langsung, model aliran dua-tahap menekankan peran manusia perantara (human agency) atau tokoh-tokoh pemuka pendapat (opinion leader).
Temuan Lazarsfeld menunjukkan, peran media massa justru sangat kecil dalam mempengaruhi opini publik. Media massa hanya berhasil dalam menyampaikan atau meneruskan informasi atau pengetahuan dasar, namun sangat kurang efektif dalam mengubah sikap dan perilaku. Yang lebih besar perannya justru adalah para pemuka pendapat (opinion leaders) sebagai perantara. Temuan ini pun membuyarkan teori Jarum Suntik.
Model aliran dua-tahap ini intinya menyatakan, pesan-pesan media tidak seluruhnya mencapai massa audiens secara langsung. Sebagian besar pesan-pesan itu malah berlangsung dua tahap. Tahap pertama, dari media massa kepada orang-orang tertentu di antara massa audiens, atau kalangan yang kita sebut pemuka pendapat (opinion leaders).
Pemuka pendapat adalah orang yang memiliki akses terbesar terhadap media, dan memiliki pemahaman yang lebih tinggi terhadap konten media. Merekalah yang kemudian menjelaskan dan menyebarkan konten tersebut kepada orang-orang lain. Mereka berfungsi sebagai penjaga gawang (gate keepers) atas pesan media. Dari sini, pesan media diteruskan kepada anggota massa audiens lainnya (tahap yang kedua), sehingga pesan-pesan media akhirnya mencapai seluruh penduduk.
Para opinion leaders dan pengikutnya (followers) secara keseluruhan adalah massa audiens. Pada umumnya, opini leaders lebih banyak bersentuhan dengan media massa ketimbang para followers. Karena posisinya, opinion leaders mempunyai pengaruh terhadap followers. Atas peran para leaders-lah, pelan-pelan media memperoleh efek-efek yang kuat.
Tanpa opinion leaders, walaupun pesan-pesan media sampai kepada massa audiens secara langsung, komunikasi cenderung tidak efektif. Pada tahap kedua ini, yang terjadi adalah komunikasi antarpribadi.
Opinion leader tidak harus merupakan pemimpin dengan otoritas resmi di masyarakat (presiden, menteri, gubernur, walikota, dan sebagainya). Tetapi orang-orang yang dekat dan dipercaya oleh warga. Pemuka pendapat bisa merupakan orangtua, suami/istri, kakak, pacar, sahabat dekat, ustadz setempat, guru sekolah, pedagang sekitar, dan sebagainya. Walaupun tentu saja tidak semua ustadz atau guru bisa menjadi pemimpin opini.
Model Aliran Banyak Tahap (Multistep Flow Model):
Pada perkembangannya kemudian, setelah riset komunikasi massa semakin canggih, pendekatan aliran dua tahap ini pun dianggap kurang memadai, dan berkembang menjadi Multistep Flow Model (Model Aliran Banyak Tahap).
Model Aliran Banyak Tahap Model ini diharapkan bisa mencakup jaringan hubungan-hubungan sosial yang kompleks, yang mempengaruhi individu-individu.
Teori Pembudidayaan atau Kultivasi (Cultivation):
Teori Kultivasi atau Pembudidayaan lebih berfokus pada bagaimana sikap orang dipengaruhi oleh media, ketimbang sekadar perilaku orang tersebut. Walau sikap (attitude) dan perilaku (behavior) berkaitan erat, para penganut teori kultivasi berfokus pada bagaimana orang berpikir ketimbang pada apa yang diperbuat orang tersebut.
Banyak dari riset ini melibatkan perbandingan sikap dari para pengguna berat, pengguna menengah, dan pengguna ringan media.
Salah satu temuan riset ini adalah bahwa ketika orang terekspos oleh kekerasan yang sarat di media, mereka tampaknya akan memiliki salah konsepsi dalam penyikapan, yang dinamakan sindrom dunia yang ganas (mean world syndrome). Ini berarti mereka melebih-lebihkan besarnya tingkat kekerasan yang benar-benar terjadi dalam komunitasnya dan di bagian dunia lain. Orang yang kurang terekspos pada kekerasan di media memiliki rasa yang lebih realistis dalam memandang tingkat kekerasan di dunia nyata.
Pendekatan Sosiologis terhadap (kekerasan di) Media:
Cara yang kurang umum dalam mempelajari kekerasan di media adalah pendekatan sosiologis. Teori-teori sosiologis tentang kekerasan di media mengeksplorasi cara-cara di mana media berdampak dan memperkuat ideologi-ideologi dan nilai-nilai yang dominan dalam sebuah budaya.
Misalnya, seorang peneliti mungkin melihat saling-hubungan (korelasi) antara kekerasan di media dan sikap-sikap tentang maskulinitas (kelaki-lsakian) dalam sebuah budaya, atau bagaimana kekerasan media memperkuat dan mencerminkan kebijakan luar negeri yang kasar dari sebuah negara. Teori-teori sosiologis tentang media itu tidak bisa diukur. Namun, itu lebih merupakan cara-cara teoretis tentang bagaimana melihat hubungan media dengan budaya.
Teori Pudarnya Kepekaan (Desensitization):
Teori ini mengatakan, karena orang sudah terlalu banyak terekspos oleh kekerasan di media, misalnya, maka kekerasan tidak lagi memberi dampak emosional pada dirinya. Banyak orang tampaknya akan setuju dengan pandangan bahwa karena sering melihat tayangan kekerasan di TV, maka seseorang tidak akan terlalu terganggu jika disuruh melihat film yang mengandung adegan kekerasan.
Yang kini menjadi perdebatan, apakah orang juga akan kehilangan kepekaan terhadap kekerasan dalam kehidupan nyata. Jika seseorang meninggalkan gedung bioskop sehabis menonton film berisi adegan kekerasan, dan lalu melihat sesosok mayat nyata yang tergeletak di jalan, apakah dia tetap mengalami hilangnya kepekaan?
Teori Narcoticizing Dysfunction:
Teori ini menyatakan, media jarang memberi energi pada orang untuk bertindak, seperti mendorong orang untuk ke luar rumah dan memberi suara pada seorang kandidat dalam Pilkada. Sebaliknya, media justru mendorong orang untuk bersikap pasif.
Banyak orang tenggelam dalam arus informasi dan berita yang begitu melimpah, sehingga mereka justru cenderung menarik diri dari keterlibatan dalam isu-isu publik. Jadi, keterlibatan intelektual mereka telah menjadi pengganti dari keterlibatan aktif konkret.
Misalnya: orang yang terlalu banyak mengunyah informasi tentang isu kemiskinan, dan ia percaya telah melakukan sesuatu untuk menangani problem kemiskinan. Padahal, faktanya ia hanya sangat tahu dan mendalami informasi tentang kemiskinan.
Teori Spiral of Silence:
Teori ini diperkenalkan oleh ilmuwan politik Jerman, Elisabeth Noelle-Neumann, dan berangkat dari pendekatan psikologis.
Teori ini menegaskan, orang cenderung untuk tidak mengekspresikan opininya tentang topik tertentu, jika orang itu merasa hanya sebagai minoritas, karena takut akan pembalasan, pengucilan, atau dampak buruk lain dari pihak mayoritas. Maka, bisa terjadi, orang-orang yang merasa mewakili suara mayoritas, dengan penuh percaya diri akan mudah menyuarakan opininya di media.
Opini yang dimuat di media itu tidak mendapat tantangan, karena orang yang merasa minoritas cenderung tidak membantahnya. Maka, meski sering digembar-gemborkan bahwa media adalah wahana yang menerima opini seluruh kalangan masyarakat, nyatanya hanya kalangan yang merasa mewakili suara mayoritas yang akan muncul di media.
Teori Penetapan Agenda (Agenda Setting):
Menurut teori ini, media menetapkan agenda bagi opini publik, dengan cara mengangkat isu-isu tertentu. Sesudah mempelajari cara peliputan kampanye politik, ternyata dampak utama media berita adalah dalam penetapan agenda. Misalnya, dengan memberitahu masyarakat untuk berpikir tentang topik-topik tertentu.
Topik-topik yang tidak diangkat oleh media menjadi kurang atau tidak dianggap penting oleh publik. Jadi, pengaruh media bukanlah dalam persuasi (bujukan) atau perubahan sikap audiens. Penetapan agenda ini biasanya lebih sering dirujuk sebagai fungsi media, dan bukan teori.
Agenda setting adalah kemampuan media untuk menentukan isu atau berita apa yang dianggap penting, yang harus diperhatikan oleh publik, atau harus segera ditangani oleh pemerintah. Isu yang dianggap penting itu bisa diberi porsi yang lebih besar dan penempatan yang lebih menarik perhatian.
Untuk media suratkabar, hal itu berarti penempatan di halaman 1 dan pemberian space yang lebih luas. Untuk media TV, hal itu bisa berarti penayangan pada alokasi slot prime time (antara jam 18.00-22.00, saat jumlah pemirsa terbanyak) dan pemberian durasi penayangan yang lebih panjang.
Penetapan agenda oleh media bisa berpengaruh pada banyak hal. Misalnya: Popularitas calon legislatif atau kandidat kepala daerah, yang sedang bertarung pada pemilihan umum di wilayah tertentu. Kandidat yang dianggap lebih berkualitas bisa mendapat porsi pemberitaan yang lebih besar, sehingga mereka menjadi lebih populer dan lebih berperluang untuk menang.
Atau, media menentukan isu-isu apa –yang menyangkut kepentingan publik—yang harus segera ditangani pemerintah. Misalnya, isu kenaikan harga BBM, tarif dasar listrik, kenaikan harga sembako menjelang bulan puasa, dan sebagainya.
 
