Thursday, April 21, 2011

Benarkah Sahabatku Menderita Skizofrenia?

Dear dr. Dito, Aku punya seorang sahabat wanita sejak SMA. Ada beberapa hal yg membuat aku berfikir dia menderita skizofrenia. Entahlah, ciri2nya hampir mendekati. Dia suka menyendiri, berhalusinasi, sangat tertutup pada orang lain (kecuali kepadaku dan ibunya).
Ceritanya yg dia katakan padaku seakan ketakutan berlebihan. Pernah waktu itu tiba2 dia menyangka temannya mau membunuh ibunya hanya krn memakai mukena saat shalat di rumahnya. Dia juga tidak mau bertemu dg siapapun. Semua orang yg di sekelilingnya dinilainya jahat dan mau membunuhnya.
Ada sikapnya yg berubah setelah SMA. Tapi anehnya,kalau di hadapanku dia masih sama seperti dulu.Tetapi jika dg teman kampusnya, dia jadi berbeda...
Apakah memang begitu penderita skizofrenia? Benarkah ia menderita skizofrenia?
Terimakasih atas penjelasan dr. Dito. Semoga sukses dan bahagia selalu dunia – akhirat! Amin 3x.
Maghfirotun Nisa, melalui Facebook
Jawab:
Dear Nisa,
Untuk mengetahui apakah seseorang itu menderita skizofrenia atau tidak, kita dapat berpedoman pada kriteria tertentu, misalnya: “Pedoman diagnostik Skizofrenia PPDGJ III (PPDGJ III)”.
Menurut PPDGJ III, harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
1. Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda.
2. Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal).
3. Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umumnya mengetahuinya.
4. Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar.
5. Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar.
6. Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya: secara jelas, merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan atau penginderaan khusus).
7. Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik dan mukjizat.
8. Halusional Auditorik; suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien. Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara. Atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
9. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain)
Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
1. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
2. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation) yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
3. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
4. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika.
Adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.
Dari cerita Nisa di atas, ada beberapa petunjuk penting:
1. Dia suka menyendiri, berhalusinasi, sangat tertutup pada orang lain (kecuali kepadaku dan ibunya). à menunjukkan kepribadian introvert, juga masih perlu dipastikan lagi jenis halusinasinya, apakah visual (penglihatan) ataukah auditorik (pendengaran).
2. Cerita2nya yg dia katakan padaku seakan ketakutan berlebihan. Pernah waktu itu tiba2 dia menyangka temannya mau membunuh ibunya hanya krn memakai mukena saat shalat di rumahnya. à ada waham kejar.
3. Dia tidak mau bertemu dengan siapapun. à menunjukkan perilaku penarikan diri secara sosial.
4. Semua orang yg di sekelilingnya dinilainya jahat dan mau membunuhnya à menunjukkan ada waham curiga dan waham kejar.
5. Ada sikapnya yg berubah setelah SMA. Tapi anehnya, kalau di hadapanku dia masih sama spt dulu... Tetapi jika dg teman kampusnya,dia jadi berbeda... Aku merasakan perubahannya sejak dia mulai kuliah di Semarang. à bisa jadi menunjukkan jangka waktu telah lebih dari 1 bulan, namun hal ini perlu dipastikan lagi.
Dari analisis kami, memang sahabat Nisa itu ada kecenderungan untuk menderita skizofrenia. Saran dan solusinya: segeralah dibawa ke dokter, atau psikiater, atau rumah sakit jiwa (RSJ) terdekat. Kalau menolak, Nisa dapat menyarankan sahabat terdekatnya, orang tuanya, tetangganya untuk secepatnya membawa Nisa ke ahlinya. Jangan sampai terlambat atau tertunda.
Masyarakat, sahabat, lingkungan sekitar yang belum memahami Nisa akan menganggapnya aneh, gila, kurang waras, dan cenderung menjauhi dan/atau mengucilkannya. Padahal tindakan seperti ini amat kurang bijaksana dan akan memperberat kondisi kejiwaan penderita.
Demikian, semoga bermanfaat.
Salam SEHAT!
Dr. Dito Anurogo
Kolumnis rubrik kesehatan Suara Merdeka
Dokter di RS. Keluarga Sehat Margorejo Pati

Sumber: netsains.com

0 comments:

Post a Comment

Adds

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More