Sunday, October 23, 2011

Kode Genetik; Sandi 3 Huruf yang Menakjubkan


Kode genetik mungkin merupakan sandi tertua di dunia. Ia sudah ada sejak makhluk hidup pertama diciptakan. Sandi ini terdapat pada DNA yang terdapat pada setiap makhluk hidup, berupa urutan 3 huruf yang mengkodekan asam amino penyusun protein. Yang membuat kita terkagum-kagum, sandi ini nyaris sama di setiap makhluk hidup. Kode DNA pada manusia sama artinya dengan kode pada binatang, tanaman, jamur, bakteri bahkan virus (tentu saja Ada sedikit pengecualian tetapi tidak signifikan).
Meskipun keberadaan makhluk hidup di dunia ini sudah amat sangat lama, sandi genetik ini baru dapat dipecahkan misterinya di penghujung abad ke-20 tepatnya tahun 1961. Diawali dengan penemuan struktur DNA oleh dua ilmuwan jenius James Watson dan Francis Crick, George Gamow kemudian membuat postulat kode 3-huruf (kodon), yang dibuktikan dengan eksperimen Crick, Brenner et al. Selanjutnya Marshall Nirenberg dan Heinrich J. Matthaei menemukan kodon pertama yaitu UUU yang menyandikan phenylalanine, diikuti oleh penemuan kodon AAA yang menyandikan lysine, CCC menyandikan proline. Nirenberg dan Philip Leder kemudian berhasil memecahkan 54 dari 64 kodon, sedangkan sisanya berhasil dipecahkan oleh Har Gobind Khorana. Karena jasanya ini, Khorana, Holley dan Nirenberg menerima Hadiah Nobel bidang Fisiologi atau Kedokteran di tahun 1968.
Pada prosesnya di dalam sel, terjadi proses transkripsi yaitu sintesis RNA dengan DNA sebagai cetakannya. RNA yang membawa sandi alias pesan yang sama dengan resep pada DNA ini kemudian bertindak sebagai cetakan untuk sintesis protein. Setiap kodon mengkodekan 1 asam amino. Karena jenis basa DNA ada 4 (A, G, C dan T), maka kombinasi 3 basa memiliki 43 atau 64 kemungkinan.
Sementara itu jumlah asam amino penyusun protein diketahui hanya 20 saja (dengan beberapa tambahan asam amino yang jarang). Dengan demikian berarti ada asam amino yang dikodekan  oleh lebih dari satu kodon. Untuk mempermudah melihat kode genetik, berikut ini adalah grafik kode genetik yang diperoleh dari Wikipedia sebagai acuan.

Genetic Code (image from wikipedia.org)
Dengan dipecahkannya misteri kode genetik, kini kita bisa mengetahui protein apa yang dihasilkan suatu gen tanpa harus menganalisa proteinnya secara langsung, cukup dengan bantuan komputer dan software Bioinformatika, urutan basa DNA bisa diterjemahkan menjadi urutan asam amino protein. Dengan kode genetik pula kita dapat lebih memahami proses-proses yang terjadi dalam sel makhluk hidup.

from sciencebiotech.net
read more

10 Tips Rahasia Presentasi Spektakuler ala Steve Jobs (Bagian 1)



Steve Jobs
Pada tanggal 5 Oktober 2011 lalu, dunia sedang dilanda kehebohan. Penyebabnya bukanlah karena ada gedung di New York atau Palo Alto yang kena bom lagi, tapi karena adanya seorang manusia yang baru saja diambil oleh Allah SWT, yakni Steve Jobs. Betul Steve Jobs memang bukanlah seorang muslim, tapi ada begitu banyak kebaikan yang bisa diambil dari CEO Apple satu ini untuk kebaikan semua muslim, khususnya yang ingin jadi pengusaha. Dan salah satunya adalah cara Steve dalam menyajikan presentasi. Dalam tulisan berikut, penulis mencoba untuk memaparkan beberapa trik yang sering digunakan oleh Steve Jobs dalam memberikan presentasi terkait produk-produk Apple.

Bagi Anda yang doyan mengikuti perkembangan Apple dan produk-produk besutannya seperti iPod, iPhone, iPad, Macbook, dan sejenisnya, Anda pastinya tahu kalau salah satu kunci sukses Apple dalam menjual produk-produk di atas adalah karena keren atau fantastisnya sang CEO dalam mempromosikan barang-barang tersebut di acara peluncurannya.

1. Gunakan theme slide yang sederhana
a
Dalam setiap aksinya di acara peluncuran produk-produk Apple, Steve tampaknya selalu menggunakan theme slide yang itu-itu saja, yakni slide presentasi dengan warna atasan hitam dengan siluet biru tua di bagian bawah. Tapi, alih-alih membosankan, slide yang sederhana ini justru membantu para audiense untuk memfokuskan diri pada presentasi produk secara keseluruhan.

Dan ini adalah salah satu nilai plus dari Steve Jobs karena ada beberapa speakers di dalam acara peluncuran produk yang justru malah suka dengan tampilan slide yang rame dan menyibukkan mata. Tergantung dari tujuan dan untuk siapa presentasi yang Anda berikan, sebaiknya Anda memberi perhatian khusus untuk masalah ini.

2. Gunakan font yang jelas dan mudah dibaca

Helvetica adalah favorit Steve Jobs, dan begitu juga Apple. Dalam setiap kesempatan presentasinya, Steve tampaknya selalu menggunakan font ini dalam slide-nya. Salah satu keunggulan Helvetica yang sering tidak dijumpai di font lain adalah pada "clarity" atau kejelasannya, baik ketika ditampilkan dalam ukuran yang kecil maupun besar.

Bila Anda adalah seorang amatiran, terkadang Anda tergoda dan tergerak untuk menggunakan font yang terkini dan seaneh mungkin dengan tujuan untuk menarik perhatian pendengar. Padahal ini bukanlah sesuatu yang bisa dibenarkan.    

3. Gunakan kata-kata yang bersifat "hiperbola"

Pernahkah Anda mendengar Steve Jobs mengeluarkan kata-kata berikut secara berulang-ulang dalam acara peluncuran produknya; "Amazing", "Fantastic", "Awesome", "Magical", "Blown me away", dan sejenisnya. Yup, Anda benar. Steve memang sering sekali menggunakan kata-kata atau ungkapan di atas untuk melukiskan betapa hebatnya fitur yang dimiliki oleh produk besutan Apple. Dan terkadang kata-kata jenis inilah yang Anda butuhkan untuk menanamkan keyakinan kepada pendengar atau calon pelanggan Anda tentang kehebatan produk Anda. Tentunya dengan harapan bahwa para pendengar itupun nantinya akan meniru-niru Anda ketika menceritakan produk ini kepada teman-temannya. "Oh yeah, this new iPhone just blown me away. I just couldn't speak no more."

4. Ulangi dan ulangi lagi 

Agar efek kata-kata hiperbolis tadi semakin mengena di hati dan neuron calon pelanggan Anda, jangan sungkan untuk mengatakannya secara berulang-ulang. Agar tidak terkesan membosankan, Steve biasanya mengulangi kata-kata hiperbolis ini dalam rentang waktu sekitar 5 menit atau setelah berakhirnya video atau penjelasan dari partnernya. Cara ini diharapkan mampu menghindari penonton dari rasa bosan gara-gara Anda sering mengulangi kata-kata sakti tadi.

Ingat selalu kata-kata ini: "Amazing", "Fantastic", "Awesome", "Magical", "Blown me away". Dalam bahasa Indonesia, kita juga mempunyai padanannya. Tidak percaya? Coba ucapkan kata-kata ini; keren, heboh, menakjubkan, ajaib, aneh tapi nyata, dan luar biasa. Untuk membuatnya lebih "heboh" lagi, Anda tidak dilarang untuk mengganti "luar biasa" menjadi "luuuuuuuuuarrrrr biasa". Hehehe, "ajaib" bukan?

5. Minimalisir kuantitas teks, maksimalkan di pernyataan

Dalam setiap slide yang Steve tampilkan, pria kelahiran tahun 1955 ini cenderung untuk menggunakan sesedikit mungkin teks. Teks di dalam slide hanya berfungsi sebagai pengingat saja. Sementara penjelasannya ada di dalam kepala dan ujung lidah Steve sendiri. Dengan demikian, penonton pun akan sulit memalingkan perhatiannya dari Steve. Hal ini berbeda bila Anda menggunakan teks di dalam slide yang tampil dalam porsi besar dan banyak sehingga akan membuat penonton bosan karena mereka menganggap Anda lebih kelihatan seperti orang yang sedang membacakan alih-alih menjelaskan.

Hei, kalau membaca saja semua orang bisa bukan? Mending lakukan di rumah saja. Tidak perlu repot dan buang-buang waktu untuk pergi ke event peluncuran produk Anda. Betul tidak?

