Begitu
banyaknya artikel dan tulisan yang membahas bahwa Bahan Bakar Minyak
(BBM) dari fosil tidak akan dapat bertahan lama, sehingga Bahan Bakar
Nabati (BBN) sebagai sumber energi terbarukan perlu segera
diimplementasikan.
Sudah cukup banyak seminar, workshop dan berbagai forum yang telah menyatakan bahwa bahan bakar fosil merupakan sumberdaya yang tidak terbaharukan dan suatu saat pasti habis. Tak kalah juga dengan berbagai tulisan yang membahas perlunya segera di mulai mengembangkan alternatif sumber energi baru yang terbaharukan, ramah lingkungan, dan relatif mudah untuk dibuat.
Nah, singkong yang merupakan tanaman masyarakat yang secara turun temurun merupakan potensi terbesar sebagai bahan baku ethanol dan merupakan prospek terbesar menuju Indonesia sebagai “Raja Bahan Bakar Nabati”. Hal ini dimungkinkan karena singkong merupakan merupakan tanaman penghasil kalori terbesar dibandingkan dengan tanaman lain perharinya, yaitu sebesar 250 x 10³ kal/ha/hari dan merupakan potensi terbaik untuk menghasilkan ethanol, karena dengan budidaya yang sesuai dengan mekanisme pertanian dapat menghasilkan 100 ton singkong lebih per ha dengan rendemen minimal 25 akan menghasilkan sekitar 25 kilo liter ethanol per ha perkebunan.
Disamping itu singkong menghasilkan sekitar 38 produk turunannya, yang bila diolah sesuai mekanisme pertanian dan dikelola dengan baik, maka produksi singkong meningkat dan dengan demikian akan meningkatkan ketahanan pangan nasional dan menciptakan lapangan kerja (mengatasi pengangguran) serta menumbuh kembangkan perekonomian rakyat dan dapat mengurangi urbanisasi.
Berdasarkan tulisan ringkas di atas, maka budidaya singkong akan memberikan manfaat bagi negara Indonesia yang berpotensi sebagai “Raja Bahan Bakar Nabati (BBN) di dunia”. Hal ini dimungkinkan karena luasnya wilayah Indonesia yang dapat ditanami dengan singkong, namun sampai saat ini belum ada perhatian pemerintah secara nyata untuk implementasinya, yang ada hanya sebatas teori dan berakhir di ruangan worshop atau seminar atau di media cetak dan elektronik.
Kami dari perusahaan swasta nasional yang dikelola anak negeri saat ini sedang mengembangkan budidaya singkong di Lampung dan dapat menghasilkan produk singkong lebih dari 100 ton/ ha dengan rendemen minimal 25, sehingga dapat menghasilkan sekitar 25 kilo liter ethanol per ha dan bila 200 ton ampas dari produk tapioka dijadikan biogas akan menghasilkan sekitar 3 MW tenaga listrik. Demikian dahsyatnya energi yang dapat dihasilkan singkong, namun untuk pengembangan berikutnya belum ada bantuan dari pemerintah ataupun kemudahan mendapatkan kredit dari bank.
Disamping itu, bila budidaya singkong dapat dilaksanakan, akan memberikan keuntungan dan manfaat, antara lain sebagai berikut:
1. Keuntungan bagi masyarakat, antara lain:
a. Mendapat wawasan/ pengetahuan tentang budidaya singkong dengan masa tanam sepanjang tahun untuk memenuhi kebutuhan industri;
b. Mengetahui dan memahami bahwa tanaman singkong adalah sumber penghidupan yang sangat diperlukan dunia internasional;
c. Meningkatkan kesejahteraan keluarga;
d. Limbah produksi berbasis bahan baku singkong dapat diolah menjadi makanan ternak, baik untuk penggemukan ataupun produksi susu.
2. Keuntungan pemerintah, antara lain:
a. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD):
b. Mengatasi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan ketahanan pangan nasional berbasis ekonomi rakyat;
c. Menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan taraf hidup masyarakat serta dapat mengurangi urbanisasi;
d. Mencerdaskan masyarakat melalui alih teknologi pertanian;
e. Menumbuh kembangkan kegiatan ekonomi berbasis kerakyatan;
f. Meningkatkan minat masyarakat untuk menanam singkong sebagai komoditas internasional yang sangat menguntungkan;
g. Diversifikasi tanaman pangan dari produk singkong;
h. Meningkatkan ekspor daerah;
i. Meningkatkan devisa;
j. Membantu pencegahan erosi.