from netsains.com
read more

Menengok Masa Lalu, Menatap Masa Depa

Teman saya yang sedang mengerjakan skripsi yang tema-nya tentang Cina dan Asia Timur mengatakan pada saya “sejarah itu penting, kehidupan masa lalu perlu dikorek sebagai batu loncatan di masa depan”. Lalu, saya bertanya “seberapa penting sejarah itu?”, dengan lantang dia menjawab “penting banget, lihat Cina bisa maju sekarang tidak terlepas sejarah masa lalunya”.
Benar juga statement teman saya itu, kita semua sangat mengerti kalau Cina (bisa disebut Tiongkok) mempunyai catatan sejarah yang manis khususnya dalam hal perdagangan. Saya jadi ingat pelajaran sejarah waktu SMP yang menceritakan bagaimana saat Dinasti Han membuka Jalan Sutra melalui tangan seorang Jendral yang bernama Zhang Qian untuk untuk menghubungkan Tiongkok dengan negara-negara di dunia khususnya negara utama peradaban kuno. Jalan Sutera ini merupakan akses perdagangan Tiongkok pada masa itu.
Cina pernah mengalami pasang surut, setelah kejatuhan dinasti-dinasti Cina sampai revolusi Mao Zedong keadaan kala itu bisa dikatakan suram, baru ketika Deng Xiaoping memimpin dan menerapkan sistem “sosialis pro pasar” ekonomi Cina berkembang pesat. Kita bisa melihat kemajuan Cina sekarang dengan ekpansi pasar ke berbagai negara persis seperti sejarah masa lalu dimana pedagang-pedagang Cina masa dinasti-dinasti dulu melakukan perdagangan lintas negara dan mampu merebut pasar.
Cina sadar dengan perdagangan mereka kuat, produksi dalam negeri digenjot dan ekspansi pasar besar-besaran. Hasilnya, produk-produk Cina menyerbu pasar global, ekonomi China maju. Bayangkan dalam dua dekade terakhir pertumbuhan ekonomi Cina mencapai 7-8 persen setiap tahun, angka pertunbuhan ekonomi yang fantastis. Di Indonesia serbuan produk Cina makin massif, seakan tidak ada produk Cina yang tidak dikonsumsi, dari mulai elektronik sampai peniti pun “made in China”.
Bagaimana dengan Indonesia? Bukankah dulu kita punya catatan sejarah yang cukup manis seperti kegagahan kerajaan Majapahit saat dipimpin Hayam Wuruk dengan patih yang terkenal “Gajah Mada” yang mengikrarkan “Sumpah Palapa” untuk melebarkan kekuasaan dan membangun kemaharajaan. Sumpah itu terbukti dengan majunya kerajaan Majapahit bahkan ekpansi kekuasaanya sampai sebagian kepualaun Filipina. Sepertinya kita perlu membedah kembali sejarah masa lalu, yang manis perlu kita pahami bagaimana itu menjadi manis dan yang pahit perlu kita pahami mengapa menjadi pahit. Sejarah menjadi penting karena pada dasarnya hidup adalah pengulangan sejarah. Bung Karno pernah berpesan “Jas Merah” alias jangan lupakan sejarah.