Oke, untuk saat ini, sampai di sini dulu trik sukses presentasi ala Steve Jobs. Di bagian kedua dari tulisan ini, penulis akan mencoba untuk mengangkat beberapa trik lagi yang tentunya akan sangat sayang untuk dilewatkan. Bila Anda adalah seorang pendiri perusahaan atau seorang CEO, Anda sebaiknya tahu seni dalam memberikan presentasi.
read more

‘Bangkit dari Kubur’ setelah 120.000 Tahun


Artikel ini bukan sebuah cerita horor yang diangkat jadi film, tapi bener-bener kisah nyata. Ceritanya ada spesies bakteri mungil yang berhasil ‘dihidupkan’ lagi setelah 120 ribu tahun lamanya terkubur pada kedalaman tiga kilometer dalam lempengan es Greenland. Penemuan ini memberi harapan akan adanya kehidupan serupa di lingkungan ber-es di planet lain.
Bakteri ini secara resmi dinamai Herminiimonas glaciei, bentuknya berupa batang dengan panjang hanya 0,9 mikrometer dan diameter 0,4 mikrometer, sekitar 10 – 50 kali lebih kecil dibanding bakteri yang sudah ngetop lebih dulu, Escherichia coli.
Salah seorang anggota tim yang mendeskripsikan spesies baru ini, yaitu Jennifer Loveland-Curtze dari Pennsylvania State University mengatakan bahwa yang unik dari bakteri ini adalah ukurannya yang sangat mungil, dan nampaknya bisa bertahan dalam sumber makanan yang sangat sedikit.
Loveland-Curtze berspekulasi bahwa, karena dimensinya yang sangat kecil sehingga ia dapat bertahan hidup dalam lorong-lorong kecil di dalam es, mengais-ais makanan (nutrient) yang juga sama-sama terkubur di dalam lapisan es. Bakteri ini juga mempunyai flagella yang mirip ekor sehingga mampu bermanuver dalam lorong untuk menemukan makanan.
Dalam salju yang menimbunnya, Loveland-Curtze dan tim jg mendapati adanya sel-sel bakteri, spora jamur, spora tanaman, mineral dan ‘puing-puing’ zat organik lainnya. Sehingga mereka berpostulat bahwa bakteri tersebut hidup di dalam relung mikro tersebut di dalam es.

Proses ‘Pembangkitan’

Herminiimonas glaciei. Image from dailymail.co.uk.
Bagaimana bakteri tersebut ‘dibangkitkan kembali’? Tim peneliti melakukannya dengan menyimpannya pada suhu 2°C selama 7 bulan, kemudian pada suhu 5°C selama 4,5 bulan lagi. Setelah itu, barulah tampak koloni-koloni bakteri yang sangat kecil berwarna coklat keunguan, menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

Mikroba di Planet Lain

Dengan penemuan ini, Loveland-Curtze sampai berspekulasi bahwa mikroba-mikroba sejenis mungkin saja ada di dalam es di planet-planet atau bulan-bulan lain, seperti es di kutub Mars atau lautan yang tertutup es di Europa, salah satu bulan Jupiter.
Fenomena ini juga semakin menguatkan fakta bahwa es adalah medium yang paling baik untuk mengawetkan asam nukleat, senyawa-senyawa organik dan sel. Kemungkinan untuk menemukan mereka dalam lingkungan semacam itu sangat besar karena kondisi dingin tersebut. Loveland-Curtze mengatakan, “Ini memberi harapan pada kita bahwa ada sesuatu di sana, kami dapat menemukannya.”
Laporan selengkapnya bisa dilihat pada International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology (DOI: 10.1099/ijs.0.001685-0).

from sciencebiotech.net
read more

Menyingkap Kehidupan di Luar Teori Dasar

Mendengar kata arsen kita pasti langsung teringat racun, karena senyawaan arsenik memang sangat berbahaya bagi tubuh dan bahkan sangat mematikan. Lalu bagaimana jadinya jika ada mikroorganisme yang ternyata bersahabat dengan arsen? Jangan-jangan masih ada hubungan saudara dengan alien.
Awal Desember 2010, masyarakat Indonesia digegerkan dengan beberapa fenomena alam, seperti lahirnya sapi berkaki enam dan kambing yang berperilaku layaknya anjing. Berita akan fenomena ini begitu besar sehingga mendapat perhatian dari masyarakat luas. Pada saat yang bersamaan, ilmuan dunia digegerkan oleh suatu penemuan yang lebih besar. Bakteri yang dapat hidup dan berkembang biak menggunakan senyawa arsen.Dalam dunia ini (sebelum penemuan ini dipublikasikan) telah dikenal enam atom penyusun kehidupan, yaitu karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, fosfor, dan sulfur. Atom-atom ini tedapat di dalam setiap makhluk hidup di dunia, menyusun organ-organ, sel, bahkan materi genetik atau DNA. Fosfor merupakan komponen penting dalam senyawa Adenine Mono Phosphate (AMP) yang berfungsi sebagai energi untuk sel. Selain itu, fosfor juga merupakan bagian dari tulang punggung DNA yang berfungsi menjaga DNA sehingga dapat stabil dalam sel.
Arsen dikenal sebagai suatu komponen yang berbahaya. Struktur molekul senyawaan arsenik hampir mirip seperti fosfat sehingga memiliki karakteristik yang hampir sama (ingat, fosfor [P] dan arsen [As] berada dalam satu golongan pada tabel periodik). Dalam kondisi yang sesuai arsen dapat menggantikan posisi fosfor (homolog). Berbeda dengan fosfat, ikatan yang dibentuk arsenik dengan senyawa lain cenderung lemah dan tidak stabil. Ketidakstabilan suatu senyawa dapat mengakibatkan suatu kerusakan yang lebih besar, karena itulah arsen begitu berbahaya bagi makhluk hidup.
Telah ditemukan beberapa bakteri yang dapat tahan di dalam lingkungan yang mengandung arsen. Bakteri-bakteri ini dapat bertahan dengan cara “berpuasa” dan menghentikan metabolisme. Akan tetapi hal ini menyebabkan bakteri tersebut tidak dapat berkembang biak karena metabolisme di dalam sel tidak dapat berjalan. Teori dasar tentang enam senyawa penyusun kehidupan belum terpecahkan hingga peneliti Felisa Wolfe-Simon dan rekan-rekannya meneliti tanda-tanda kehidupan di dasar Danau Mono, California, USA.
Danau Mono dikenal sebagai danau yang hypersaline atau air asin dan memiliki pH yang tinggi (pH 9.8). Selain itu danau ini juga dikenal sebagai salah satu tempat yang memiliki konsentrasi arsen paling tinggi di dunia. Dengan kondisi ekstrim seperti itu, penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian yang spekulatif, tetapi hasil yang didapatkan justru menujukkan suatu hal yang baru dan merubah teori dasar kehidupan.
Bakteri GFAJ-1 yang termasuk golongan Halomonadaceae (Image from dogonews.com)
Bakteri GFAJ-1, yang merupakan kependekan dari ”Give Felisa a Job”-1, termasuk ke dalam famili Halomonadaceae yang merupakan famili bakteri “pecinta garam” (kondisi asin atau saline). Di dalam lab, bakteri GFAJ-1 dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik di dalam media yang mengandung arsen ataupun fosfat. Setelah diteliti lebih lanjut menggunakan arsen yang terlabel, ternyata ditemukan molekul arsen di dalam organ sel, membran, dan materi genetik (DNA dan RNA) bakteri tersebut. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa bakteri ini menggunakan arsen sebagai senyawa penyusun kehidupannya menggantikan peran fosfat. Sungguh merupakan penemuan yang menghebohkan mengingat arsen yang merupakan senyawa yang bergitu berbahaya terhadap makhluk hidup hanyalah sebagai makanan “alternatif” bagi bakteri GFAJ-1 ini.

Arsenat memiliki ikatan yang kurang stabil dibandingkan dengan fosfat sehingga ikatan ini lebih mudah terhidrolisis. Peneliti berspekulasi bahwa kunci dari masalah ini adalah senyawa poly-β-hydroxybutyrate. Dalam spesies bakteri lain poly-β-hydroxybutyrate berfungsi sebagai tempat penyimpanan energi dan kabon tetapi untuk bakteri famili Halomonadaceae, senyawa ini dapat berperan dalam mengatur konsentrasi cairan di dalam sitoplasma dan mengurangi kemungkinan terhidrolisisnya senyawa-senyawa yang mengandung arsen tersebut.
Hasil yang didapatkan ini menuai berbagai pujian dan juga kritikan. Terdapat beberapa ilmuan yang meragukan hasil yang didapatkan, prosedur kerja yang tidak sesuai, atau publikasi yang berlebih. Walaupun begitu, tak dapat dipungkiri penemuan ini membuka pandangan baru dalam dunia ilmu pengetahuan. Dengan penemuan semacam ini, teori-teori dasar yang ditanamkan bertahun-tahun mungkin perlu ditinjau lagi.


