Saturday, March 3, 2012

Mayat sebagai Pulau yang Dihuni Serangga

Serangga adalah hewan yang paling berlimpah di Bumi dalam hal ragam jenis atau spesiesnya maupun jumlahnya. Diperkirakan ada 900.000 spesies serangga yang diketahui terbang, merayap, dan berenang, tetapi tidak seorangpun tahu berapa banyak serangga yang ada karena terlalu banyak jumlahnya untuk di hitung!.
Serangga hidup diberaneka ragam habitat dan iklim. Serangga hampir ada dimana saja, membuatnya sebagai salah satu sarana ahli forensik yang sangat bagus. Dua kelompok serangga lalat (Diptera) dan kumbang (Coleoptera), penting bagi entomologiwan forensik karena serangga – serangga itulah yang paling lazim terdapat pada bangkai di banyak habitat dan iklim.
Dalam serial movie Bones (FOX) terdapat karakter yang sangat menarik yaitu sebagai entomologiwan yang bernama Dr. Jack Hodgins (diperankan oleh T. J. Thyne) yang dapat memperkirakan waktu kematian sebuah mayat dengan melihat pertumbuhan larva – larva serangga yang menghuni sebuah mayat. Dalam ilmu entomologi, tekadang memandang sebuah mayat sebagai mikrohabitat sementara dengan melihat iklim dan komunitas serangga yang sedikit berbeda dengan lingkungan yang lebih luas yang menjadi tempat mayat tersebut.
Mayat, mengalami perubahan suhu dan kelembapan data berdekomposisi, membuatnya dapat ditempati oleh jenis serangga yang berbeda pada waktu ke waktu yang berbeda. Serangga yang hidup pada atau dekat mayat bergantung pada persyaratan makanan, iklim, dan naungan. Serangga – serangga menginvasi mayat dengan pola umumnya dapat diduga, meskipun suksesi ini beragam antar wilayah saat iklim, habitat, dan spesies berubah. Misal, mayat tetap lembab dan menarik bagi lalat dalam waktu jauh lebih lama di wilayah tropis yang lembab daripada di gurun yang kering. Sama halnya , kumbang yang biasa memakan makanan sisa yang kering di iklim sedang tidak terdapat pada bangkai di tropika karena bangkai disitu tidak kering.
Lalat tiba pertama kali di mayat yang sedang mulai membusuk. Lalat bangkai (family Calliphoridae) dan lalat daging (family Sarcophagidhae) adalah jenis lalat paling umum yang ditemukan oleh entomologiwan forensik di tubuh mayat. Ini kemungkinan karena mayat yang mulai membusuk merupakan makanan yang kaya akan protein dan tempat yang bagus untuk berkembang biak bagi lalat dan anaknya. Lalat sangat menyukai makanan yang kaya protein sehingga indera penciumannya yang kuat membuatnya dapat menemukan bangkai dalam hitungan menit. pada mayat yang mulai membusuk, lalat meminum darah dan cairan lain untuk memberinya energi dalam berkembang biak. Lalat bangkai meletakkan telurnya di lubang – lubang tubuh. 12 – 18 jam kemudian, larva umumnya dikenal sebagai belatung, muncul dari telurnya untuk mencari makanan.
Lalat daging mempunyai strategi yang berbeda. Lalat ini melahirkan larva dan menjatuhkannya ke lubang – lubang tubuh saat terbang di atasnya. Saat telur larva bertambah banyak, semut dan kumbang – kumbang pemangsa membawanya pergi sebagian memakannya. Tidak lama kemudia  bangkai itu memanas karena larva dalam jumlah lebih banyak dan lebih besar dengan cepat memakan daging dalam jumlah banyak – dan bakteri yang terdapat dalam bangkai mulai menguraikan jaringan juga, menambahkan lebih banyak panas. Suhu dalam bangkai bisa mencapai 53o C. Kegiatan semua makhluk ini akan menyebabkan perubahan dalam tanah dan semakin lama semakin rumit. Beberapa serangga berdatangan untuk memakan serangga – serangga lain yang memakan bangkai.
PERKEMBANGAN SERANGGA
Para ahli forensik, sering mempergunakan llat untuk memperkirakan waktu seorang korban meninggal. Lalat mempunyai daur hidup holometabola yang artinya peenampilan pada tahap larva sangat berbeda dengan penampilan pada tahap dewasa. Ini adalah sifat lalat yang dapat menjadi sarana yang baik bagi penyidik forensik. Lalat melewati enam tahap perkembangan :
-    Telur
-    Larva instar satu
-    Larva instar dua
-    Larva instar tiga
-    Pupa
-    Dewasa
Telur – telur spesies lalat yang berbeda menetas pada waktu yang berbeda, tergantung pada suhu lingkungannya. Saat menetas larva instar satu muncul (Instar adalah tahapan perkembangan larva). Larva melewati perubahan tampilan fisik selama setiap instar. Perubahan ini dapat terjadi sedemikian tidak terlihat dan melibatkan tampilan – tampilan yang sangat kecil. Sehingga instar – instar sulit untuk dicirikan tanpa mikroskop. Lamanya seekor lalat tumbuh dari satu tahap ke tahap berikutnya terutama tergantung pada suhu. Pada umumnya, lalat berkembang dari telur ke dewasa dalam sepuluh hingga dua puluh tujuh hari pada suhu 27oC.
Serangga sangat rentan terhadap panas dan dingin yang ekstrem, karena lalat tidak dapat mengatur suhu tubuhnya sendiri. Jika suhu menjadi terlalu panas atau dingin, lalat tidak akan terbang atau meletakkan telurnya, dan larva tidak akan tumbuh. Penurunan suhu hingga 10oC dapat memperlambat pertumbuhan larva dengan nyata.
Jeda waktu antara kematian korban dan penemuan mayat disebut postmortem interval (PMI). Para ahli forensik mencatat u,ur, atau tahap perkembangan serangga yang ada di tubuh mayat. Karena lalat dapat menemukan tubuh mayat dalam hitungan menit sejak kematian korban, umur lalat pada tubuh mayat dalam sebagian besar kasus sangat dekat dengan PMI. Ada sebuah fasilitas penelitian ternama yang menjadi tempat para ilmuwan untuk meneliti dekomposisi mayat manusia. “The Body Farm” dimulai oleh William Bass, seorang antropologi forensik pada tahun 1971 di Universitas Tennessee Medical Center di Knoxville. Hampir 40 mayat dengan berbagai situasi yang terdekomposisi di sana. Penelitian ini menyumbangkan perkiraan waktu kematian dengan membandingkan dekomposisi manusia dan suksesi serangga pada manusia dalam berbagai lingkungan dan skenario.

From netsains.com

0 comments:

Post a Comment

Adds

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More