from netsains.com
read more

Militer dan Pendidikan Karakter

Pagi itu ada diskusi yang berkesan antara saya dengan seorang teman yang kebetulan seorang Jendral TNI AD berbintang satu yang sudah hampir tutup usia. Diskusi kami tidak terlepas pada tema tentang kekaguman saya yang demikian besar terhadap militer, khususnya dalam pola pendidikan karakter yang kini sedang gencar dikampanyekan. Ingat sekali waktu saya bertanya, “Bagi militer, sebenarnya apa mendasari pendidikan baris berbaris dengan tentara, bukannya tentara itu tugasnya berperang ?” seketika beliau tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan saya. “Sepintas memang tidak ada, tetapi dalam militer baris berbaris adalah elemen paling dasar yang harus diberikan kepada prajurit baru. Tujuan kami dari latihan baris-berbaris ini tidak lain adalah untuk menanamkan nilai melalui gerak fisik dan konsentrasi diri. Setiap prajurit diajarkan untuk cermat bertindak sesuai dengan aba-aba, perintah dan pelaksanaan gerak yang harus seragam. Disinilah arti 115 hari sebagai pembentukan sikap dan penanaman nilai pada diri setiap prajurit, meskipun tentunya ditunjang oleh materi pendidikan lainnya. Disiplin adalah nafasku, kesetiaan adalah kebanggaanku, kehormatan adalah segala-galanya. Anda akan sering mendengar slogan tersebut di atas, apabila Anda sering mengikuti pelatihan baris berbaris.”
“Lalu dari manakah aturan tentang baris berbaris itu diatur?” lanjut saya bertanya. Beliau pun menambahkan, “Peraturan baris berbaris diseluruh Indonesia hanya mengacu pada Peraturan Baris Berbaris Militer yang terdapat dalam Buku Peraturan tentang Baris Berbaris Angkatan Bersenjata. Buku ini disahkan oleh Surat Keputusan Pangab dan peraturan yang terakhir adalah Skep Pangab nomor : Skep/011/X/1985 tanggal 2 Oktober 1985, tetapi tahun 1992 ada perubahan pada Skep tersebut pada tempo langkah biasa dan langkah tegap dari 96 langkah tiap menit menjadi 120 langkah tiap menit. Kalau Anda ingin mengenal lebih jauh, sebenarnya berbaris pertama kali dikenal pada jaman Kekaisaran Romawi pada saat Kaisarnya Julius Caesar, dengan maksud agar pasukan yang berada dibawah kekuasaannya mempunyai rasa tanggungjawab, disiplin yang tinggi dengan melihat hasil lahir, yaitu kerapihan, kekompakan, ketertiban dan kesigapan. Bentuk disiplin yang dilakukan oleh Julius Caesar ini kemudian terbukti efektif sebagai taktik manajemen manusia dan berhasil membentuk tentara yang kuat diera kekuasaannya”.
“Dalam kaitan propaganda politik, baris berbaris merupakan salah satu cara untuk membangun psikologis bagi tentara dan warga negara. Hal ini dibuktikan oleh parade pasukan NAZI Jerman di tahun 1930 yang benar-benar mengagumkan, cepat dan kuat. Mereka jelas sekali menggunakan parade tersebut sebagai alat manipulasi psikologis, sehingga mampu membuat masyarakat merasa kuat dan bangga, membuat mereka bahagia berada dibelakang para pasukan yang sangat berdedikasi dan menginspirasi. Contoh lain berasal dari Korea Utara Tahun 2002/2003 disaat menghadapi politik agresif Amerika Serikat terkait pengembangan senjata nuklir. Korea Utara menempatkan sejumlah besar parade militer, yang terkadang beberapa regu yang terdiri dari anak-anak dengan memainkan instrument dan menampilkan Rigid Dance (tarian dalam formasi baris berbaris). Hingga tindakan ini menarik perhatian masyarakat melalui liputan berita yang disiarkan, hingga dari setiap liputan tersebut berkomentar betapa modern militer dan tentara  Korea Utara. Tentunya ini adalah strategi untuk membangun psikologis tentang betapa terlatihnya dan siapnya tentara Korea Utara terhadap ganguan apa saja yang mungkin akan dialami oleh negaranya”.
Demikian petikan diskusi pagi yang singkat namun benar-benar berkesan dan sarat makna yang dalam bagi saya, tanpa kita sadari ternyata baris-berbaris adalah manifestasi peninggalan budaya yang demikian mengakar baik secara filosofis maupun pragmatis. Di sekolah pelatihan bagi penanaman pendidikan karakter yang diwakili salah seorang guru beberapa bulan yang lalu selama 30 hari, ternyata dilaksanakan markas komando Kopassus. Kopassus adalah sebutan untuk Komando Pasukan Khusus sebagai bagian dari Bala Pertahanan Pusat yang dimiliki oleh TNI Angkatan Darat yang memiliki kemampuan khusus seperti bergerak cepat di setiap medan, menembak dengan tepat, pengintaian, dan anti teror. Dalam perjalanan sejarahnya, Kopassus berhasil mengukuhkan keberadaannya sebagai pasukan khusus yang mampu menangani tugas-tugas yang berat. Mencermati hal ini saya pun menjadi bertanya-tanya apa keterkaitan pendidikan karakter dan militer, namun tentunya saya tidak anti militer tetapi hanya anti pada bentuk militeristik yang kerapkali arogan dan represif.
Permasalahan dasar pendidikan karakter
Permasalahan digalakkannya pendidikan karakter muncul berawal dari keprihatinan para orangtua  yang menyaksikan kenyataaan semakin banyaknya deviasi yang berkaitan dengan karakter sebagian kecil anaknya yang kurang baik.  Beberapa karakter dasar yang dianggap kurang baik itu antara lain tanggungjawab (responsibility) kedisiplinan (diciplinary), peduli (care), hormat (respect), jujur (honest),  cinta tanah air (patriotism). Kurangnya kepedulian, kurangnya rasa hormat dan etika sopan santun terhadap para guru dan karyawan, tidak ada tegur sapa. Semakin banyaknya mahasiswa melakukan tindakan tidak jujur seperti penyontekan ketika ujian, hingga kerap ditemukannya siswa membuat tugas hanya meniru hingga sekedar “copy paste” dari tugas temannya.
Menyikapi hal ini dalam implementasi pendidikan karakter beberapa kalangan didunia pendidikan sempat berwacana perlu pemberlakuan wajib militer. Hal ini mengacu pada apa yang telah dilakukan sebagian negara-negara besar, contohnya Amerika Serikat dan China, yang juga memberlakukan wajib militer. Amerika Serikat adalah negara yang menganut politik supermasi sipil (warga Negara sipil yang boleh ikut berpolitik praktis, militer tidak), tapi sejak lama sudah memberlakukan UU Wajib Militer dinegaranya. Para pemimpin bangsa Amerika, hampir seluruhnya adalah veteran perang dunia II atau perang Vietnam yang sangat berpengalaman dalam manajemen militer  yang kemudian ditransformasikan kedalam manajemen sipil di Amerika Serikat. Sejak lulus sekolah menengah, para pemuda masuk dalam pusat pelatihan militer. Para pemuda digembleng menegakkan disiplin selama berbulan-bulan. Tentu saja hasilnya rata-rata pemuda negeri-negeri tersebut memiliki karakter yang baik, yaitu memiliki sikap tanggungjawab, disiplin, mandiri, peduli, maupun patriotik.