from sciencebiotech.net
read more

Saturday, October 22, 2011

Jaminan Mutu dalam Sertifikasi Guru

Netsains.Com - Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan rendahnya kualitas guru ini adalah dengan mengadakan sertifikasi. Dengan adanya sertifikasi, pemerintah berharap kinerja guru akan meningkat dan pada gilirannya mutu pendidikan nasional akan meningkat pula. Namun, beberapa pihak ada yang berpendapat bahwa sejatinya sertifikasi adalah alat untuk meningkatkan kesejahteraan guru. Bahkan yang lebih berani mengatakan bahwa sertifikasi adalah akal-akalan pemerintah untuk menaikkan gaji guru.
Kata sertifikasi hanyalah kata pembungkus agar tidak menimbulkan kecemburuan profesi lain. Meski tentunya, kita tidak mengesampingkan kenyataan bahwa United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO)-Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurus bidang pendidikan. Menurut Badan PBB itu, peringkat Indonesia dalam bidang pendidikan pada tahun 2007 adalah 62 di antara 130 negara di dunia. Education development index (EDI) Indonesia adalah 0.935, di bawah Malaysia (0.945) dan Brunei Darussalam (0.965). Hingga hasil penelitian United Nation Development Programe (UNDP) pada tahun 2007 tentang Indeks Pengembangan Manusia menyatakan Indonesia berada pada peringkat ke-107 dari 177 negara yang diteliti Indonesia memperoleh indeks 0,728. Dan jika Indonesia dibanding dengan negara-negara ASEAN yang dilibatkan dalam penelitian, Indonesia berada pada peringkat ke-7 dari sembilan negara ASEAN.
Dalam hal ini tingkat pengetahuan bangsa atau pendidikan bangsa merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan Indeks Pengembangan Manusia. Peringkat Indonesia yang rendah dalam kualitas sumber daya manusia ini adalah gambaran mutu pendidikan Indonesia yang rendah. Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga tercermin dari daya saing di tingkat internasional. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum, 2007-2008, berada di level 54 dari 131 negara. Jauh di bawah peringkat daya saing sesama negara ASEAN seperti Malaysia yang berada di urutan ke-21 dan Singapura pada urutan ke-7.
Salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah komponen mutu guru. Rendahnya profesionalitas guru di Indonesia dapat dilihat dari kelayakan guru mengajar. Menurut Balitbang Depdiknas, guru-guru yang layak mengajar untuk tingkat SD baik negeri maupun swasta ternyata hanya 28,94%. Guru SMP negeri 54,12%, swasta 60,99%, guru SMA negeri 65,29%, swasta 64,73%, guru SMK negeri 55,91 %, swasta 58,26 %. Namun pemahaman bahwa sertifikasi tidak lain hanya meningkatkan kesejah teraan guru seperti diatas juga tidak terlalu salah sebab dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) pasal 16 disebutkan bahwa guru yang memiliki sertifikat pendidik, berhak mendapatkan insentif yang berupa tunjangan profesi. Besar insentif tunjangan profesi yang dijanjikan oleh UUGD adalah sebesar satu kali gaji pokok untuk setiap bulannya.
Namun, persepsi seperti itu cenderung mencari-cari kesalahan suatu program pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional. Peningkatan kesejahteran guru dalam kaitannya dengan sertifikasi harus dipahami dalam kerangka peningkatan mutu pendidikan nasional , baik dari segi proses (layanan) maupun hasil (luaran) pendidikan. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan secara eksplisit mengisyaratkan adanya standarisasi isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiyaan, dan penilaian pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.
Di samping itu, menurut Samami dkk. (2006:3), yang perlu disadari adalah bahwa guru adalah subsistem pendidikan nasional. Dengan adanya sertifikasi, diharapkan kompetensi guru sebagai agen pembelajaran akan meningkat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dengan kompetensi guru yang memenuhi standar minimal dan kesejahteraan yang memadai diharapkan kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran dapat meningkat. Kualitas pembelajaran yang meningkat diharapkan akan bermuara akhir pada terjadinya peningkatan prestasi hasil belajar siswa.
Kunci Keberhasilan Pendidikan
Pada  dasarnya  terdapat  berbagai  faktor  yang  mempengaruhi  keberhasilan pendidikan, antara lain: guru, siswa, sarana dan  prasarana, lingkungan pendidikan, kurikulum. Dari beberapa faktor tersebut, guru dalam kegiatan proses pembelajaran di  sekolah  menempati  kedudukan  yang  sangat  penting  dan  tanpa  mengabaikan faktor  penunjang  yang  lain,  guru  sebagi  subyek  pendidikan  sangat  menentukan keberhasilan  pendidikan  itu  sendiri.    Studi  yang  dilakukan  Heyneman  &  Loxley pada  tahun  1983  di  29  negara  menemukan  bahwa  di  antara  berbagai  masukan (input)  yang  menentukan  mutu  pendidikan  (yang  ditunjukkan  oleh  prestasi  belajar siswa)  sepertiganya  ditentukan  oleh  guru.  Peranan  guru  makin  penting  lagi  di tengah keterbatasan sarana dan prasarana sebagaimana dialami oleh negara-negara sedang  berkembang.  Lengkapnya  hasil  studi  itu  adalah:  di  16  negara  sedang berkembang,  guru  memberi  kontribusi  terhadap  prestasi  belajar  sebesar  34%, sedangkan  manajemen  22%,  waktu  belajar  18%  dan  sarana  fisik  26%.      Di  13 negara  industri,  kontribusi  guru  adalah  36%,  manajemen  23%,  waktu  belajar  22% dan  sarana  fisik  19%  (Dedi  Supriadi,  1999:  178).  Fasli  Jalal  (2007:1)  mengatakan bahwa  bahwa  pendidikan  yang  bermutu  sangat  tergantung  pada  keberadaan  guru yang bermutu, yakni guru yang profesional, sejahtera dan bermartabat. Oleh karena itu  keberadaan  guru  yang  bermutu  merupakan  syarat  mutlak  hadirnya  sistem  dan praktik pendidikan yang bermutu.
Hampir  semua  bangsa  di  dunia  ini  selalu  mengembangkan  kebijakan  yang mendorong  keberadaan  guru  yang  bermutu.  Salah  satu  kebijakan  yang dikembangkan  oleh  pemerintah  di  banyak  negara  adalah  kebijakan  intervensi langsung  menuju  peningkatan  mutu  dan  memberikan  jaminan  dan  kesejahteraan hidup  guru  yang  memadai.  Beberapa  negara  yang  mengembangkan  kebijakan  ini bisa  disebut  antara  lain  Singapore,  Korea  Selatan,  Jepang,  dan  Amerika  Serikat. Negara-negara  tersebut  berupaya  meningkatkan  mutu  guru  dengan
mengembangkan  kebijakan  yang  langsung  mempengaruhi  mutu  dengan melaksanakan  sertifikasi  guru.  Guru  yang  sudah  ada  harus  mengikuti  uji kompetensi untuk mendapatkan sertifikat profesi guru.
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru. Sertifikat pendidik ini diberikan kepada guru yang memenuhi standar profesional guru. Standar profesioanal guru tercermin dari kompetensi yang dimiliki oleh guru tersebut, yang tentunya memiliki penerapan berbeda dibeberapa negara Hasil studi Educational Testing Service (ETS) yang dilakukan di delapan negara menunjukkan bahwa pola-pola pembinaan profesionalisme guru di negara-negara tersebut dilakukan dengan sangat ketat (Samami dkk., 2006:34).
Sebagai contoh, Amerika Serikat dan Inggris yang menerapkan sertifikasi secara ketat bagi calon guru yang baru lulus dari perguruan tinggi. Di kedua negara tersebut, setiap orang yang ingin menjadi guru harus mengikuti ujian untuk memperoleh lisensi mengajar. Ujian untuk memperoleh lisensi tersebut terdiri dari tiga praksis, yaitu tes keterampilan akademik yang dikenakan pada saat seseorang masuk program penyiapan guru, penilaian terhadap penguasaan materi ajar yang diterapkan pada saat yang bersangkutan mengikuti ujian lisensi, dan penilaian performance di kelas yang diterapkan pada tahun pertama mengajar. Mereka yang memiliki lisensi mengajarlah yang berhak menjadi guru.
Di Indonesia, untuk mengikuti kegiatan sertifikasi ditahun 2011 ini para guru harus mengikuti tes awal untuk menilai kompetensi pendidik yang sebenarnya. Pelaksanaan sertifikasi guru yang bertujuan menjadikan pendidik profesional mulai tahun ini mengalami perubahan signifikan. Kelayakan guru memperoleh sertifikat pendidik profesional tidak hanya melalui penilaian portofolio, tetapi tes awal menjadi tolok ukur utama. Berdasarkan pengalaman jika hanya berkas portofolionya yang dinilai dan mayoritas guru lulus, sehingga berkas-berkas tersebut bisa saja dimanipulasi. Oleh sebab itu, dari kuota sertifikasi untuk 300.000 guru tahun 2011, hanya satu persen yang dijatah lulus lewat penilaian portofolio.Bagi yang tidak lulus pada jalur portofolio tersebut otomatis harus mengikuti sertifikasi jalur PLPG di masing-masing rayon atau Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).
Bagi para guru yang lulus pada tahap awal, berkas portofolio yang merupakan track record para guru tersebut akan dinilai. Sebagaimana dilansir Suara Merdeka.com 28 Juli 2011 Data Informasi Sertifikasi Guru Panitia Pusat menyebutkan sebanyak 99% peserta atau 1.309 guru gagal atau tidak lulus dalam tes awal sertifikasi portofolio yang dilakukan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas). Dari 1.323 guru yang mengikuti tes awal melalui sistem online, hanya 14 guru yang lulus dan bisa dinilai berkas portofolionya. Koordinator Data Informasi Sertifikasi Guru Panitia Pusat Prof Wahyu Hardiyanto mengungkapkan, ketidaklulusan itu karena para pendidik tersebut tidak bisa memenuhi ketentuan nilai yang disyaratkan. ”Sesuai dengan ketentuan, para peserta harus bisa menyelesaikan 75% soal tes awal dalam bentuk pilihan ganda dengan waktu 100 menit untuk materi eksakta dan non-eksakta serta pedagogik. Kalau itu tidak terpenuhi, dianggap gagal untuk mengikuti penilaian berikutnya
Umumnya yang lulus merupakan guru-guru berprestasi menonjol. Sebagian besar guru akan mengikuti pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) selama sepuluh hari di lembaga pendidikan tenaga pendidikan (LPTK) negeri dan swasta yang ditunjuk pemerintah. Para guru yang disertifikasi lewat jalur PLPG itu akan diuji kompetensi standar yang disiapkan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) .
Kualitas Pendidikan dan Sertifikasi Guru

