Begitu Sempitnya Waktu,Begitu Besarnya Cinta
Judul novel : Ungu Violet
Penulis : Miranda
Penerbit : Gagas Media
Tahun terbit : 2005
Tempat terbit : Jakarta
Halaman : 256 h
Harga : Rp 30.000,00
Miranda, lahir di palembang, 28 tahun lalu.Adalah mahasiswa komunikasi UGM yang mempelajari dan menemukan sebagian besar hidupnya melalui teater.Ketika akil-balig mulai suka menulis puisi yang senantiasa dimuat di buku hariannya sendiri, milis sastra, ponsel teman-temannya dan Buku Bebas.Komunitas Utan Kayu memberinya keberanian dan kesempatan untuk menulis dengan intens.Ungu Violet merupakan karya keduanya setelah Dara Manisku.
Berawal dari, keputusasaan Lando yang telah ditinggal Rara, mantan kekasih yang dulunya sempat dianggap cinta sejatinya.Selepas kepergian Rara dari hidupnya, rutinitasnya amburadul, kurang semangat, jarang masuk kerja, hampir saja dipecat dari profesinya sebagai fotografer di majalah ‘Cantik’.Namun redaktur di kantornya kali ini memberinya kesempatan, mengingat Lando fotografer berbakat, lebih dari sekedar fotografer model.
Suatu hari, bertemulah dia dengan Kalin, terselamatkanlah profesinya.Kalin, gadis yang berpenampilan sederhana, dengan rambut yang terbiasa dikucir ke belakang, yang awalnya hanya berprofesi sebagai penjaga loket busway, disulapnya menjadi model cantik nan sexy, covergirl majalah Cantik.
Lando telah mengidap penyakit kanker otak ganas stadium lanjut, dipastikan umurnya tak lama lagi.Mungkin alasan itu yang membuat Rara meninggalkannya. Tresno jalaran saking kulino.Kedekatannya dengan Kalin atas tuntutan profesi, membuat virus-virus cinta perlahan menjalar, Kalin telah menggantikan posisi Rara yang selama ini setia di hatinya
Friday, October 29, 2010
RESENSI NOVEL UNGU VIOLET
Benar….Dia mencintai Kalin, dia tidak ingin merasa dikasihani dan membuat Kalin terpuruk karena kehilangan Lando nantinya.Semakin kedekatan tercipta antara keduanya, Lando takut Kalin jauh hati sama sepertinya, padahal nantinya mereka tidak bisa hidup bersama karena keterbatasan waktu, yang hanya akan membuat sedih Kalin, selepas kepergiannya dari dunia ini.
Maka Lando meninggalkan Kalin tanpa alasan yang jelas.Kalin sakit hati ke Lando yang beranggapan hanya mempermainkan dia, padahal itu hanya alasan Lando saja, membuat Kalin benci padanya, supaya Kalin jauh darinya, Lando tidak ingin menyakiti Kalin.Mereka jalani hidup mereka masing-masing.
Lando akhirnya dipecat.Kini dia hanya berprofesi sebagai fotografer freelance.Ada honor, di musim tertentu.Tuntutan keuangan menghimpitnya.Dia menjadi miskin.Sehingga jarang melakukan kemoterapi yang biasanya rutin tiap bulan.
Kalin, hidupnya berubah drastis, dia menjadi super model kelas A yang banyak penggemarnya.Kalin ingin mengusir Lando dari benaknya, dengan kepadatan rutinitasnya menjadi model papan atas.
Takdir berkata lain, setelah sekian lama pergolakan melumuri, mengetes kebesaran cinta mereka, akhirnya mereka dipertemukan kembali.Cinta membuka mata batin dan menyatukan mereka lagi.Mereka memang sadar, lambat laun maut akan memisahkan keharmonisan dua insan tersebut.Namun mereka juga yakin, bahwa cinta senantiasa ada, meski terpisahkan oleh keberadaan raga.
Kelebihan dari novel ini, logat bahasa yang digunakan, menambah pembaca tertarik akan isinya, dengan serentetan bahasa gaul yang digemari remaja saat ini.
Sayangnya, alur cerita dalam novel ini terkesan sulit dipahami.Keunikan dalam novel ini tidak didukung dengan tata penulisan yang baik, terutama dalam pemenggalan kata.
Bahasa yang digunakan mudah dimengerti, baik remaja maupun dewasa.Bahasa yang umum dipakai sehari-hari.
Cocok buat remaja dan dewasa, tapi kurang cocok buat anak dibawah umur, karena novel percintaan, bukan yang bersifat mendidik yang untuk kalangan anak-anak.
SUMBER: http://catatangadisku.blogspot.com/
0 comments:
Post a Comment