Monday, June 11, 2012

Penyesalan Orang-orang Sekarat


Memang benar adanya bahwa penyesalan selalu datang belakangan, bahkan menjelang kematian.
Penyesalan-penyesalan itulah yang dicatat oleh Bronnie Ware, seorang perawat yang bertugas menemani pasien-pasien sekarat selama 12 minggu terakhir mereka.
Catatan Ware dalam blog-nya, Inspiration and Chai, kemudian dibukukan menjadi The Top Five Regrets of the Dying. Di dalamnya berisi kearifan yang didapat orang-orang sekarat semasa hidupnya dan bagaimana kita bisa belajar dari mereka.
“Saat ditanya mengenai penyesalan atau tentang sesuatu yang berbeda yang mereka ingin lakukan, tema-tema umum muncul berulang-ulang,” katanya. Ini adalah 5 yang paling sering.
Jujur Sesuai Diri Sendiri
“Aku berharap punya keberanian untuk menjalani hidup yang jujur pada diri sendiri, bukan hidup seperti yang diinginkan orang lain.”
Ini adalah penyesalan paling umum dirasakan. Saat seseorang menyadari hidupnya akan segera berakhir, namun masih banyak mimpi di masa lampau yang tidak terwujud karena pilihan-pilihan yang mereka buat maupun tidak mereka pilih.
Tidak Kerja Terlalu Keras
“Aku berharap tidak bekerja terlalu keras.”
Penyesalan ini muncul dari pasien-pasien pria Ware. Mereka melewatkan masa-masa muda anaknya serta kasih sayang pasangan dan menghabiskan banyak waktu hidupnya dalam roda pekerjaan.
Ungkapkan Perasaan
“Aku berharap memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaan.”
Banyak orang yang menekan perasaannya agar tak bermasalah dengan orang lain. Memang orang lain pasti akan berekasi saat kita berkata jujur, namun kejujuran itu nantinya akan meningkatkan kualitas hubungan yang ada. Atau, akan melepaskan kita dari hubungan yang tak sehat. Ujung-ujungnya, kitalah yang jadi pemenangnya.
Komunikasi dengan Teman
“Aku berharap tetap berkomunikasi dengan teman-teman.”
Banyak penyesalan mendalam saat para pasien tidak mengusahakan dan menyediakan waktu untuk pertemanan. Mereka terjebak dalam kehidupan sendiri dan melewatkan persahabatan. Dan saat ajal menjelang, kerinduan akan sahabat pun menyerang. Karena itulah yang dibutuhkan di minggu-minggu terakhir: cinta dan persahabatan.
Lebih Bahagia
“Aku berharap membiarkan diri lebih bahagia.”
Ternyata banyak yang tak menyadari bahwa kebahagiaan itu adalah sebuah pilihan. Mereka cenderung berada dalam pola hidup dan kebiasaan lama. Ketakutan untuk berubah memaksa mereka berpura-pura di hadapan orang lain. Di saat yang sama, mereka merindu untuk tertawa lepas dan melakukan hal-hal bodoh.
Bagaimana Dengan Kita?
Lalu bagaimana dengan kita? Mana yang akan kita pilih? Refleksikanlah.

From netsains.net

0 comments:

Post a Comment

Adds

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More