Problematika apakah  sertifikasi  akan  secara  otomatis  meningkatkan mutu  kompetensi  guru,  dan  kemudian  akan  meningkatkan  mutu  pendidikan, masih menajdi perdebatan dikalangan pendidikan. Sebagaimana dirilis Kompas.com beberapa pihak mengatakan sertifikasi guru sebenarnya bukan ukuran yang tepat untuk menilai peningkatan mutu guru. Sebab, sertifikasi guru lebih merupakan proses untuk menetapkan guru apakah memenuhi syarat atau tidak sesuai ketentuan yang berlaku. Pasalnya, peningkatan mutu guru pascasertifikasi tidak serta-merta meningkat tajam. Karena itu, program sertifikasi guru yang dilaksanakan pemerintah hingga tahun 2015, baik lewat penilaian portofolio maupun pendidikan dan pelatihan guru, tetap harus diikuti dengan pembinaan pengembangan profesi guru secara berkelanjutan
Hal inilah yang menyebabkan pertanyaan, adakah jaminan bahwa dengan memiliki sertifikasi, guru akan lebih bermutu perlu dijawab secara kritis analitis, karena bukti-bukti hasil sertifikasi dalam kaitan dengan peningkatan mutu guru bervariasi. Di Amerika Serikat  kebijakan  sertifikasi  bagi  guru  belum  berhasil  meningkatkan  mutu kompetensi guru, hal antara lain dikarenakan kuatnya resistensi dari kalangan guru sehingga pelaksanaan sertifikasi berjalan amat lambat. Sebagai contoh dalam kurun waktu  sepuluh  tahun,  mulai  tahun  1997 – 2006,  Amerika  Serikat  hanya mentargetkan 100.000 guru untuk disertifikasi. Bandingkan dengan Indonesia yang dalam  kurun  waktu  yang  sama  mentargetkan  mensertifikasi  2,7  juta  guru sebaliknya kebijakan yang sama telah berhasil meningkatkan mutu kompetensi guru di Singapore dan Korea Selatan. (Fasli Jalal. 2007: 2)
Ada  beberapa  hal  yang  perlu  untuk  dikaji  secara  mendalam  untuk  memberikan jaminan bahwa sertifikasi guru akan meningkatkan mutu pendidikan. Pertama  dan  sekaligus  yang  utama,  sertifikasi  merupakan  sarana  atau instrumen  untuk  mencapai  suatu  tujuan,  bukan  tujuan  itu  sendiri.  Perlu  ada kesadaran dan pemahaman dari semua fihak bahwa sertifikasi adalah sarana untuk menuju  mutu.  Sertikasi  bukan  tujuan  itu  sendiri.  Kesadaran  dan  pemahaman  ini akan melahirkan aktivitas yang benar, bahwa apapun yang dilakukan adalah untuk mencapai  mutu.  Kalau  seorang  guru  kembali  masuk  kampus  untuk  kualifikasi, maka  belajar  kembali  ini  untuk  mendapatkan  tambahan  ilmu  pengetahuan  dan ketrampilan, sehingga mendapatkan ijazah S-1. Ijazah S-1 bukan tujuan yang harus dicapai dengan segala cara, termasuk cara yang tidak benar melainkan konsekuensi dari  telah  belajar  dan  telah  mendapatkan  tambahan  ilmu  dan  ketrampilan  baru. Demikian  pula  kalau  guru  mengikuti  uji  sertifikasi,  tujuan  utama  bukan  untuk mendapatkan  tunjangan  profesi,  melainkan  untuk  dapat  menunjukkan  bahwa  yang bersangkutan  telah  memiliki  kompetensi  sebagaimana  disyaratkan  dalam  standard kemampuan  guru.  Tunjangan  profesi  adalah  konsekuensi  logis  yang  menyertai adanya  kemampuan  yang  dimaksud.  Dengan  menyadari  hal  ini  maka  guru  tidak akan mencari jalan lain guna memperoleh sertifikat profesi kecuali mempersiapkan diri dengan belajar yang benar untuk menghadapi uji sertifikasi. Kedua,  konsistensi  dan  ketegaran  pemerintah.  Sebagai  suatu  kebijakan  yang bersentuhan  dengan  berbagai  kelompok  masyarakat  akan  mendapatkan  berbagai tantangan  dan  tuntutan.  Paling  tidak  tuntutan  dan  tantangan  akan  muncul  dari  3 sumber.  Sumber  pertama  adalah  dalam  penentuan  lembaga  yang  berhak melaksanakan  uji  sertifikasi.  Berbagai  lembaga  penyelenggara  pendidikan  tinggi, khususnya  dari  fihak  Lembaga  Pendidikan  Tenaga  Kependidikan  Swasta  akan menuntut  untuk  diberi  hak  menyelenggarakan  dan  melaksanakan  uji  sertifikasi. Demikian  juga,  akan  muncul  tuntutan  dari  berbagai  LPTK  negeri  khususnya  di daerah  luar  jawa  akan  menuntut  dengan  alasan  demi  keseimbangan  geografis.
Tuntutan  ini  akan  mempengaruhi  penentuan  yang  mendasarkan  pada  objektivitas kemampuan  suatu  perguruan  tinggi.  Ketegaran  dan  konsistensi  pemerintah  juga diperlukan  untuk  menghadapi  tuntutan  dan  sekaligus  tantangan  bagi  pelaksana Undang-Undang  yang  muncul  dari  kalangan  guru  sendiri.  Mereka  yang  sudah senior  atau  mereka  para  guru  yang  masih  jauh  dari  pensyaratan  akan  menentang dan menuntut berbagai kemudahan agar bisa memperoleh sertifikat profesi tersebut.   Ketiga,  tegas  dan  tegakkan  hukum.  Dalam  pelaksanaan  sertifikasi,  akan muncul  berbagai  penyimpangan  dari  aturan  main  yang  sudah  ada.  Adanya penyimpangan  ini  tidak  lepas  dari  adanya  upaya  berbagai  fihak,  khususnya  guru untuk  mendapatkan  sertifikat  profesi  dengan  jalan  pintas.  Penyimpangan  yang muncul dan harus diwaspadai adalah pelaksanaan sertifikasi yang tidak benar. Oleh karenanya,  begitu  ada  gejala  penyimpangan,  pemerintah  harus  segera  mengambil tindakan  tegas.  Seperti  mencabut  hak  melaksanakan  sertifikasi  dari  lembaga  yang dimaksud,  atau  menetapkan  seseorang  tidak  boleh  menjadi  penguji  sertifikasi,  dan lain sebagainya.
Keempat, laksanakan  UU  secara  konsekuen.  Tuntutan  dan  tantangan  juga akan  muncul  dari  berbagai  daerah  yang  secara  geografis  memiliki  tingkat pendidikan yang relatif tertinggal. Kalau UUGD dilaksanakan maka sebagian besar dari pendidik di daerah ini tidak akan lolos sertifikasi. Pemerintah harus konsekuen bahwa sertifikasi merupakan standard nasional  yang harus dipatuhi. Toleransi bisa diberikan dalam pengertian waktu transisi. Misalnya, untuk Jawa Tengah transisi 5 tahun,  tetapi  untuk  daerah  yang  terpencil  transisi  10  tahun.  Tetapi  standard  tidak mengenal toleransi. Kelima pemerintah pusat dan pemerintah daerah menyediakan anggaran yang memadai, baik  untuk  pelaksanaan  sertifikasi  maupun  untuk  pemberian  tunjangan profesi.
Membangun Sistem Jaminan Mutu

