Saturday, November 5, 2011

Peran Teknologi, Netizen dan Leadership untuk Kemandirian Bangsa

Berbicara kekuatan dunia, tak akan lepas dari kekuatan ekonomi, karena inilah kapital penting dalam mendukung sebuah negara-bangsa menjadi respectable dan menjadi “leader” negara-negara lain. Dari sekian banyak negara mapan, ternyata saat ini sudah menjadi “aging nations”, negara yang “menua” akibat sedikitnya generasi produktif (18-50 tahun).
Dari kapasitas Produk Domestik Bruto (PDB)[1] atau bahasa internasionalnya, GDP (Gross Domestik Bruto), pertumbuhan setiap tahunnya sangat kecil, berkisar 1% hingga 2% saja, bandingkan dengan negara-negara baru seperti Chindia (China India) dan Korsel. Dan saya ingin menyebut satu lagi, yaitu Indonesia. Bayangkan, PDB 6000 Trilyun rupiah, dengan peningkatan PDB 6% pertahun, Indonesia dipastikan bakal menjadi raksasa ekonomi baru.
Masalahnya, pertumbuhan ini apakah juga diiringi dengan kepemimpinan yang membuat bangsa ini bisa menjadi pemimpin dunia sebagaimana teori mengenai kekuatan ekonomi yang merupakan juga saling resiprokal sebagai kekuatan politik dunia? Bahkan kekuatan politik mencari sumberdaya ekonomi untuk dikuras, demi menghidupi dirinya, sebagaimana layaknya “War for Oil” yang dipertontonkan dunia barat yang sedang stagnan saat ini?
Indonesia dan Teknologi
Dari sudut pandang berbeda, penguasaan teknologi adalah kunci dari persaingan internasional. Perekonomian yang baik seyogyanya diratakan dengan teknologi yang mumpuni, sebab teknologi menjamin perlindungan negara dari penyusupan intelijen asing, dus kedaulatan negara. Teknologi menjamin maksimalisasi pemanfaatan potensi Sumber daya alam untuk membangun perekonomian itu. Tak hanya sekedar seremonial memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional [2] atau Hari Nusantara [3] yang bahkan Anda pembaca belum tentu tahu peringatan hari tersebut bukan?
Kasus RIM (Research In Motion) versus Menkominfo, UU ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) yang kontroversial dan “Perlawanan Blogger dan Facebooker” ala Prita Mulyasari dan Bibit-Chandra menjadi bagian dari tapak menuju masa depan bangsa ini. Jika tertinggal, tak bisa dipastikan bahwa Indonesia mampu menjadi pemimpin di ranah yang lebih luas, tak hanya masalah perekonomian ala pertanian, sebab Industri kreatif [4] (Creative Industry) adalah penunjang dari perekonomian masa depan. Tak hanya hasil bumi atau hasil laut, namun masa depan akan dikuasai oleh yang empunya sistem informasi dalam memasarkan, mendistribusikan dan mengolah hasil tersebut. To say the least, computerize management.
Generasi “digital native” yang lahir di tahun 2000-an akan menyerap lebih banyak model sosial-budaya berbasiskan internet yang kini sudah “dalam genggaman tangan” akibat konvergensi dunia IT. Bayangkan, kita akan menjadi pemain domestik dan konsumen setengah mati. Sebab, apabila dilihat, konsumerisme sudah merasuk. PDB yang besar sebagian besar, sekitar 63% dikonsumsi oleh konsumen dalam negeri juga. Artinya yang belanja ya orang Indonesia juga. Ini sekilas kabar baik, karena peningkatan taraf hidup, namun mengkhawatirkan karena adanya gap yang semakin renggang antara si kaya dan si miskin.
Cina, negara kekuatan ekonomi baru, berpanglima-kan Teknologi Informasi. Divisi laptopnya IBM, nama besar di dunia IT, pun bisa diakuisisi oleh perusahaan lokal, yaitu Lenovo lewat tangan dingin Yang Yuanqin. Taiwan dengan brand international misalnya Gigabyte, MSI dan tak boleh dilupakan, Stan Shih dengan Acernya. Juga Korsel lewat Samsung dan LG serta Hyundai dan KIA. Bahkan Malaysia dengan Protonnya mulai menggurita dikawasan Asia. Semua brand global dewasa ini yang muncul dari serpihan ide dan didukung iklim perindustrian dalam negeri yang tentunya, sangat dipengaruhi oleh kebijakan dalam negeri pemerintahnya. Apa kabar Indonesia?
