Saturday, March 19, 2011

Alternatif Media Pemroses Biopolimer Polilaktida dalam Menanggulangi MasalahLingkungan ( Bagian II)

Superkritis karbon dioksida memiliki karakteristik yang unik yaitu kemampuan difusi seperti gas dan berat jenis seperti cairan. Karakteristik ini dapat dengan mudah diatur dengan mengubah suhu dan/atau tekanan sehingga dikenal sebagai pelarut yang dapat diatur sesuai keinginan (tunable solvent).
Polilaktida merupakan polimer dengan kelarutan sangat kecil dalam media superkritis karbon dioksida. Karena kondisi ini, aplikasi superkritis karbon dioksida dalam pemrosesan polilaktida lebih banyak berperan sebagai anti-solvent. Beberapa peneliti telah mencoba meneliti kemungkinan penggunaan superkritis karbon dioksida tetapi hanya dihasilkan polilaktida dengan bobot molekul kecil. Superkritis karbon dioksida sangat berpotensi untuk menjadi media polimerisasi polilaktida apabila daya pelarutnya dapat ditingkatkan sehingga mampu melarutkan polilaktida dengan bobot molekul besar. Hal ini akan berpengaruh juga pada proses pengolahan setelah polimerisasi.
Proses polimerisasi yang sangat umum berdasar prinsip solution polymerization atau polimerisasi dalam pelarut. Syarat utama dari prinsip polimerisasi ini adalah monomer dan polimer memiliki kelarutan yang sangat baik dalam media pelarut.
Untuk meningkatkan kemampuan polimerisasi, daya pelarutan karbon dioksida perlu ditingkatkan.Untuk meningkatkan kelarutan polilaktida dalam superkritis karbon dioksida, diperlukan pelarut lain yang memiliki kemampuan tinggi dalam melarutkan polilaktida dan dapat membentuk satu fasa dengan karbondioksida pada kondisi yang diinginkan.
Untuk mengetahui seberapa besar efektifitas system cosolvent dalam melarutkan polilaktida, Laboratorium Polimer Pusat Penelitian Biomaterial Korea Institute of Science and Technology melakukan penelitian terhadap kelarutan polilaktida dalam sistem superkritis cosolvent melalui proses pembentukan stereokompleks polilaktida. Penelitian ini ditujukan untuk membuktikan besarnya peluang pengolahan polilaktida dalam media superkritis karbon dioksida dengan cosolvent.
Penelitian ini melalui proses pembentukan stereokompleks polilaktida (pembentukan kristal poli D-laktida dan poli L-laktida) karena dalam proses ini memerlukan kelarutan yang sempurna dari polilaktida yg digunakan (D dan L). Material yang digunakan dalam penelitian ini antara lain poli L-laktida dengan bobot molekul 153,725; poli D-laktida 125,214. Bobot molekul yang sangat tinggi dan dapat menghasilkan polimer dengan kualitas yang sangat bagus.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka superkritis karbon dioksida dengan cosolvent berhasil dalam pembentukan stereokomplek polilaktida. Hal ini menjadi bukti bahwa superkritis karbon dioksida dengan cosolvent berpeluang menjadi media pemrosesan biopolymer polilaktida.
Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam terbaharukan yang berlimpah. Banyak sumber daya alam agraris indonesia yang merupakan sumber untuk pembuatan polilaktida. Hingga saat ini, banyak peneliti – peneliti Indonesia yang sedang mengembangkan proses untuk membuat laktida. Kondisi tersebut jika dipadukan dengan pengembangan metode superkritis karbon dioksida cosolvent dapat mengurangi permasalahan – permasalahan lingkungan yang dihadapi sekarang dan masa mendatang.
Permasalahan degradasi limbah plastik dapat dikurangi dengan mengganti plastik konvensional dengan plastik ramah lingkungan dari polilaktida. Mengenai permasalahan pemanasan global, penggunaan polilaktida sebagai plastik mengurangi emisi karbon dioksida dari pemusnahan plastik konvensional. Penggunaan karbon dioksida sebagai media juga mengurangi terjadinya penipisan ozon yang ditimbulkan dari penggunaan chlorodifluoromethane serta mengurangi pemanasan global yang diakibatkan oleh karbon dioksida.

Sumber: netsains.com

0 comments:

Post a Comment

Adds

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More