Untuk melakukan penjaminan pelaksanaan sertifikasi guru dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan maka perlu dilakukan pembinaan guru secara terus menerus dan berkesinambungan. Pembinaan guru harus berlangsung secara berkesinambungan, karena  prinsip mendasar adalah guru harus merupakan a learning person, belajar sepanjang hayat masih di kandung badan. Sebagai guru profesional dan telah menyandang sertifikat pendidik, guru berkewajiban untuk terus mempertahankan prosionalitasnya sebagai guru.  Pembinaan  profesi  guru  secara  terus  menerus  (continuous  profesional development) menggunakan wadah guru yang sudah ada, yaitu kelompok kerja guru (KKG)  untuk  tingkat  SD  dan  musyawarah  guru  mata  pelajaran  (MGMP)  untuk tingkat  sekolah  menengah.  Aktifitas  guru  di  KKG/MGMP  tidak  saja  untuk menyelesaikan  persoalan  pengajaran  yang  dialami  guru  dan  berbagi  pengalaman mengajar antar  guru, tetapi dengan strategi mengembangkan kontak akademik dan melakukan refleksi diri.
Desain  jejaring  kerja  (networking)  peningkatan  profesionalitas  guru berkelanjutan  melibatkan  instansi  Pusat,  Pusat  Pengembangan  dan  Pemberdayaan Pendidik  dan  Tenaga  Kependidikan  (P4TK),  Lembaga  Penjaminan  Mutu Pendidikan  (LPMP)  dan  Dinas  Pendidikan  Propinsi/Kabupaten/Kota  serta Perguruan Tinggi setempat.
P4TK yang berbasis mata pelajaran membentuk Tim Pengembang Materi Pembelajaran, bekerjasama dengan Perguruan Tinggi bertugas:
  • menelaah dan mengembangkan materi untuk kegiatan KKG dan MGMP
  • mengembangkan model-model pembelajaran
  • mengembangkan modul untuk pelatihan instruktur dan guru inti
  • memberikan pembekalan kepada instruktur pada LPMP
  • mendesain pola dan mekanisme kerja instruktur dan guru inti dalam kegiatan KKG dan MGMP
LPMP  bersama  dengan  Dinas  Pendidikan  Propinsi  melakukan  seleksi  guru  untuk menjadi  Instruktur  Mata  Pelajaran  Tingkat  Propinsi  per  mata  pelajaran  dengan tugas:
  • menjadi narasumber dan fasilitator pada kegiatan KKG dan MGMP
  • mengembangkan inovasi pembelajaran untuk KKG dan MGMP
  • menjamin keterlaksanaan kegiatan KKG dan MGMP
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melakukan seleksi Instruktur Mata Pelajaran Tingkat Kab/Kota dan membentuk Guru Inti per mata pelajaran dengan tugas:
  • motivator bagi guru untuk aktif dalam KKG dan MGMP
  • menjadi fasilitator pada kegiatan KKG dan MGMP
  • mengembangkan inovasi pembelajaran
  • menjadi narasumber pada kegiatan KKG dan MGMP
KKG dan MGMP sebagai wadah pengembangan profesi guru melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi  profesi  guru.  Selain  itu  perlu  adanya  pemberdayaan (empowerment)  guru  yang  telah  memperoleh  sertifikat.  Hal  ini  dapat  dilakukan dengan  adanya  pemberian  tugas  yang  sesuai  dengan  kompetensi  guru  maupun adanya  dorongan  dari  fihak  manajemen  sekolah  yang  mampu  menumbuhkan motivasi  kerja  bagi  para  guru.  Meningkatnya  kompetensi  guru  yang  didukung adanya  motivasi  kerja  yang  tinggi  akan  dapat  meningkatkan  kinerja  guru.
Meningkatnya  kinerja  guru  akan  meningkatkan  kualitas  pembelajaran,  yang  pada akhirnya  akan  meningkatkan  mutu  pendidikan  secara  keseluruhan,  karena  ujung tombak  dari  kegiatan  pendidikan  adalah  pada  kegiatan  pembelajaran  yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru.
Pelaksanaan sertifikasi guru sebagai bentuk upaya ideal tentunya akan menghadapi berbagai kendala. Di samping persoalan biaya, berbagai tantangan dan tuntutan juga akan muncul. Dalam hal ini pemerintah perlu membangun jejaring untuk menjamin apakah sertifikasi akan berhasil meningkatkan mutu kompetensi guru.  Oleh sebab itu,  pembinaan  dan  pemberdayaan  guru  pasca sertifikasi  secara berkesinambungan pada gilirannya akan menjadi bagian terepenting untuk menjamin pelaksanaan sertifikasi yang tepat sasaran.  Sekaligus berperan sebagai perwujudan syarat mutlak menciptakan sistem dan praktik pendidikan yang bermutu melalui guru-guru yang berkualitas.  Pembinaan dan pemberdayaan yang kurang tepat tidak menutup  kemungkinan  akan  menyebabkan  kegiatan  sertifikasi  sekedar  kegiatan untuk  meningkatkan  kesejahteraan  guru  sebagai  tujuan  antara,  sementara  tujuan akhir dari kegiatan sertifikasi untuk meningkatkan mutu pendidikan menjadi kurang mendapat perhatian dari peserta sertifikasi.
Daftar Pustaka

Departemen  Pendidikan  Nasional  (2006)  Undang-undang Republik Indonesia, No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Direktoran  Jendral  Pendidikan  Tinggi,  Departemen  Pendidikan  Nasional.  (2008). Pedoman  Penyelenggaraan  Program  Sertifikasi  Guru  Dalam  Jabatan Melalui Jalur Pendidikan. Jakarta.
Fasli  Jalal.  (2007).  Sertifikasi  Guru  Untuk  Mewujudkan  Pendidikan  Yang Bermutu?.  Makalah  disampaikan  pada  seminar  pendidikan  yang diselenggarakan oleh Program Pascasarjana Unair, tanggal 28 April 2007 di Surabaya
Muchlas Samani.  (2008).  Sertifikasi  Guru  Sebagai  Bagian  Peningkatan  Kualitas Pendidikan.  Makalah  disampaikan  pada  seminar  Strategi  Peningkatan Kualitas Pendidikan. Program Pascasarjana UNY, 22 Maret di Yogyakarta

from netsains.com
read more

Korupsi Bukan Budaya

Banyak orang mengatakan kalau korupsi sudah menjadi budaya. Pendapat orang seperti ini tidak bisa disalahkan karena fenomena korupsi bukanlah barang baru di kehidupan bangsa Indonesia, tapi yang jadi masalah ketika pelaku korupsi semakin banyak dan semakin canggih. Hal ini tentunya akan semakin keberlangsungan hajat hidup rakyat Indonesia.
Korupsi sebagai budaya perlu didekontruksi atau dalam bahasa lain korupsi sebagai budaya itu harus ditinjau ulang. Upaya dekontruksi harus dimulai dari melihat kembali definisi “budaya” dan definisi “korupsi” agar bisa ditimbang apakah korupsi layak dikatakan sebagai budaya atau tidak? Kalau tidak layak sepertinya harus ada “pe-label-an” baru yang pas sesuai dengan definisinya.
Definisi budaya menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah pikiran atau akal budi, sesuatu yang mengenai kebudayaan yang sudah berkembang (beradab, maju), sedangkan kata “berbudaya” didefinisikan mempunyai budaya; mempunyai pikiran dan akal yang sudah maju. Bisa dikatakan jika budaya merupakan produk dari kemajuan berpikir manusia yang beradab atau bisa dikatakan sebagai tiang penompang peradaban manusia.
Korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruptio yang artinya buruk atau rusak, bisa juga ditransformasikan dalam kata kerja bahasa latin corrumpere yang artinya menggoyahkan, menyogok dan memutar balikan. Lembaga Transparansi Internasional mendefinisikan korupsi sebagai perilaku pejabat publik yang menyelewengkan dan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan oleh mereka untuk kepentingan atau memperkaya diri sendiri maupun golongannya.
Korupsi menurut penulis bisa dibagi dalam dua konteks. Pertama, korupsi dipahami secara makro yaitu menyangkut perilaku pejabat publik dan menyangkut hajat hidup orang banyak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kedua, korupsi dipahami secara mikro yaitu menyangkut prilaku penyimpangan yang dilakukan individu yang tidak ada hubungannya dengan kehidupan bernegara.
Komparasi definisi budaya dan korupsi bisa dilihat bagaimana kedua kata tersebut memiliki makna yang kontradiksi. Budaya yang merupakan hasil perkembangan akal budi yang biasanya menyangkut hal-hal moril dan etika jelas tidak bisa dikawinkan dengan kata korupsi yang notabane menyangkut penyelewengan dan penyalahgunaan kepercayaan publik. Mindset masyarakat Indonesia menyebut korupsi sebagai budaya tak lain karena korupsi sudah lekat dengan prilaku pejabat publiknya.
Sejak republik ini didirikan korupsi sudah menyerang prilaku pejabat publiknya, apalagi di era Soekarno wacana “nasionalisasi” aset sedang massif di mana saat itu kontrol pejabat publik belum kuat dan media masih dibawah tekanan penguasa sehingga korupsi bisa mulai tumbuh subur di republic ini. Salah satu contoh kasus yang hangat pada masa kepemimpinan presiden Soekarno adalah kasus korupsi yang dilakukan oleh pengusaha yang bernama Lie Hok Thai, kasusnya dibongkar oleh salah satu jurnalis kritis dan berani yaitu Mochtar Lubis.
Lie Hok Thai adalah pengusaha yang melakukan tindak pelarian uang negara yang dibawa Menteri Luar Negeri Roeslan Abdul Gani ke luar negeri. Roeslan sempat diadili, tapi dampaknya Mochtar Lubis dianggap pembangkang oleh Presiden Soekarno dan dipenjarakan dua kali selama 8 tahun.
Era Soekarno selesai setelah digulingkan oleh demonstrasi besar-besaran oleh mahasiswa pada tahun 1976 yang juga sertai political pressure oleh militer, berpindah tanganlah kekuasan dari tangan Soekarno ke Soeharto, orde lama tutup buku diganti dengan rezim orde baru. Tutup bukunya rezim orde lama ke orde baru justu bukan berarti prilaku korup juga berakhir. Justru pada era orde baru, prilaku korup pejabat publik semakin tumbuh subur.
Soeharto memimpin republik ini dengan tangan besi, kroni-kroni Soehato menjadi manusia yang istimewa. Akibat adanya perlakukan istimewa pada kroni-kroni Soeharto yang ini tak lain juga untuk melanggengkan kekuasaannya membuat praktek korupsi semakin tumbuh subur. Trias politika tidak berfungsi pada era Soeharto, demokrasi menjadi cacat, pemerintah menjadi tak terkontrol maka penyalahgunaan kekuasaan terjadi secara jamaah. Legislatif dan yudikatif justru tunduk pada eksekutif, pemerintah menjadi powerfull sehingga pengawasan menjadi lemah. Media dibungkam, siapa yang mengkritik pemerintah dibredel.
Ketika rezim menjadi powerfull maka sudah pasti penyelewengan akan semakin mudah, power tends to corrupt. Karl Popper sudah mewanti-wanti dalam bukunya “Liberalisme – Beberapa Tesis” dengan menyatakan bahwa “negara adalah suatu kejahatan yang tak terhindarkan : kekuasaannya tidak boleh dilipatgandakan melebihi apa yang diperlukan”. Kalau kekuasaan negara berlipat ganda maka pasti akan ada penyelewengan.
Rezim Soeharto pun tumbang seiring dengan krisis ekonomi yang didera, rakyat marah, demonstrasi besar-besaran pun terjadi. Orde baru tutup usia diganti oleh era reformasi. Era reformasi berlangsung, media dibuka selebar-lebarnya. Akan tetapi sekali lagi, korupsi justru tumbuh subur. Upaya untuk melakukan pemberantasan korupsi pun telah diupayakan dengan didirikannya Komisi Pemberantasan Korupsi. Keberadaan KPK menjadi harapan rakyat dalam pemberantasan korupsi, tapi apa yang terjadi, saat ini sedang nge-trend fenomena yang disebut sebagai “corruptors fight back” yaitu upaya pelemahan KPK dengan kasus “serangan” seorang Nazarudin kepada salah satu Pimpinan KPK yaitu Chandra Hamzah.
Jadi, penulis sangat tidak setuju jika korupsi dikatakan sebagai “budaya”, korupsi lebih tepat dikatakan sebagai “penyakit sosial” yang disebabkan oleh kebobrokan moral. Upaya meminimalisir korupsi bukan hanya menyentuh aspek “pemberantasan” yaitu dengan mengungkap kasus korupsi pejabat publik semata, akan tetapi harus ada tindakan preventif yaitu dengan menanamkan nilai “anti korupsi” itu sendiri. Caranya? Adanya pendidikan anti korupsi bisa menjadi salah satu solusi kongkret.
Dede Kurniawan
Aktif di Madjid Politika Universitas Paramadina