India, sebagaimana dilihat oleh Thomas Friedman dalam World is Flat [5], juga berperan besar dalam kemajuan negerinya adalah Teknologi. NR Narayana Murthy dan Nandan M. Nikelani mengembangkan Infosys Technologies Ltd., yang menjadi perusahaan teknologi informasi berskala internasional dan menduduki peringkat kedua terbesar di India. Perusahaan minyak goreng, Wipro saja bisa diubah menjadi perusahaan IT kelas kakap oleh Azim Premji, menjadi Wipro Technologies Ltd.
Bagaimana dengan Singapura dan Malaysia? Tidak kurang dana trilyunan dolar singapura digunakan negeri singa ini membangun Bio Valley di Jurong. Sedangkan Malaysia membangun super corridor di kota baru Putra Jaya. Apa kabar Indonesia? kabar terkini dari Indonesia, pembangunan Cyber Park di daerah Bogor terkendala dana dan bangkrutnya perusahaan pengembang. Saat ini, sungguh ironis, sudah berubah fungsi menjadi ladang jagung, walau menurut penjaga lahan, hanya sementara karena keisengan dia semata.
Belum lagi kita melihat geliat industri elektronik dan otomotif. Home appliances dikuasai Korsel dan Cina, Smartphone dan gadget juga sama. Redupnya Nokia melawan Samsung dan LG. Bahkan Samsung “harus” dipengadilankan oleh Apple karena merambah ranah “jajahan” pemasaran Apple di eropa, dengan dalih plagiasi desain dan HKI. Hanya Blackberry yang bertahan karena memiliki fitur karakteristik khas Indonesia, suka mengobrol, dengan teknologi BBM (Blackberry Messenger) dan keypad yang mana sangat nyaman bagi masyarakat untuk mengetik, tak lewat layar sentuh semata, sebagaimana biasanya Android (Sistem Operasi pesaingnya). Juga ada sisi-sisi emosional dengan model kelas “menengah atas” yang dimainkan atas nama “Brand”.
Untuk itu, kita, Indonesia, jika ingin maju perlu
penguasaan teknologi. Untuk itu pulalah kita perlu teknologi yang mandiri, sebab terkait national security, dan terkait Sumberdaya manusia lokal yang mumpuni dan globalisasi. Bocornya pipa gas di Siberia [6] akibat aktivitas CIA (Central Intelligence Agency) nya Amerika Serikat merupakan penyesalan dikemudian hari dalam penggunaan peranti lunak yang “tertutup” dan “buatan asing”.
Langkah tepat, Indonesia Go Open Source (IGOS) [7] dicanangkan. Gerakan ini merupakan gerakan Kemandirian sebab perangkat lunak yang di-develop dengan pola open source (kode sumber program tersebut disertakan dan dibuka), membuat tidak  ada yang ditutup-tutupi dari sebuah perangkat lunak. Dengan demikian anak bangsa bisa membuat hal yang serupa dan bahkan memperbaikinya. Gerakan ini juga mengisyaratkan Be Legal dan Go Open Source guna memerangi pembajakan peranti lunak yang selama ini, Indonesia menjadi salah satu yang terbesar [8].
Sementara Internet masuk desa dan Desa berdering sebagai program Kementrian Komunikasi dan Informatika masih berjalan, teman-teman relawan TIK [9] berjuang keras melakukan edukasi ke masyarakat mengenai dunia teknologi informasi khususnya penggunaan internet yang sehat, aman. Sebab berkembangnya jejaring sosial dan media sosial seperti Facebook, Twitter, Youtube menjadikan kita semua melek teknologi, tapi mungkin dari 50 juta pengguna internet 10, tak banyak yang bijak dalam menggunakannya. Ini tantangan sekaligus peluang besar bagi bangsa ini. Mereka ini akan menjadi intelektual baru atau malah menambah lost generation?
Kemandirian dan Masa Depan
Untuk mandiri, kita perlu menguasai teknologi, bukan dikuasai teknologi. Untuk bersaing dan menjadi bagian dari masyarakat dunia (world society) kita perlu berkomunikasi. Globalisasi tak dapat dilawan, yang ada adalah mempersiapkan diri. Masuknya ekspatriat sebagai sumberdaya manusia dan produk-produk asing ke dalam negeri adalah bagian dari globalisasi. Mau tidak mau, baik sumberdaya manusia Indonesia maupun produk Indonesia harus mampu bersaing secara global, dan meminjam istilah Friedman, secara datar (flat). Penguasaan teknologi adalah jalan utamanya.
Untuk menjadi pemenang, selain sumberdaya, perlu mental juga pemenang bukan pecundang. Disini leadership dari tokoh-tokoh negarawan bangsa ini diuji. Kepemimpinan di ASEAN Misalnya, bisa menjadi batu pijakan yang jelas untuk menjadi manajer komunitas ASEAN 2015 [11] yang menjadi satu benteng dalam menghadapi gempuran, misalnya Uni Eropa yang sudah bersatu padu.