Dalam tataran ideal, seharusnya pembelajaran karakter yang paling baik adalah sejak di sekolah taman kanak-kanak, hingga pendidikan dasar dan menengah. Pembelajaran tersebut sebenarnya merupakan pendidikan kecakapan hidup mendasar (general lifeskills education)   yang menjadi materi dasar utama di pendidikan dasar, yaitu di Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Semakin ke jenjang lebih tinggi, katakanlah di pendidikan menengah, misalnya Sekolah Menengah Atas, porsinya semakin berkurang. Sehingga pada saat di perguruan tinggi mental dan karakter anak itu dengan sendirinya telah terbentuk. Hal ini membuktikan bahwa dalam tolok ukur ideal tatanan pendidikan karakter kita disekolah belum mampu berlaku ideal.
Dalam sejarah perkembangannya sebenarnya pendidikan karakter adalah gagasan dipopulerkan Lawrence Kohlberg. Sosok Lawrence Kohlberg sendiri adalah seorang profesor Psikologi Pendidikan dan Sosial di Harvard University. Ia dikenal sebagai teoritikus moral dan karakter yang berpengaruh pada abad 20. Salah satunya adalah Teori Tahapan Perkembangan Moral yang menjadi cikal bakal format Pendidikan Karakter. Di Amerika Serikat Pendidikan karakter popular sebagai upaya Presiden Bill Clinton untuk menekan angka kehamilan remaja, pemakaian narkotika, kekerasan di sekolah, dan kriminalitas jalanan yang penanganannya bagai buntu ditengah jalan. Meskipun pasca Bill Clinton meminta para guru (pada tanggal 23 Januari 1997) untuk memasukkan pendidikan karakter sebagai kurikulum pengajaran, kehidupan remaja Amerika relatif tidak banyak mengalami kemajuan. Kegagalan pendidikan karakter yang dicanangkan oleh Presiden Bill Clinton ini sebenarnya sudah diperkirakan oleh Edward Wyne and Kevin Ryan. Dua tokoh pendidikan ternama di Amerika menilai bahwa Pendidikan Karakter memang rentan kritik. Sebab model pendidikan ini gagal untuk menjawab pertanyaan, “Nilai-nilai apa yang harus diajarkan dalam pendidikan karakter?” tanya Wynne and Ryan. Mencermati hal ini sejatinya, pendidikan Karakter menyimpan ruang problem yang cukup lebar saat harus dilaksanakan disekolah disaat sekolah tidak bisa menjawab pertanyaan dasar tentang persoalan nilai tersebut.
Arti Penting Pendidikan Karakter dan Kebangsaan
Terkait dengan permasalahan nilai yang ditanamkan tentunya beberapa pihak memiliki solusinya sendiri, namun hal yang jamak kita temui adalah keterlibatan militer dalam proses pembentukan karakter siswa. Atas dasar untuk membentuk anak didik agar memiliki karakter yang bagus, SMKN 5 Kota Malang membuat terobosan baru dalam Masa Orientasi Sekolah (MOS). Dengan membawa langsung anak didik yang baru diterima, menjalani pelatihan karakter di Dodikjur Kodam V Brawijaya, Kota Malang, Senin sampai dengan Rabu atau dari tanggal 11 sampai dengan 13 Juli 2011. Dalam persepsi kelembagaan SMKN 5 Kota Malang tentunya memiliki perpsepsi bahwa jika dibandingkan dengan sekolah tentunya militer sebagai lembaga harus diakui telah mampu membangun dan menjalankan pendidikan karakter yang professional yang sudah dimiliki militer sejak lama. Memandang persepsi ini tentu hal yang membedakan keduanya menurut saya adalah pola disiplin yang tinggi yang telah membudaya dilingkungan militer. Oleh sebab itu meski tanpa harus melibatkan militer secara institusi untuk mendidik karakter siswa, sebenarnya sekolah mampu untuk itu asalkan dapat menanamkan pola disiplin tingkat tinggi kepada siswa. Ini dilakukan sebagai salah satu jalan untuk bisa menciptakan generasi unggul yang salah satu kuncinya adalah dengan memiliki disiplin tinggi. Sesuatu yang menurut saya mulai jarang dan sulit diterapkan disekolah-sekolah hari ini, kunci yang bermuara pada keteladanan guru sebagai kontekstual idol bagi siswanya.
Namun keberdayaan sekolah dalam menumbuhkan kedisiplinan yang tinggi tentu tidak serta kemudian meniadakan peran militer dalam pembentukan karakter siswa. Pilihan untuk melibatkan militer dalam pembentukan karakter haruslah dilakukan secara proporsional, dengan tanpa melupakan peran sekolah sebagai lembaga yang mencetak lulusan terdidik dan bermoral. Baik sekolah maupun militer memiliki peran beserta keahlian dibidangnya masing-masing yang bukan berarti menggantikan tugas dan peran masing-masing. Dalam kaitan ini, peran militer harus ditetapkan pada rangkaian pembentukan “character nation”, yang secara nomenklatur merupakan bagian tidak terpisahkan dari institusi militer khususnya dalam konteks bela negara.
Diakui atau tidak nilai-nilai patriotism dan nasionalisme yang notabene adalah nilai-nilai kebangsaan, kian hari semakin luntur dari pribadi generasi muda kita. Oleh karena itu dalam rangka mengaktifkan kembali pola penanaman nilai-nilai kebangsaan tersebut, peran militer menjadi penting khususnya dalam membentuk sinergitas sebagai salah satu komponen bangsa. Dan sekolah bergerak dalam pola pendidikan dan pembelajaran perilaku yang baik dari para guru ditopang oleh implementasi aturan tata tertib siswa yang konsisten. Peran sekolah dan militer dalam hal ini, harus dilihat sebagai dua ahli yang berbeda dalam bidang keahliannya masing-masing. Sinergitas dan pemahaman fungsi dan peran masing-masing pihak menjadi jawaban terhadap bentuk pendidikan karakter yang akan ditampilkan. Hingga pada akhirnya pendidikan karakter akan melahirkan calon pemimpin bangsa yang bermoral, professional, berkualitas dan mampu menghadapi tantangan masa depan.
Untuk mewujudkan itu semua maka bukan berarti sekolah harus memiliterkan dirinya, atau dengan memiliterkan seragam sekolahnya. Sekolah hanya perlu untuk menerapkan beberapa hal yang dalam militer menjadi hal yang pokok atau dasar. Oleh karenanya kembali pada konteks dialog yang ada diawal tulisan ini. Maka hal sederhana yang bisa dilakukan sekolah untuk memulai pendidikan karakter adalah dengan mulai mengenalkan kembali prinsip-prinsip baris berbaris sebagai elemen dasar sikap tanggungjawab, disiplin, mandiri, peduli, maupun patriotik. Seperti yang pernah disampaikan seorang tokoh besar dunia bahwa keberhasilan selalu dimulai dari hal-hal sederhana yang dilakukan secara terus menerus dan konsisten.