from netsains.com
read more

Produksi dan Representasi Kejahatan di Media Massa (Newsmaking Criminology)

Representasi media massa tentang kejahatan, penyimpangan, dan kekacauan selalu menjadi sumber keprihatinan. Ada dua keprihatinan yang muncul dalam perdebatan publik mengenai representasi media, dan ini tercermin pada berbagai penelitian.
Di satu sisi, media sering dipandang sebagai sesuatu yang secara mendasar bersifat subversif (menggulingkan atau meruntuhkan). Sedangkan di sisi lain, media lebih kurang dipandang sebagai wujud halus kontrol sosial.
Mereka yang menganggap media bersifat subversif, memandang representasi media tentang kejahatan itu sendiri sebagai penyebab gangguan yang signifikan. Misalnya, ada yang menyatakan bahwa kejahatan meningkat karena “moral dan kebiasaan kalangan bawah di masyarakat, yang tumbuh memburuk secara cepat (karena pengaruh media).”
Namun, keprihatinan yang berbeda mengenai representasi media tentang kejahatan, juga membuat was-was kalangan liberal dan radikal. Bagi mereka, media bukanlah penyebab kejahatan itu sendiri.
Tetapi media –dalam melakukan kontrol sosial– justru menimbulkan rasa terancam atau ketakutan yang berlebih-lebihan di kalangan publik mengenai masalah hukum dan ketertiban. Hal ini pada gilirannya malah bisa membangkitkan dukungan terhadap solusi-solusi yang represif, atau dengan kata lain memberi angin pada munculnya otoritarianisme.
Dalam bentuknya yang tipikal-ideal, kedua perspektif ini secara ekstrem bertolak belakang satu sama lain. Meski keduanya sama-sama memandang media secara negatif. Masing-masing perspektif memiliki kubu pendukung dan industri penelitian di belakangnya, yang menghasilkan studi-studi empiris terkait dengan konten, produksi, dan dampak media.
Jadi, ada tiga isu yang saling berkaitan. Yaitu: konten, konsekuensi-konsekuensi (atau dampak dari konten tersebut), dan sebab-sebab (bagaimana proses produksi dari konten tersebut), dalam hal representasi media tentang kejahatan.
Hubungan antara sistem pengadilan kejahatan dan sistem media sudah menjadi subyek riset, spekulasi, dan komentar sepanjang abad ke-20. Hubungan ini dapat dipahami dalam kerangka berlangsungnya hubungan ketergantungan (dependency relations) antara sistem-sistem masif tersebut.
Secara sederhana, baik sistem media maupun sistem pengadilan kejahatan, masing-masing tidak dapat beroperasi secara efektif tanpa kehadiran yang lain. Sistem pengadilan kejahatan adalah sumber penting bagi sistem media, untuk memperoleh berita dan kisah-kisah untuk hiburan (entertainment).
Peran klasik media, di mana media memantau lingkungan untuk melihat apakah ada ancaman potensial ataupun aktual terhadap kesejahteraan kolektif dan individu, merupakan cara kuat dari pihak media untuk menarik perhatian audiensnya.
Orang harus terus-menerus meng-update pemahaman dan kemampuan mereka, untuk bisa mengorientasikan dirinya ke dalam lingkungan di mana mereka bertindak. Dalam hal ini, kisah-kisah kejahatan yang disiarkan oleh media –baik yang bersifat berita, feature, maupun hiburan– mengarahkan dan meng-update pemahaman-pemahaman ini.
Organisasi media yang komersial menerjemahkan hubungan ini dengan audiensnya ke dalam bentuk profit, yang mengalir dari pihak pengiklan.
Kapasitas sistem media, untuk menjangkau audiens yang sangat besar dari kalangan warga dan pengambil keputusan, juga memposisikan media sebagai sumber penting bagi sistem pengadilan kejahatan serta seluruh organisasi penegakan hukum dan keadilan yang melayaninya.
Di sisi lain, agar sistem pengadilan kejahatan bisa beroperasi efektif, ia harus memiliki otoritas yang diperoleh dari kesediaan warga untuk memberikan legitimasi. Dalam hal ini, pengisahan oleh media dapat secara signifikan mempengaruhi proses tersebut.
Alokasi sumber-sumber yang langka untuk sistem pengadilan kejahatan juga tergantung pada keberhasilan perjuangan, agar kisahnya dibingkai secara positif dan secara meluas disebarkan kepada audiens media.
Hubungan ketergantungan makro semacam ini berperan sebagai konteks, bagi pengujian aspek-aspek spesifik dari hubungan media, pengadilan kejahatan, publik, dan para pengambil keputusan.
Terdapat hubungan ketergantungan antara jurnalis, polisi, pengadilan, dan penjara. Dampak jurnalisme terhadap sistem pengadilan kejahatan, serta sikap masyarakat terhadap kasus-kasus kejahatan tertentu, juga sudah banyak diteliti.

Jurnalisme mungkin merupakan profesi media yang memiliki klaim paling legitimatif untuk memberikan pengaruh terhadap sistem pengadilan kejahatan. Tetapi, ini bukan satu-satunya cara bagi media dalam memberikan pengaruh.
Media hiburan juga telah diteliti dan dikritik karena pengaruh mereka terhadap persepsi publik, tentang orang dan lembaga-lembaga yang mewakili sistem pengadilan kejahatan. Sejumlah program televisi, dengan satu dan lain cara (misalnya, lewat komedi, kisah misteri, drama, biografi, dokudrama, dan sinetron/opera sabun), isinya ternyata berpusat pada polisi, pengacara, hakim, pelaku kejahatan, dan korban kejahatan.