Teknologi Informasi dan Komunikasi menjadi sangat penting dalam merajut keunggulan global dari negara-bangsa. Tak hanya  berpatokan PDB. Tapi juga kita mencoba menyelamatkan generasi yang akan datang dari konsumerisme sejati dan selalu menjadi tempat melempar produk, sebagai pasar dan dilihat bagai potongan kue Tart yang besar dan dibagi-bagi oleh negara maju. Kita akan lihat, dengan penerapan visi teknologi dan merangkul netizen, merupakan fondasi yang jelas bagi bangsa ini untuk bangkit dan maju. Di luar negeri, media sebagai pilar kelima sudah berubah menjadi media (sosial). Revolusi twitter di Moldova salah satunya [12], atau kemenangan Obama yang memanfaatkan Facebook dan Twitter. Juga Kasus Iran, Libya dan Timur Tengah yang juga secara independen, masyarakat membuat gerakan sosial via jejaring sosial guna memantapkan langkah menuju perubahan.
Carut marut sistem politik dan pemerintahan pun bisa diharapkan hilang, apabila adanya Sistem IT yang maju, teknologi yang khas dibangun bangsa, dan adanya transparansi sebagai bagian dari akuntabilitas. Tanpa terang benderang inilah kecenderungan korupsi banyak terjadi. Untuk itu, teknologi akan mentransparankan, akan mengefektifkan, mengefisienkan penyelenggaraan negara dan segala sesuatunya. Tentu dengan “penjagaan” kita semua selaku “LSM” era baru, yaitu Blogger dan Netizen (dari ranah maya) dan akademisi dan praktisi ahli dari ranah nyata. Semua bahu-membahu untuk Indonesia yang lebih baik, men-support sekaligus memberi kritik membangun atas kebijakan publik para penyelenggara negara. Jika demikian, maka kita baru bisa melihat masa depan bangsa yang lebih baik, tak buram dan durjana!
Kemandirian adalah masa depan dan tak ada masa depan bagi negeri ini. Tanpa kemandirian di bidang teknologi informasi dan komunikasi, Indonesia akan selalu menjadi konsumen dan tak pernah memperoleh kembali kewibawaan di kancah internasional apabila tak ada faktor penyeimbang sekaligus pembeda antara Indonesia dengan negara lain yang –maaf sebenarnya kecil jika dibandingkan Indonesia. Kepemimpinan yang efektif, konsistensi kepada kemandirian dan entah apa namanya Visi 2020 ataupun 2045 (100 tahun Indonesia merdeka) silakan, asal pemimpin tak mau ditekan oleh pemimpin bangsa lain dan mengubah “jalan hidup” bangsa ini yang sudah dalam goresan darah harus ditentukan sendiri, adalah syarat mutlak.
Jika demikian, seharusnya, dalam 20 tahun kedepan, sekali lagi jika arahnya benar, negara lain bagi Indonesia adalah benar-benar kecil baik dari sisi demografis maupun sisi politis. Bukan ancaman apa-apa bagi bangsa besar ini. Nantikan episode Sriwijaya dan Majapahit dalam belasan tahun kedepan. Waktu yang tak begitu lama, kawan!
catatan kaki :
[1] PDB adalah indikator untuk melihat pertumbuhan suatu negara, yaitu total output produksi dari negara tersebut.
Selain jumlah, tingkat persentase pertumbuhan menjadi acuan. Di Indonesia, PDB sangat tinggi bahkan menurut
beberapa ahli pemasaran misalnya Yuswohady (2010) melihatnya sebagai era “Consumer 3000” dan pertumbuhan
PDB Indonesia ternyata empat kali lipat dari Amerika Serikat. Pakar Manajemen Strategik seperti Yodhia Antariksa (2011) bahkan     berani menyebut kata “Pasti!”
[2] Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ternyata sudah berjalan selama 16 kali (tahun 2011 adalah yang
ke-16). Mengenai Hakteknas dan Inovasi ini, bisa dibaca juga tulisan saya di http://netsains.com/2011/06/inovasi-
anak-negeri-untuk-bangsa-yang-mandiri/
[3] Peringatan Hari Nusantara dimulai pada Pemerintahan KH. Abdurahman Wahid (tahun 1999) dengan menjadikan
hari dimana Deklarasi Djuanda, pada 13 Desember 1957 sebagai tonggak peringatan Hari Nusantara. Deklarasi
yang dicetuskan oleh Perdana Menteri Indoenesia, Djuanda Kartawidjaja itu menegaskan kepada dunia, bahwa laut
Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kemudian ditetapkan konsepsi negara kepulauan (Archipelago) oleh PBB