From netsains.com
read more

Belajar Design Grafis Menggunakan SofwareOpen Source

Dengan semakin berkembangnya software Open source, tentu akan semakin memberikan banyak pilihan untuk kita agar bisa berkreasi tanpa harus terkendala dengan keterbatasan dana untuk bisa dapat menggunakan software legal yang di negeri Indonesia kita ini, sudah tidak terasa lagi mana software yang legal dan ilegal karna maraknya pembajakan berbagai jenis Software.
Software design grafis seperti Corel draw, photohop dan lain sebagainya tentu merupkan makanan wajib bagi para designer untuk lebih produktif dalam berkarya, tapi sangat disayangkan kita harus membayar cukup mahal untuk bisa menggunakan software tersebut. Tapi bagi kita yang kurang mampu untuk  membeli software-software design grafis tersebut, sebenarnya tidak perlu berkecil hati karna ada banyak software Open source yang kita bisa gunakan dan tidak kalah tangguh dengan software berbyar lainnya. Anda pengguna Linux mungkin sudah tidak asing dengan Inkscape dan GIMP, kedua software ini merupakan software Open Source yang juga tersedia dalam Versi Windows dan Linux yang saya rasa cukup bisa menggantikan peran Corel draw dan Photoshop.
Dalam tutorial ini sebenarnya saya hanya ingin berbagai sumber tutorial yang bisa anda gunakan untuk belajar GIMP dan Inkscape
FOSSGRAFIS.COM
  • Dapatkan update artikel desain grafis baru tiap minggu, GIMP dan Inkscape
  • Ebook tutorial tentang GIMP Download di Sini
Untuk sementara, ini saja yang bisa saya bagi, Artikel ini akan terus saya update jika ada kesempatan untuk berbgai sumber-sumber belajar tutorial belajar Grafis menggunakan Software Open Source

from netsains.com
read more

Teknik Presentasi yang Berhasil

Materi pelatihan untuk crew RCD, Divisi News Trans TV, Jumat, 25 November 2011

Teknik presentasi adalah bagian dari ilmu komunikasi. Komunikasi itu sendiri adalah penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima, melalui suatu media.
Jadi, mengapa kita perlu belajar teknik presentasi? Dengan belajar, memahami, dan menguasai teknik presentasi, kita dapat berkomunikasi atau menyampaikan pesan kepada audiens dengan lebih efektif.

Ada empat hal yang perlu kita kuasai untuk bisa disebut memiliki kompetensi presentasi. Empat hal itu adalah: Analisis audiens (audience analysis), presentasi terstruktur (structured presentation), keterampilan komunikasi (communication skill), dan pemahaman/kepekaan antarpribadi (interpersonal sensitivity).

1) Analisis Audiens
Proses untuk mendapatkan informasi dan mengembangkan pemahaman terhadap pendengar yang akan dihadapi, supaya dapat merencanakan, membawakan, dan mempersiapkan berbagai informasi dengan efektif.

Memahami A-U-D-I-E-N-C-E
A = Analysis. Siapakah mereka? Berapa banyak yang akan hadir?
U = Understanding. Seberapa jauhkan pemahaman mereka terhadap subject yang akan disampaikan?
D = Demographic. Berapa usia, latar belakang, komposisi lelaki-perempuan, dan latar belakang pendidikan mereka?
I = Interest. Untuk tujuan apa mereka hadir? Mengapa mereka duduk di ruang ini? Atas keinginan siapa mereka hadir di sini?
E = Environment. Di mana saya akan berdiri? Dapatkah mereka semua melihat dan mendengar saya? Lingkungan yang ada akan seperti apa?
N = Need. Apakah kebutuhan mereka? Apakah kebutuhan saya selaku pembicara/presenter?
C = Customized. Kebutuhan atau tujuan khusus apa yang perlu untuk didapatkan?
E = Expectation. Apakah yang sekiranya ingin mereka dengar atau dapatkan dari saya?

