Berbicara
mengenai buku, saya langsung teringat pada seorang kawan sekaligus
mantan kolega kantor dahulu. Bagi yang tertarik silahkan mengunjungi
sang kutu buku di blog pribadinya.
Kali ini, saya hanya ingin berbagi mengenai sedikit menariknya sebuah buku. Di masa sekarang ini, buku sudah hadir dalam berbagai bentuk mulai dari cetak hingga online (e-book, ipad format, mobybook hingga speaking book). Informasi yang tercantum sama namun cara penyajiannya berbeda.
Terus terang saya masih termasuk yang old fashioned menyukai buku cetak, walau saat ini saya juga gemar menyimpan semua koleksi buku saya menggunakan tablet taktil. Buku cetak itu unik. Rasa kasar kertas ketika bersentuhan dengan jari yang berusaha membalik halaman hingga bau kertas kusam. Semua sensasi tersebut menambah “cita rasa” dan membantu ingatan kita ketika membaca, menurut saya.
Tidak seperti kawan saya tersebut, saya tidak memiliki target apapun untuk membaca sejumlah buku dalam 1 tahun. Kapanpun dan dimanapun ketika saya inginkan, saya pasti membaca. Rasanya 6 tahun duduk di bangku SD tidak cukup memuaskan saya untuk terus belajar membaca.
Dan, lebih spesifik lagi, saya berbicara mengenai buku ringan semacam novel atau biografi, bahkan buku petualangan bukan literatur. Kenapa ? Buku-buku tersebut termasuk “ringan” dan mudah dipahami.
Saya mengambil cuti akhir tahun dan berencana menghabiskan waktu sepekan ke depan di rumah. Beristirahat dan menikmati ketenangan. Tentu saja, amunisi saya adalah buku. Sudah semenjak beberapa hari, saya menghabiskan beberapa pundi euros hanya untuk puluhan buku. Dimana saya membeli? Di sebuah toko buku cukup terkenal di Montpellier yang menyediakan buku bekas/buku lama dengan harga miring. Harganya berkisar dari 20 sen hingga 3 euros.
Dari buku-buku “ringan” tersebut, saya menikmati “perjalanan intelektual” dalam imajinasi dan khayalan. Boleh dikatakan, saya travelling meskipun saya tinggal di rumah. Beberapa mengajarkan saya, tentang mengenal kepribadian orang, suku bahkan bangsa.
Mengenal kepribadian orang? Kalimat ini pernah saya dengar terucap dari pembimbing tesis saya. Dia menyukai buku karena alasan yang sama. Lalu, saya pernah menanyakan kepadanya “apa pentingnya mengenal kepribadian orang lain”. Beliau pun menjawab,
Dan, saya kembali yakin bahwa membeli buku tidak pernah rugi.
from netsains.com
Kali ini, saya hanya ingin berbagi mengenai sedikit menariknya sebuah buku. Di masa sekarang ini, buku sudah hadir dalam berbagai bentuk mulai dari cetak hingga online (e-book, ipad format, mobybook hingga speaking book). Informasi yang tercantum sama namun cara penyajiannya berbeda.
Terus terang saya masih termasuk yang old fashioned menyukai buku cetak, walau saat ini saya juga gemar menyimpan semua koleksi buku saya menggunakan tablet taktil. Buku cetak itu unik. Rasa kasar kertas ketika bersentuhan dengan jari yang berusaha membalik halaman hingga bau kertas kusam. Semua sensasi tersebut menambah “cita rasa” dan membantu ingatan kita ketika membaca, menurut saya.
Tidak seperti kawan saya tersebut, saya tidak memiliki target apapun untuk membaca sejumlah buku dalam 1 tahun. Kapanpun dan dimanapun ketika saya inginkan, saya pasti membaca. Rasanya 6 tahun duduk di bangku SD tidak cukup memuaskan saya untuk terus belajar membaca.
Dan, lebih spesifik lagi, saya berbicara mengenai buku ringan semacam novel atau biografi, bahkan buku petualangan bukan literatur. Kenapa ? Buku-buku tersebut termasuk “ringan” dan mudah dipahami.
Saya mengambil cuti akhir tahun dan berencana menghabiskan waktu sepekan ke depan di rumah. Beristirahat dan menikmati ketenangan. Tentu saja, amunisi saya adalah buku. Sudah semenjak beberapa hari, saya menghabiskan beberapa pundi euros hanya untuk puluhan buku. Dimana saya membeli? Di sebuah toko buku cukup terkenal di Montpellier yang menyediakan buku bekas/buku lama dengan harga miring. Harganya berkisar dari 20 sen hingga 3 euros.
Dari buku-buku “ringan” tersebut, saya menikmati “perjalanan intelektual” dalam imajinasi dan khayalan. Boleh dikatakan, saya travelling meskipun saya tinggal di rumah. Beberapa mengajarkan saya, tentang mengenal kepribadian orang, suku bahkan bangsa.
Mengenal kepribadian orang? Kalimat ini pernah saya dengar terucap dari pembimbing tesis saya. Dia menyukai buku karena alasan yang sama. Lalu, saya pernah menanyakan kepadanya “apa pentingnya mengenal kepribadian orang lain”. Beliau pun menjawab,
Knowledge of these personality traits can help one at bringing himself to a point of self improvement. We are what we make of ourselves. Hopefully, knowledge of these traits (with the help of the personality traits list) will help you make yourself exactly what you want to be.Saya mengerti, untuk mampu memperbaiki diri sendiri, kita harus melihat orang lain dari yang terdekat hingga yang terjauh yang mampu kita pelajari. Tentu saja, tidak memungkinkan bagi kita menghabiskan waktu berkeliling dunia hanya demi tujuan tersebut. Itu sebabnya buku ada. Manusia senang membagi pengalaman mereka melalui cerita tertuang dalam bentuk tulisan.
Dan, saya kembali yakin bahwa membeli buku tidak pernah rugi.
from netsains.com
1 comments:
benar banget sob.., buku juga bisa disebut jendela dunia cz bnyk hal2 diluar sana yg kita tdk tau & bs diketahui melalui buku2.., nice share kawan *smile
Post a Comment