Dampak terhadap sikap dan perilaku publik, yang mungkin dibawa oleh tayangan itu, dicurigai berpengaruh terhadap proses pengadilan, vonis bersalah terhadap terdakwa, dan berpotensi menginspirasi perilaku kriminal nyata. Pihak jaksa penuntut, misalnya, mungkin cenderung melakukan proses tuntutan yang lebih keras dan intensif, pada kasus-kasus yang paling banyak diberitakan oleh media.
Selain itu, sejak awal 1980-an, telah muncul sebuah genre televisi yang sebagian bersifat jurnalisme (karena berkaitan dengan realitas dan subyek-subyek penting) dan sebagian lain yang cukup besar bersifat hiburan. Dikatakan bersifat hiburan karena dramatik, dikembangkan dengan musik dan efek khusus, dan sering menyertakan aktor yang memainkan berbagai peran.
Tayangan semacam Cops, America’s Most Wanted, dan Unsolved Mysteries menggabungkan gambar penangkapan aktual, wawancara dengan orang yang terlibat kejahatan, serta informasi dokumenter lain, ditambah dengan sejumlah unsur dramatik untuk menciptakan bentuk baru jurnalisme-semu (quasi-journalism).
Tayangan yang ”seolah-olah jurnalisme” semacam ini telah dikecam keras oleh para jurnalis profesional, tetapi meski begitu tayangan ini terbukti sangat populer.
Kemunculan tayangan semacam ini dipandang sebagai kemerosotan kualitas jurnalisme siar (broadcast journalism), yang mungkin memberi dampak tak langsung terhadap sistem pengadilan.
Menurut Profesor Kriminologi dari Eastern Michigan University, Gregg Barak, pemberitaan kejahatan umumnya justru sering membuat realitas kejahatan itu sendiri menjadi kabur. Hal ini terjadi karena media lebih senang memperlihatkan aspek dramatis dari peristiwa kejahatan. Bad news is good news. Pemberitaan seperti ini melupakan aspek yang justru diperlukan oleh publik, yaitu memahami realitas kejahatan itu secara tepat dan proporsional. Serta aspek pengendalian atau pencegahan kejahatan itu sendiri.
Patut diakui bahwa dunia jurnalistik, seiring perkembangan teknologi, kini sudah menjadi industri media dan bisnis. Hakikat bisnis adalah mencari keuntungan, selain juga memiliki tujuan-tujuan mulia seperti mendidik masyarakat.
Oleh karenanya, adalah wajar bila kemudian media massa lebih “memilih” menampilkan hal-hal yang akan menarik perhatian publik. Salah satunya adalah dunia kriminalitas. Namun, yang dihadirkan itu sayangnya justru yang menyeramkan, berdarah-darah, atau dramatis, agar publik membaca, mendengar atau melihat.
Padahal media seharusnya juga mampu menghadirkan “realitas” yang tepat. Dalam kasus pembunuhan berantai yang dilakukan Ryan, media teramat senang menghadirkan Ryan sebagai pribadi yang homoseksual, hingga publik seperti diajak menyimpulkan bahwa kejahatan yang dilakukannya disebabkan oleh dirinya yang menyukai sesama jenis.
Konsekuensinya, publik memberikan stigma yang sangat berlebihan kepada kelompok homoseksual, hingga mengarah ke kekerasan. Padahal bila dilihat dari kacamata keilmuan, impulsifitas, egosentrisme, dan kurang empati adalah gejala yang juga dapat ditemukan pada individu yang “normal”.
Terhadap kejahatan yang dilakukan oleh perempuan, media juga cenderung menyalahkan pelaku. Bahwa kejahatan adalah hal yang tidak pantas dilakukan oleh perempuan, sehingga bila nyatanya terjadi maka pasti ada “sesuatu yang salah” dalam diri perempuan tersebut.
Sebut saja misalnya bagaimana media kurang melakukan penelusuran terhadap kemungkinan bahwa mutilasi “Mayasari Bakti” yang dilakukan seorang perempuan tahun 2008 dilatarbelakangi oleh kekerasan dalam rumah tangga yang dialami pelaku. Penelitian memperlihatkan, umumnya kejahatan kekerasan yang dilakukan perempuan selalu dilatarbelakangi kondisi bahwa dirinya adalah korban kekerasan fisik dan psikologis.
Terakhir, kecenderungan ini diperlihat media dalam pemberitaan tentang tersangka (Ketua KPK) Antasari Azhar, yang diduga sebagai otak pembunuhan berencana terhadap Nasrudin Zulkarnain. Media seperti membawa publik terjebak dalam pada kesimpulan bahwa kehadiran “Rani” (istri Nasrudin) adalah cikal masalah tersebut.
Rani memang diduga menjadi bagian dari episode ini, namun media tidak pantas bila selalu mengarahkan fokus padanya. Sebuah stasiun televisi swasta bahkan membuat sesi talk show tentang dunia “gadis-gadis pemungut bola golf” yang (maaf) bisa “dipakai”. Terkait upaya penegakan hukum terhadap pembunuhan Nasrudin, talkshow ini sungguh kontraproduktif.
*Tulisan ini merupakan rangkuman dari berbagai sumber, mulai dari artikel karya Robert Reiner, Bill Loges, Sandra-Ball Rokeach, Gregg Barak, sampai rubrik Analisis Kriminalitas di Suara Pembaruan (13 Mei 2009).

from netsains.com
read more

Memahami Teori Evolusi dari Diri Sendiri

Memahami teori evolusi mirip memahami kemunculan kita atau kelahiran diri kita di dunia.
Ketika kita lahir ceprot ! Tak ada yang dapat meyakinkan kita bahwa kita lahir pada jam itu, tanggal itu dan oleh ibu itu dengan sang ayah yang itu. Yang ada hanyalah selembar surat. Dan kesaksian mereka. Kita yakin itu adalah tanggal kelahiran kita tanpa kita mampu membuktikannya atau menolaknya.
Ketika umur sekian bulan ada foto-foto kita. Juga ketika TK, SD. Nah saat itu kita baru punya ingatan. Pertanyaan yang mungkin agak sulit tentang mulainya sejarah diri kita sendiri, “kapan saat terkecil yang anda ingat ?“. Saya yakin ndak ada yg ingat saat dilahirkan. Ndak ada yg ingat wajah doker, atau bidang yg menolongnya.
Sekalilagi kita hanya percaya pada selembar surat dan selembar foto, serta pengetahuan dari orang yg tahu tentang masa kecil kita. Jarang diantara kita yang kemudian melakukan checking dan recheck ke Rumah sakit atau bertanya pada bidan yang membantu ibu melahirkan kita. Juga ndak ada yang berniat membuktikan apakah kita keturunan ayah dengan uji DNA. Namun rata-rata hanya percaya saja dengan surat dan cerita dari orang tua yang sudah ada saat kita lahir.
Sumber data dan sumber ilmu
Saya ibaratkan surat akta lahir itu sebagai sebuah data sumber ilmu pengetahuan. Orang tua, pakdhe, budhe dan om-tante adalah para alhi. Yang kebetulan dituliskan dalam selembar kertas. Dan ketika saat terkecil munculnya kita adalah saat munculnya kesadaran. Kapan itu ? Saya sendiri hanya ingat masa terkecil saya ketika usia 3 tahun. Itu saat termuda yang mampu saya ingat. Walaupun tetep samar-samar. Tetapi saya ingat lokasi dan dengan digendong almarhum bapak saya. Setelah itu memori saya barulah saya mampu merunut kehidupan saya telah berjalan setapak-setapak hingga kini.
Foto-foto lain serta tulisan serta memori yang ada di otak saya menjelaskan perjalanan hidup saya sejak bayi (yg saya tidak ingat sama sekali) hingga kini ada di Jakarta.
Evolusi mahluk dan perjalanan hidup
Nah bisa kita mengibaratkan foto-foto itu sebagai fosil fosil. Saya bisa percaya fosil itu sisa mahluk hidup masa lampau. Layaknya saya melihat foto masa bayi saya ketika tengkurap. Sayapun hanya percaya itu foto saya karena diberitahu om, pakde serta ortu saya. Demikian juga fosil-fosil itu. Saya lihat foto saya bayi mirip dengan saya. Dan berkembang menjadi saya. Saya juga melihat fosil-fosil itu berkembang berubah seperti layaknya perubahan yg perlahan.
Kalau saya bisa dan mampu mengerti foto-foto itu adalah foto-foto perkembangan saya sejak dahulu, maka secara sederhana saya juga meyakini fosil2 itu sebagai jejak napak tilas perubahan mahluk hidup. Dan dengan begitu saya mudah mengerti bagaimana proses evolusi itu berkembang.
Katakan saja apabila sahabat saya Ita punya foto yang dikumpulkannya sejak kecil. Ada foto yang memperlihatkan Ita yang masih bayi, tentusaja kalau ditanya dia tidak akan bisa ingat sewaktu bayi. Tapi saya yakin dia percaya saja bahwa itu dirinya. Tentusaja selain dengan dongengan kakek nenek serta ibu-bapaknya, Ita juga melihat perkembangan wajah dirinya. Dan itu yang akan membuatnya percaya bahwa foto bayi dan anak kecil itu adalah dirinya.
Nah kita tahu ada fosil yang terrekam dalam batuan merupakan sisa mahluk hidup masa lalu prosesnya bisa dilihat ditulisan ini Apa itu fosil ?. Tentusaja fosil-fosil ini tidak terrekam lengkap. Mirip seperti rekaman foto kita juga terpencar-pencar. Karena dulu belum ada filem yg merekam perjalanan kita sepanjang masa. Namun dengan fosil inilah para ahli mempelajari proses perubahan mahluk hidup dan melahirkan teori evolusi.
Tentusaja perubahan individu ini akan berbeda dengan perkembangan mahkluk hidup secara kolektif.  Perubahan yang terlihat dalam proses evolusi bukanlah perubahan individu, juga bukan perkembangan satu keluarga saja, tetapi perubahan kolektif spesies selama jutaan tahun. Namun harus dimengerti juga bahwa kita pun memiliki keterbatasan kesadaran dalam memahami sejarah diri sendiri. Demikian juga teori evolusi. Teori ini memiliki titik-titik simpul yang masih lepas tak berhubungan. Mirip seperti sulitnya memahami rekaman sejarah diri kita sewaktu bayi.

from netsains.com
read more

Nasehat Bijak Einstein tentang Hidup Sukses



Quote:
Quote:
Tak perlu bersiap-siap mengernyitkan kening, kita hanya akan membahas ringan tentang filosofi hidup singkat Einstein. Tidak ada Fisika, nuklir, atau hal-hal jenius. Hanya small things tapi sering terlupakan, padahal berpengaruh besar terhadap kehidupan kita.