Empat Tipe Audiens
Sebenarnya ada banyak tipe audiens, tetapi untuk menyederhanakan, kita sebut saja ada empat tipe. Sejumlah tipe ini kemungkinan besar akan Anda jumpai ketika melakukan presentasi:
Tipe Pemerhati: Ini adalah audiens yang paling baik. Mereka serius memerhatikan, mencatat, dan betul-betul berminat pada materi atau topik yang Anda sampaikan.
Tipe Sandera: Ini adalah audiens yang merasa ”terpaksa” atau ”tersandera” untuk hadir di presentasi Anda. Mungkin dia adalah mahasiswa pemalas, yang terpaksa ikut kuliah karena takut dilarang ikut ujian jika data absensinya parah. Atau, bisa jadi dia adalah karyawan, yang sekadar ditugaskan atau dipaksa atasannya untuk hadir dan mendengarkan presentasi Anda.
Tipe Turis: Ini adalah audiens yang mengikuti presentasi sambil lalu, seperti turis yang singgah di kota atau lokasi wisata untuk menikmati kesenangan, tanpa mau diajak berpikir terlalu serius. Bagi mereka, lumayan ikut di acara presentasi Anda, karena disediakan kopi, kue, dan makan siang gratis.
Tipe Teroris: Ini adalah audiens yang siap memberondong Anda dengan pertanyaan-pertanyaan tajam, kritis, dan keras. Motivasinya tidak selalu karena betul-betul antusias atau berminat pada informasi, tetapi dia mungkin memang sekadar ingin “mengetes’ kemampuan Anda. Mereka menikmati, saat Anda keteteran tak bisa menjawab pertanyaan.

Tujuan Analisis Audiens
Untuk mendapatkan pemahaman yang utuh mengenai pendengar seperti apa, yang akan dihadapi.

2) Presentasi Terstruktur
Kemampuan untuk mempresentasikan ide atau gagasan kepada seseorang atau sekelompok orang, sesuai waktu yang disediakan, dengan cara yang memudahkan pendengar untuk memahaminya.

Unsur-unsur Presentasi yang Terstruktur
• Menyatakan tujuan dengan jelas
• Menyampaikan dalam urutan yang logis
• Menggunakan berbagai media komunikasi
• Membuat transisi antar-topik
• Membuat kesimpulan
• Mengatur waktu dengan efektif

Tujuan Presentasi Terstruktur
Untuk memastikan apakah pendengar dapat memahami bagaimana alur materi akan disampaikan.

3) Keterampilan Komunikasi
Kemampuan untuk dapat menyampaikan informasi dan ide secara jelas kepada seseorang/sekelompok orang, dengan cara yang dapat membuat pendengar menjadi tertarik dan mudah menangkap pesan yang diberikan, serta menjaganya selama berinteraksi.

Unsur-unsur Keterampilan Komunikasi
• Komunikasi Verbal: Bahasa yang sesuai (bukan bahasa ”alay”), volume suara (untuk menguatkan volume suara, Anda bisa berlatih menggunakan napas perut), intonasi (naik-turunnya suara), tempo/pacing (cepat-lambatnya bicara), artikulasi (kejelasan kata), pausing (jeda).
• Komunikasi Non-Verbal: Penampilan, eye contact, jarak, ekspresi wajah, nada suara, gerakan tubuh. Sikap tubuh (body gestures) harus menunjukkan kesantunan, rasa hormat, dan memancarkan rasa percaya diri (confidence). Ketika melakukan eye contact, tataplah 3-5 detik agar audiens bersangkutan merasa diperhatikan. Untuk banyak audiens di ruangan yang luas, lakukan tatapan ke audiens dengan W atau M sweeping. Cara menatap juga harus terkesan profesional (bukan tatapan ”mesum” atau jenis lain, yang bisa disalahartikan).
• Dampak ke Audience: a) Manusia memiliki keterbatasan persepsi; b) Kesan pertama sangat penting; c) Bangunlah kredibilitas dengan cara menunjukkan tingkat pengetahuan yang cukup, menampilkan kesan profesional dan percaya diri, serta menjaga anti-diskriminasi, hukum dan standar etika.
• Menjaga Perhatian Audience: Rumus AISHA (Analogi, Ilustrasi, Story, Humor, Aktivitas).
• Mengecek Pemahaman: Apakah Anda sudah paham? Apakah saya memahami Anda?

Tujuan Keterampilan Komunikasi
Untuk memastikan bahwa kita dapat mempertahankan ketertarikan pendengar dan membuat mereka paham tentang pokok bahasan yang disampaikan.

4) Pemahaman/Kepekaan Antarpribadi
Menggunakan pemahaman interpersonal dalam presentasi untuk mengembangkan kenyamanan, dan rasa aman bagi pendengar, sehingga tercipta saling percaya dan keterbukaan.

Unsur-unsur Pemahaman/Kepekaan Antarpribadi
• Apresiatif (menghargai audiens)
• Berpandangan luas
• Mengetahui isu dan keprihatinan audiens
• Mengklarifikasi suatu situasi atau kondisi

Menghargai Audiens
Dalam menghargai audiens, kita harus jujur dan tulus. Dan akan lebih baik lagi, jika ucapan penghargaan itu bersifat spesifik (dalam menyebut aspek dari audiens yang kita hargai tersebut).

Menghargai audiens bisa dilakukan cukup dengan Anda mengucapkan kalimat seperti:
”Ini adalah pertanyaan yang paling kritis, yang saya terima sejak memulai ceramah pagi tadi…”
”Komentar Anda menunjukkan bahwa Anda sudah mempersiapkan diri untuk kuliah ini…”
”Saya berharap, mahasiswa lain bisa belajar dari cara presentasi yang dilakukan Dewi tadi!”

Tujuan Pemahaman/Kepekaan Antarpribadi
Untuk menciptakan suasana yang nyaman, khususnya bagi audiens.


Sumber:
Satrio Arismunandar, berdasarkan materi pelatihan dari Humanis Group, 21-24 Februari 2011.