From netsains.com
Sudah cukup banyak seminar, workshop dan berbagai forum yang telah menyatakan bahwa bahan bakar fosil merupakan sumberdaya yang tidak terbaharukan dan suatu saat pasti habis. Tak kalah juga dengan berbagai tulisan yang membahas perlunya segera di mulai mengembangkan alternatif sumber energi baru yang terbaharukan, ramah lingkungan, dan relatif mudah untuk dibuat.
Nah, singkong yang merupakan tanaman masyarakat yang secara turun temurun merupakan potensi terbesar sebagai bahan baku ethanol dan merupakan prospek terbesar menuju Indonesia sebagai “Raja Bahan Bakar Nabati”. Hal ini dimungkinkan karena singkong merupakan merupakan tanaman penghasil kalori terbesar dibandingkan dengan tanaman lain perharinya, yaitu sebesar 250 x 10³ kal/ha/hari dan merupakan potensi terbaik untuk menghasilkan ethanol, karena dengan budidaya yang sesuai dengan mekanisme pertanian dapat menghasilkan 100 ton singkong lebih per ha dengan rendemen minimal 25 akan menghasilkan sekitar 25 kilo liter ethanol per ha perkebunan.
Disamping itu singkong menghasilkan sekitar 38 produk turunannya, yang bila diolah sesuai mekanisme pertanian dan dikelola dengan baik, maka produksi singkong meningkat dan dengan demikian akan meningkatkan ketahanan pangan nasional dan menciptakan lapangan kerja (mengatasi pengangguran) serta menumbuh kembangkan perekonomian rakyat dan dapat mengurangi urbanisasi.
Berdasarkan tulisan ringkas di atas, maka budidaya singkong akan memberikan manfaat bagi negara Indonesia yang berpotensi sebagai “Raja Bahan Bakar Nabati (BBN) di dunia”. Hal ini dimungkinkan karena luasnya wilayah Indonesia yang dapat ditanami dengan singkong, namun sampai saat ini belum ada perhatian pemerintah secara nyata untuk implementasinya, yang ada hanya sebatas teori dan berakhir di ruangan worshop atau seminar atau di media cetak dan elektronik.
Kami dari perusahaan swasta nasional yang dikelola anak negeri saat ini sedang mengembangkan budidaya singkong di Lampung dan dapat menghasilkan produk singkong lebih dari 100 ton/ ha dengan rendemen minimal 25, sehingga dapat menghasilkan sekitar 25 kilo liter ethanol per ha dan bila 200 ton ampas dari produk tapioka dijadikan biogas akan menghasilkan sekitar 3 MW tenaga listrik. Demikian dahsyatnya energi yang dapat dihasilkan singkong, namun untuk pengembangan berikutnya belum ada bantuan dari pemerintah ataupun kemudahan mendapatkan kredit dari bank.
Disamping itu, bila budidaya singkong dapat dilaksanakan, akan memberikan keuntungan dan manfaat, antara lain sebagai berikut:
1. Keuntungan bagi masyarakat, antara lain:
a. Mendapat wawasan/ pengetahuan tentang budidaya singkong dengan masa tanam sepanjang tahun untuk memenuhi kebutuhan industri;
b. Mengetahui dan memahami bahwa tanaman singkong adalah sumber penghidupan yang sangat diperlukan dunia internasional;
c. Meningkatkan kesejahteraan keluarga;
d. Limbah produksi berbasis bahan baku singkong dapat diolah menjadi makanan ternak, baik untuk penggemukan ataupun produksi susu.
2. Keuntungan pemerintah, antara lain:
a. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD):
b. Mengatasi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan ketahanan pangan nasional berbasis ekonomi rakyat;
c. Menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan taraf hidup masyarakat serta dapat mengurangi urbanisasi;
d. Mencerdaskan masyarakat melalui alih teknologi pertanian;
e. Menumbuh kembangkan kegiatan ekonomi berbasis kerakyatan;
f. Meningkatkan minat masyarakat untuk menanam singkong sebagai komoditas internasional yang sangat menguntungkan;
g. Diversifikasi tanaman pangan dari produk singkong;
h. Meningkatkan ekspor daerah;
i. Meningkatkan devisa;
j. Membantu pencegahan erosi.
From netsains.com
0 comments:
Post a Comment