Apa saja nasehat bijak Einstein? yuk kita lihat.
Quote:
1. Buntuti Terus Rasa Ingin Tahu Anda

“Saya bukan memiliki bakat khusus. Hanya selalu menikmati rasa ingin tahu saja.


Membaca kutipan Einstein di atas membuat saya bertanya-tanya Seperti apa rasa ingin tahu itu? Saya selalu bertanya-tanya mengapa ada orang sukses, sementara banyak lainnya gagal; karena itu saya menghabiskan banyak waktu membaca banyak bahan. Mencari tahu koneksi berbagai hal terhadap kata ‘sukses’.

Mengejar jawaban rasa ingin tahu Anda adalah kunci rahasia kesukesan.
Quote:
2. Tekun itu Tak Ternilai.

“Saya bukannya pintar, boleh dikatakan hanya bertahan lebih lama menghadapi masalah.

Bayangkan seekor kura-kura di tengah rimba gunung, sementara dia ingin menuju pantai. Atau, apakah Anda setekun tunas mangga terus-menerus bertumbuh, berkembang sehingga akhirnya berbuah?

Ada ungkapan bagus popular di kalangan pegawai pos, ‘selembar prangko menjadi bernilai hanya karena ketika dia menempel pada surat hingga mengantarnya sampai ke tujuan’.

Jadilah seperti prangko, selesaikan apa yang sudah Anda mulai.
Quote:
3. Fokus pada saat ini.

“Seorang pria yang bisa menyetir dengan aman sementara mencium gadis cantik, sebenarnya tidak memberi penghargaan yang layak untuk ciumannya itu.


Einstein kok ngomongin tentang ciuman ya? Ah, itu kan hanya istilah saja, Tapi saya ingin cerita tentang kejadian ketika saya menjaga kebun duren di kebun. Begitu banyak kera seperti menunggu saya lengah dan menyikat durian ranum di atas pohon. Ayah saya bilang, saya tak akan bisa menembak dua kera sekaligus. Pengertian saya atas kata-kata beliau adalah, ‘saya bisa melakukan banyak hal, tapi bukan semua hal sekaligus’. Belajar untuk ‘berada di sini, saat ini’; berikan perhatian kepada apa yang sedang Anda kerjakan.

Energi terfokus adalah sumber kekuatan. Itulah perbedaan antara kesuksesan dan kegagalan.
Quote:
4. Imaginasi adalah kekuatan.

“Imaginasi adalah segalanya. Imaginasi adalah penarik masa depan. Imaginasi lebih penting daripada pengetahuan”


Ungkapan Einstein ini sangat terkenal. Apakah Anda berimajinasi setiap hari? Imaginasi lebih penting dari pengetahuan! Imaginasi memainkan satu babak awal dalam pentas hidup masa depan Anda. Lagi, kata Einstein, “Tanda kejeneniusan sesungguhnya bukanlah pengetahuan melainkan imaginasi.

Sekali lagi, apakah Anda sudah melatih otot-otot imaginasi Anda setiap hari? Jangan biarkan otot-otot itu menjadi kurus dan sakit-sakitan. Hidup tanpa imajinasi seperti mengikuti aliran sungai, pasrah mengikuti apapun kemauan dan ke mana arahnya. Tak memiliki kuasa atas apapun terhadap pilihan pun keinginan. Menyedihkan.
Quote:
5. Buat Kesalahan.

“Seseorang yang tidak pernah membuat kesalahan sebenarnya tak pernah mencoba sesuatu yang baru.


Einstein tak pernah takut dengan kesalahan. Tak perlu alergi dengan kesalahan. Catat baik-baik, KESALAHAN bukan KEGAGALAN. Dua hal tadi berbeda. Kesalahan-kesalahan dapat membantu Anda menjadi lebih baik, lebih cepat, lebih cerdas–jika Anda menggunakannya dengan tepat tentunya.

Carilah sesuatu berbau baru–something new–dari kesalahan Anda. Seperti sudah dibilang sebelumnya, jika ingin sukses, belajar lebih banyak dari kesalahan Anda.
Quote:
6. Hidup pada saat ini.

“Saya tak pernah memikirkan masa depan–itu akan datang sesaat lagi.

Satu-satunya jalan agar hidup Anda baik dimasa depan adalah hidup dengan baik pada saat sekarang. Ah, lagi-lagi nasehat bijak untuk menyikapi waktu dengan tepat oleh pakar fisika quantum Einstein.

Sangat tak mungkin mengubah kemarin karena sudah terjadi. Anda bisa lakukan sekarang adalah mengubah cara pandang Anda SAAT INI tentang kemarin agar menjadi lebih baik. Anda juga tidak bisa mengubah besok menjadi lebih baik, kecuali jika Anda melakukan yang terbaik pada saat ini.

Masalahnya hanya tentang waktu, dan waktu tidak pernah ke mana-mana kok 
Quote:
7. Hargai diri Anda.

“Berusahalah dengan keras bukan untuk menjadi sukses, tapi untuk menjadi lebih berharga.


Tak perlu lah banting tulang untuk menjadi lebih sukes. Luangkan waktu Anda untuk menaikkan nilai diri Anda. Jika Anda memang bernilai, sukses akan datang menghampiri Anda. Apakah Einstein bekerja lebih keras untuk sukses? Saya pikir dia hanya terus menerus berinvestasi untuk meningkatkan nilai dirinya. Sukses datang sendiri kepadanya.

Kenali bakat dan berkah karunia-Nya kepada Anda. Belajarlah mengasah mereka menjadi lebih tajam, gunakan untuk memberi manfaat sebanyak-banyaknyak kepada orang lain.

Bekerjalah untuk menjadi bernilai, sukses akan mengejar Anda. Apakah berlian harganya sama dengan kerikil? Anda punya jawabannya  Keduanya mengalami tekanan berbeda sehingga membedakan nilainya.
Quote:
8. Jangan mengharapkan Hasil Berbeda.
“Kegilaan: adalah melakukan sesuatu dengan cara sama berulang-ulang dan mengaharapkan hasil berbeda.


Nasehat bijak Enstein di atas adalah favorit saya Anda jangan mengharapkan hasil menjadi lebih baik jika Anda masih bertahan dengan cara yang Anda pakai sekarang. Dengan ungkapan lain, Anda mimpi mengharapkan otot bisep Anda menjadi lebih ‘seksi’ jika masih mengangkat barbel ringan terus menerus.

Jika ingin hidup Anda berubah, Anda harus berubah. Mengubah cara pikir, cara pandang dan cara melakukan sesuatu. Ketika Anda mengubah pikiran Anda, mengubah Sudut pandang Anda, mengubah tindakan Anda, hidup Anda akan berubah dengan sendirinya.

Guys, bayangkan hal berikut: Ada seorang gadis manis tepat di depanmu. Bandingkan kedua aksi berikut. Pertama, kamu senyum tulus, reaksi si gadis adalah membalas senyummu. Kedua, kamu melotot padanya, bisa ditebak apa reaksi di gadis? 
Quote:
9. Pengetahuan terasah melalui Pengalaman

“Informasi bukanlah pengetahuan. Satu-satunya sumber pengetahuan adalah pengalaman.


Setuju pak Einstein, saya tak berani membantah nasehat bapak di atas. Anda lebih berpengalaman daripada saya 
Pengetahuan itu berasal dari pengalaman. Anda bisa mendiskusikan sebuah proyek; tapi diskusi itu hanya akan memberi Anda informasi. Anda harus melakukan proyek tersebut untuk ‘tahu’ apakah proyek tersebut berjalan dengan benar atau tidak. Anda harus melakukannya untuk mengatasi munculnya masalah-masalah ditengah proyek berjalan. Itu membuat Anda memiliki pengalaman baru dan bermanfaat.

Apa pesan Einstein? Carilah pengalaman! Jangan habiskan waktumu nonton sinetron cinta sementara dirimu setengah mati menginginkan pacar, misalnya Keluar dari duniamu sekarang dan pengalaman tak ternilai menunggumu di luar sana.
Quote:
10. Pahami Aturan Main, Lalu Bermainlah Lebih Baik.

“Anda harus memahami aturan permainan. Kemudian Anda harus bermain lebih baik daripada pemain lain.


Bagi Einstein, dia cukup memahami aturan-aturan dasar Fisika lalu berpikir dan bekerja lebih baik dibanding fisikawan lainnya. Sederhananya, anda cukup melakukan dua hal saja.

Pertama, yang harus anda lakukan adalah memahami ‘peraturan’ bagaimana cara Anda melakukannya. Kedua, Lakukan pekerjaan tersebut lebih baik dibanding orang lain. Jika Anda mampu melakukan dua hal ini dengan baik, sukses pasti masuk ke kantong Anda 

Well, itu tadi 10 kutipan nasehat bijak Albert Einstein dan terjemahan bebas oleh saya  Semoga bisa bermanfaat untuk menjadi inspirasi dan membuat hidup lebih bijak.

read more

Adds

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More