Friday, April 8, 2011

Hepatoma, The Silent Killer

Hepatoma atau Karsinoma hepatoseluler adalah tumor ganas hati primer yang paling sering ditemukan daripada tumor ganas di hati lainnya, seperti limfoma maligna, fibrosarkoma dan hemangioendotelioma. Penyakit ini paling sering ditemukan di China dan kawasan Asia Tenggara.
Hepatoma selain sering menimbulkan gangguan faal pada hati, juga membentuk beberapa jenis hormon yang dapat meningkatkan kadar hemoglobin, kalsium, kolesterol dan alfa feto protein di dalam darah. Gangguan faal hati menyebabkan peningkatan kadar SGOT, SGPT, fosfatase alkali, laktat dehidrogenase, dan alfa L-fukosidase.
Pasien hepatoma 88% terinveksi virus hepatitis B atau C. Dan kedua virus ini mempunyai hubungan yang erat dengan timbulnya hepatoma. Hepatoma seringkali tidak terdiagnosis karena gejala karsinoma tertutup oleh penyakit yang mendasari yaitu sirosis hati atau hepatitis kronik. Dan lebih dari 80% pasien hepatoma menderita sirosis hati.
Dasar terapi dari hepatoma adalah operasi, terutama pada hepatoma kecil yang diameternya kurang dari 5cm dan tunggal.
Tidak sedikit pakar berpendapat, untuk terapi hepatoma kecil cangkok hati lebih baik daripada lobektomi. Dewasa ini hepatoma kecil disertai sirosis terapi pilihan pertama adalah cangkok hati. Alasannya adalah, hepatoma yang timbul diatas sirosis seringkali bersifat multifokal, bila direseksi satu, di tempat lain akan timbul lagi. Sedangkan sirosis bersifat progresif, bila hanya dilakukan lobektomi, tidak mungkin dapat menyembuhkan sirosis, bahkan seringkali hipertensi portal dipersulit dengan pendarahan hebat dan kegagalan fungsi hati.
Hepatoma atau karsinoma hepatoseluler biasa dan sering terjadi pada sirosis hati yang merupakan komplikasi hepatitis virus kronik. Hepatitis kronik adalah faktor resiko penting hepatoma, virus penyebabnya adalah virus hepatitis B dan C.
Pada awalnya, gejala hepatoma tidak begitu tampak. Jika pun tampak, biasanya sudah stadium lanjut dan harapan hidup pasien sekitar beberapa minggu sampai beberapa bulan. Keluhan yang paling sering dirasakan oleh pasien pada awalnya adalah berkurangnya selera makan, penurunan berat badan, nyeri di perut kanan atas dan mata tampak kuning.
Untuk deteksi dan menegakkan diagnosis hepatoma pada pasien sirosis, hepatitis B kronik, hepatitis C kronik, diperlukan pemeriksaan penunjang seperti CT Scan dan USG. Pemeriksaan ini sangat membantu karena dapat menemukan tumor yang masih berukuran kecil dan gejalanya tertutup oleh sirosis hati ataupun hepatitis.
Kanker hati ini merupakan silent killer karena tidak ada gejala yang khas sampai akhirnya pasien tahu bahwa tubuh sudah ada kanker hati bahkan sudah sampai stadium ke stadium lanjut. Hepatoma tidak bisa diobati tetapi hanya bisa mengurangi rasa sakit dan terapinya seperti yang telah disebutkan diatas, yaitu cangkok hati.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan hingga saat ini sekitar dua milyar orang terinveksi hepatitis B (sebagai cikal bakal hepatoma) di seluruh dunia dan 350 juta diantaranya berlanjut menjadi infeksi hepatitis B kronis. Diperkirakan 600.000 orang meninggal dunia per tahun karena penyakit tersebut. Di Indonesia, angka kematian infeksi hepatitis diperkirakan mencapai 5-10 persen dari jumlah penduduk. (sumber: Republika  01 Februari 2011)
Prof. dr Ali Sulaiman, Sp PD.KGEH, guru besar dari divisi Hepatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menjelaskan, proses hepatitis menjadi kanker boleh dibilang butuh waktu panjang. Di awal virus hepatitis B akan masuk ke dalam tubuh yang kemudian virus tersebut merusak dan merangsang sel-sel beraktivasi. Akibatnya sel-sel tersebut membentuk benjolan pada hati yang bila dibiarkan akan menjadi sirosis hingga kanker hati. Proses ini juga dipengaruhi gen dalam riwayat keluarga yang ternyata memiliki keterkaitan penyakit hepatitis.  Selain itu faktor lainnya adalah obesitas, perlemakan hati, merokok, menkonsumsi alkohol dan pengguna steroid anabolik jangka panjang.
Sebagian besar penderita kanker hati dan hepatitis merupakan kaum pria, dengan data jumlah perbandingannya dengan perempuan sebesar 3:1 hingga 5:1. Penyebab pasti mengapa laki-laki lebih banyak menderita kanker hati masih belum jelas betul. Namun diduga disebabkan adanya perbedaan hormonal dan  intensitas kegiatan laki-laki yang banyak menghabiskan waktu diluar. Pendapat lain, mengatakan bahwa perempuan memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat dibanding laki-laki.
Pencegahan hepatoma adalah dengan mencegah penularan virus hepatitis B ataupun C. Vaksinasi merupakan pilihan yang bijaksana, tetapi saat ini baru tersedia vaksinasi untuk virus hepatitis B.
Penyakit yang telah banyak memakan korban ini, masih menjadi peristiwa yang menakutkan karena virus yang menjadi penyebabnya belum bisa sepenuhnya dijinakkan. Adalah benar bahwa mencegah adalah lebih baik daripada mengobati. Karena itu, siapapun yang peduli terhadap keselamatan jiwa memerlukan kewaspadaan  kesehatan pribadi yang tinggi

Sumber: netsains.com

0 comments:

Post a Comment

Adds

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More