from netsains.com
read more

Memupuk Kepercayaan Diri

If you really want to inspire others to do something
than this something should be a big part of your life
Seorang wali kelas sempat bercerita kepada saya bahwa “Sungguh saya terharu dengan yang terjadi pagi tadi setelah pengumuman lomba majalah dinding kelas (mading), akhirnya kami satu kelas meraih juara meskipun itu hanya juara tiga. Mungkin itulah satu kalimat yang bisa saya susun mewakili perasaan bahagia, disaat nama kelas mereka disebut dalam daftar pemenang lomba mading kelas yang diadakan perpustakaan sekolah”. Ucapan seperti ini tentunya lazim kita dengar dari pada guru disaat anak-anak mereka meraih keberhasilan, namun apakah mereka semua juga hadir disaat anak-anak mereka bekerja keras mengumpulkan semangat untuk bermimpi menjadi juara. Tentunya tidak semuanya berlaku demikian bukan, yang jamak kita lihat dan dengar adalah cibiran yang menghujamkan selaksa mimpi itu ke tanah dan hilang bagai debu diterpa angin. “Memangnya kamu bisa? atau “Memangnya kamu mampu? Pertanyaan-pertanyaan bernada sinis dan pesimistis inilah yang kerapkali meluncur dari mulut para pendidik kita yang terhormat, yang kemudian akan berubah pengakuan sepihak manakala para siswa berhasil dalam usahanya sendiri, “Itu anak-anakku, lho? Siapa dulu gurunya?”. Menurut Anda apakah ada yang aneh dari perilaku para pendidik ini?
Dalam artian yang lain, lomba antar kelas harus difahami sebagai upaya membentuk kebanggaan dan semangat untuk berkompetisi. Terlebih jika disekolah itu ingin membangkitkan perannya sebagai komunitas belajar, lomba antar kelas akan mampu menjadi media efektif bagi penanaman nilai-nilai positif tentang persaingan sehat, kerja keras dan kebersamaan. Apa yang lebih indah jika mulai dari guru wali kelas yang sibuk menyiapkan stereofom bekas untuk mading, siswa-siswa yang menghias dan sekaligus mengumpulkan bahan-bahan untuk dihias dan ditempelkan. Kreatifitas dirajut bersama kebersamaan memberi warna melalui hasil karya mading yang luar biasa. Tanpa harus mendatangkan seorang motivator bertarif mahal, tentunya para guru memiliki potensi untuk memberi motivasi kepada siswanya melalui keterlibatan nyata.
Kolaborasi dan Motivasi
Dari sebuah keterlibatan akan lahir motivasi siswa, dan dari pribadi yang termotivasi diharapkan akan membentuk apa yang kita sebut sebagai self esteem (percaya  diri).  Rusli  Lutan  (2003:3) memaparkan bahwa “self-esteem adalah penerimaan diri sendiri, oleh diri sendiri berkaitan bahwa kita pantas, berharga, mampu dan berguna tak peduli dengan apa pun yang sudah, sedang atau bakal terjadi. Tumbuhnya perasaan aku bisa dan aku berharga  merupakan  inti  dari  pengertian  self-esteem”.  Self-esteem  merupakan kumpulan  dari  kepercayaan  atau  perasaan  tentang  diri  kita  atau  persepsi  kita terhadap  diri  sendiri  tentang  motivasi,  sikap,  perilaku,  dan  penyesuaian  emosi yang  mempengaruhi  kita  (Kidshealth,  2006).  Self  esteem  berkenaan  dengan tiga hal:  (a)  kemampuan  kita untuk  memahami  apa  yang  dapat  kita  lakukan  dan  apa  yang  telah  dilakukan,  (b) penetapan  tujuan  dan  arah  hidup  sendiri,  (c)  kemampuan  untuk  tidak  merasa  iri terhadap prestasi orang lain.
Self-esteem berbeda dengan narsis, atau yang adalam istilah psiklogi dikenal sebagai Narcissistic Personality Disorder (NPD). Sigmund Freud menggunakan istilah narsis untuk mengambarkan seseorang yang merasa dirinya begitu penting daripada orang lain dan ingin selalu menerima perhatian dari orang lain. (Cooper dan Ronningstam, 1992). Orang dengan NPD merasa dirinya sangat penting namun hal tersebut sangat tidak beralasan dan sangat memperhatikan diri mereka sendiri sehingga mereka memiliki tingkat sensitivitas dan kepedulian yang rendah terhadap orang lain (Gunderson, Ronningstam, dan Smith, 1995). Siswa  yang  memiliki  self-esteem  yang  sehat,  akan  melakukan berbagai aktivitas dengan kepercayaan diri yang tinggi yang didasari oleh alasan-alasan  yang  rasional.  Dan sebaliknya apabila  siswa  memiliki self-esteem yang rendah, maka setiap tindakannya akan didorong oleh kepercayaan diri yang rendah pula. Inilah yang melatarbelakangi  kesulitan  beberapa siswa untuk  berprestasi dalam bidang apapun.  Seseorang  yang  memiliki  self-esteem  yang  sehat,  maka  ia  akan  pandai dalam  mengelola  suatu  kegagalan  yang  dihadapinya dan  akan  menerima kekurangan-kekurangannya  dengan  alasan-alasan  yang  rasional.  Perilaku mencari  kambing  hitam  (defend-mechanism)  yang  irasional adalah refleksi dari self esteem yang tidak sehat.  Sehingga jika  seseorang selalu  merasakan  bodoh  dan  tanpa  harapan  karena  kegagalan  yang  dialaminya sampai  pada  akhirnya  merendahkan  diri  sendiri,  maka  ia  akan  terjerumus  ke dalam rasa rendah diri yang mendalam.
Rusli  Lutan  (2003:10-11)  mengemukakan    self-esteem  bagi  seseorang ibarat  fondasi  sebuah  bangunan  rumah.  Self-esteem  merupakan  sebuah  struktur penting  bagi  perkembangan  kemampuan  yang  lainnya.  Di  atas  self-esteemlah akan  terbangun  prestasi.  Bila  self-esteem  dan  penilaian  diri  rendah  maka  apapun yang  kita  bangun  di  atasnya  niscaya  akan  mudah  retak.  Itulah  sebabnya  self-esteem harus dibangun sekokoh mungkin agar kita dapat mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Self-esteem  yang  sehat  bisa  dibentuk  dan  dibina  (ditumbuhkembangkan) yang  tentunya  dipengaruhi  oleh  beberapa  faktor seperti: diri sendiri, teman sejawat, orang tua, guru, dan pencapaian prestasi.