melalui Konvensi Hukum Laut PBB, United Nation Convention on Law of the Sea (UNCLOS) pada tahun 1982.
[4] Industri Kreatif ini bisa dilihat ditulisan saya di http://www.unggulcenter.org/2010/04/25/momentum-kebangkitan-
bangsa-melalui-industri-kreatif-tik/ yang memperoleh penghargaan
[5]Dalam bukunya “World is Flat” Sejarah Ringkas Abad 21 (2006), Thomas L Friedman, seorang kolumnis senior
terkagum-kagum dengan pesatnya perkembangan India khususnya di ranah Teknologi Informasi. Bahkan jaringan
“India” merambah Silicon Valley dan saat ini banyak CEO dan Profesional IT berasal dari India.
[6] Pada tahun 1982, terjadi ledakan dahsyat dijalur pipa gas Uni Sovyet di Siberia. Kekuatan ledakan tersebut sekitar 3
kiloton atau berkekuatan 25% dari Bom Hiroshima. 16 tahun kemudian baru diketahui oleh publik bahwa ledakan
tersebut disebabkan oleh software komputer proprietary/ tertutup yang telah diubah oleh CIA. Software Open
Source bebas dari bahaya ini, karena bisa dilakukan audit terhadap kode programnya. Selengkapnya bisa dibaca di
http://www.damninteresting.com/?p=829
[7] Gerakan ini ditandangani Ditandangani oleh empat (4) Kementrian yang berkaitan yaitu Kementrian Riset dan
Teknologi (Kemristek), Kementrian Komunikasi dan Informatika (dulu Departemen Komunikasi dan Informatika),
Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara, Kementrian Hukum dan HAM ( dulu Departemen Kehakiman dan
HAM), dan Kementrian Pendidikan Nasional (dulu Departemen Pendidikan Nasional) pada tanggal 30 Juni 2004.
Kemudian Gerakan ini di­redeklarasi pada tanggal 27 Mei 2008 (biasanya disebut Deklarasi IGOS II), dengan
memperluas penggunaannya meliputi 18 (delapan belas) kementrian dan Lembaga Pemerintah Non Departemen
(LPND).
[8] Sebagai Sebagai pedoman untuk menjalankan strategi ini dilapangan, kampanye “be legal” dan atau “go open
source” tersebut diperkuat oleh beberapa produk hukum dalam menjerat pelaku pelanggaran Hak Cipta. Misalnya
saat ini sudah ada UU No.14 tahun 2001 tentang paten, UU No.15 tahun 2001 tentang merk, UU No.19 tahun 2002
tentang Hak Cipta. Dasar itu-lah yang mendasari penerbitan Surat Himbauan dari Bareskrim Polri mengenai
Himbauan Penanggulangan Pembajakan Hak Cipta No. B/2/08/XI/2006/Bareskrim. Bagi yang beragama Islam
mungkin Fatwa MUI No.1/Munas VII/MUI/15/2005 yang menyatakan bahwa Pembajakan itu Haram hukumnya
perlu jadi pertimbangan. Bagi Pegawai negeri dan aparatur pemerintahan, Surat Edaran Menteri Pendayagunaan
Apartur Negara No. SE/01/M.PAN/3/2009 sebagai tindak lanjut dari Surat Edaran Menteri Komunikasi dan
Informatika No. 05/SE/M.KOMINFO/10/2005 bisa jadi acuan. Pada Surat tersebut secara jelas mewajibkan
penggunaan peranti lunak Open Source di kalangan pemerintahan dan diberikan “deadline” hingga 31 Desember
2011.
[9] Relawan TIK (www.relawan-tik.org) adalah organisasi sosial yang melakukan banyak kegiatan sosialisasi TIK baik
internet, jaringan, penggunaan peranti lunak legal dan seterusnya kepada masyarakat secara langsung dan
terorganisir.
[10] Seperti dilansir oleh http://www.indonesiafinancetoday.com/read/2041/Pengguna-Internet-di-Indonesia-Tahun-Ini-
Naik-Jadi-50-Juta-Orang dan http://www.teknojurnal.com/2011/09/26/data-pengguna-internet-di-kawasan-asia-dan-
indonesia-di-tahun-2011/
[11] Terdapat deklarasi mengenai pembentukan ASEAN COMMUNITY pada KTT ASEAN di Bali tahun 2003 yang
sering disebut Deklarasi Bali Concord II yaitu : Masyarakat Keamanan ASEAN (ASEAN Security Community),

Masyarakat Sosial Budaya ASEAN (ASEAN Socio-cultural Community), Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN
Economic Community)
[12] Revolusi ini pernah saya bahas dalam sebuah kesempatan forum diskusi, dengan judul presentasi “Ada Revolusi di
Dunia Maya” bisa dilihat slide presentasinya di http://www.slideshare.net/unggulux/peran-generasimudainternet

From netsains.com

0 comments:

Post a Comment

Adds

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More