KidsHealts  memaparkan  mengenai  dua  jenis  self-esteem  yaitu  Unhealty Self-Esteem  dan  Healthy  Self-Esteem.  Self-esteem  yang  rendah  atau  tidak  sehat pada  anak  ditandai  dengan  tidak  adanya  keinginan  melakukan  sesuatu  hal  yang baru,  anak  selalu  berkata  negatif  atas  kemampuan  yang  dimilikinya  misalnya “Saya bodoh !”, “Saya tidak pernah belajar dengan baik”. Ciri yang lainnya adalah anak tidak memiliki toleransi, frustasi, dan pesimis. Sedangkan pada anak yang  memiliki  self-esteem  yang  sehat  ditandai  dengan  senang  memelihara hubungan  dengan  yang  lain,  aktif  dalam  kelompoknya,  menyenangkan  dalam berhubungan  sosial,  mampu  menemukan  solusi  ketika  peluang  menipis, memahami kekuatan dan kelemahannya serta memiliki sikap optimis. Siswa  yang  memiliki  self-esteem  tinggi  atau  self-esteem  yang  sehat  pada umumnya memiliki kepercayaan diri dan keyakinan yang tinggi pula untuk dapat melakukan  tugas  gerak  yang  diinstruksikan  guru.  Mereka  biasanya  bersungguh-sungguh  dalam  melakukan  aktivitas  dan  selalu  berupaya  memperbaiki kekurangan dan terus berlatih meningkatkan kemampuannya. Ciri ini akan sangat berbeda dengan siswa yang rendah  self-esteemnya atau yang tidak memiliki  self-esteem. Umumnya mereka enggan atau bermalas-malasan, melakukan tugas karena  merasa  khawatir  atau  tidak  percaya  terhadap  kemampuan  yang dimilikinya,  tidak  bekerja  keras  memperbaiki  kekurangannya,  dan  merasa  cukup dengan apa yang sudah dilakukannya. Self-esteem  yang  sehat  atau  tinggi  dapat  dilatih  dan  dikembangkan. Latihan  merupakan  cara  terbaik  untuk  membina  self-esteem  dengan  selalu memperhatikan tiga hal yang mempengaruhi hidup yakni perilaku (tindakan), pola pikir (kepercayaan dan sikap), emosi (perasaan/mood) (Rusli Lutan, 2003:17).
Dukungan Komunikasi Efektif
Stephen Covey, bahkan mengatakan bahwa komunikasi merupakan keterampilan yang paling penting dalam kehidupan kita. Ia mengibaratkan komunikasi itu layaknya bernapas yang sudah secara otomatis kita lakukan setiap hari. Akibatnya, kita tidak memiliki kesadaran untuk melakukan komunikasi itu dangan efektif: bagaimana membaca dan menulis efektif, dan bagaimana mendengar dan berbicara dengan efektif. Kita terkadang lebih banyak berbicara daripada mendengar, padahal mulut kita hanya satu dan telinga kita ada dua yang berarti kita harus lebih banyak mendengar daripada berbicara.
Menggaris bawahi pernyataan tersebut maka dalam rangka membangun self esteem sehat maka peran keterampilan berkomunikasi seorang guru menjadi bagian yang sangat penting.  Bila seorang guru mampu berkomunikasi  dengan  baik,  jelas,  terbuka,  dan sopan, maka ia dapat menciptakan perasaan nyaman bagi seluruh siswanya. Agar dapat berkomunikasi secara efektif, maka hal pertama yang harus dilakukan guru adalah bersedia untuk berterus terang perihal  penampilan  setiap  siswa  dengan  tidak membuat perasaan siswa menjadi “tidak anak” atau terganggu. Sampaikan penilaian  yang  sebenarnya  sesuai  dengan  kemampuan  dan  keberhasilan yang sudah dicapai oleh siswa.  Ketika  siswa  sukses  melakukan  suatu  tugas,  sampaikan  bahwa  ia  benar-benar  telah  berhasil.  Sebaliknya,  ketika  siswa  gagal  dalam  melaksanakan tugas,  jangan  utarakan  bahwa  ia  “tidak  berhasil”  melainkan  “belum berhasil” dan masih ada kesempatan lebar untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Kedua, guru mampu berempati atau memiliki kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan dan mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti orang lain. Tentunya menjadi pendengar  yang  baik  tidak  berarti  hanya  memasang  telinga  lebar-lebar, melainkan  juga  memperlihatkan  sikap  memperhatikan  yang  dicirikan dengan reaksi fisik dan sikap yang munjukkan bahwa kita tertarik terhadap apa  yang  dibicarakan  lawan  bicara.  Seorang guru yang  baik  akan  selalu berupaya  mendengarkan  keinginan  dan  mengerti  kebutuhan  setiap  siswa dalam usahanya untuk mencapai tujuan belajar. Ini dimaksudkan agar guru mampu memberi umpan balik (feedback) yang sesuai guna meningkatkan keterampilan siswa. Guru yang menjadi  pendengar  yang  baik  secara langsung  telah  memberikan  penghargaan  dan  pengakuan  terhadap keberadaaan siswa di lingkungannya.
Ketiga, guru mampu memiliki sikap rendah hati. Rendah hati tidak sama dengan rendah diri. Sikap ini terkait upaya guru membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki kita mampu merasakan perasaan orang lain, dalam hal ini menerima perasaan orang lain merupakan bagian penting dari komunikasi efektif.  Kita  akan  merasa  nyaman  dalam  berkomunikasi  manakala  kita dapat memahami perasaan orang lain, terampil mendengar, dan jelas adalah hal menyampaikan buah pikiran kita (Rusli Lutan, 2003:25).
Kemampuan berkomunikasi secara efektif sesungguhnya merupakan salah satu  faktor  dari  penyampaian  hasil  evaluasi  yang  telah  dilakukan  guru untuk  menumbuhkembangkan  self-esteem  yang  positif  pada  diri  siswa.  Evaluasi yang diterima oleh setiap siswa tidak akan memberikan manfaat bagi peningkatan sikap  dan  keterampilannya  apabila  tidak  tersampaikan  dengan  baik  dan  jelas. Proses  saling  menghargai  antara  guru  dengan  siswa    diantaranya  melalui  proses penentuan  bentuk  evaluasi  yang  sesuai  dengan  materi  dan  tujuan  pembelajaran. Proses evaluasi merupakan umpan balik (feedback) bagi guru dan siswa tentang keberhasilan  yang  telah  dicapai  selama  proses  pembelajaran.  Evaluasi  tidak semata-mata  hanya  menempatkan  anak  pada  posisi  mampu  dan  tidak  mampu melaksanakan  tugas  ajar,  atau  memberikan  status  sangat  baik,  baik,  cukup  atau kurang.
Kembali pada cerita diatas maka pelaksanaan lomba mading antar kelas merupakan bentuk upaya positif dalam membentuk sel esteem (percaya diri) siswa  yang sehat. Tentunya upaya ini tidak hanya akan berhenti pada pelaksanaan lomba saja, akan tetapi menjadi lebih baik melalui keteladanan moral atas keterlibatan dan kepedulian guru kepada siswanya. Sehingga pada gilirannya seorang guru akan mampu menjadi inspirasi bagi setiap anak didik, sebab sang guru telah menjadi hal yang diajarkan menjadi bagian besar dalam hidupnya.

From netsains.com
read more

Adds

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More