Saturday, September 17, 2011

Nyeri Perut dan Gangguan Hormon


Tanya:
Perkenalkan, nama saya AD, wanita, gol darah O, usia 32 tahun, sudah menikah, pekerjaan di hong kong (PLRT), kadang2 suka memendam masalah. Saya sudah tiga tahun mengalami gangguan ini. Menjelang dan sesudah masa haid , tepatnya satu minggu sampai 10 hari, perut bawah saya akan terasa sakit dengan disertai keluarnya darah putih. Dulu saya tidak merasakannya, namun sekarang saya merasa terganggu.
Oh iya, sekadar info tambahan: lama haid 4-6 hari. Punya riwayat penyakit: maag (infeksi lambung). Sekarang ini tidak minum obat apa2. Namun 4 tahun yang lalu akseptor KB suntik (3 bulan sekali). Saat sakit tidak melakukan apa2, pernah minum obat sejenis panadol untuk menahan sakit. pernah ke dokter dan di katakan tidak apa2 diberi antibiotik, hanya karena pikiran. Dulu waktu hamil pernah seperti ini, periksa ke dokter kandungan katanya hanya masalah hormon.
Sakit apakah saya dok, atau hanya merupakan siklus dari masa menstruasi yang sering tidak teratur? Perlu di ketahui, semenjak saya mengalami masa Haid, setiap hari pertama dan kedua saya sangat kesakitan terutama perut bagian bawah.
AD-Hongkong

Jawab:
Dari hasil analisis data di atas ada beberapa kemungkinan:
Kemungkinan pertama:
Dismenorea sekunder (secondary dysmenorrhea), yaitu nyeri haid yang dapat terjadi kapan saja setelah menarche (haid pertama), dimana kondisi ini paling sering dialami oleh wanita berusia 30-45 tahun.
Salah satu penyebabnya adalah psychogenic pain (nyeri psikogenik) yang dipicu oleh stres atau banyak pikiran.
Selain itu beberapa ciri khas dari dismenorea sekunder antara lain: nyeri perut bawah, nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah haid, nyeri yang tidak berkurang dengan pemberian obat golongan NSAIDs (nonsteroidal anti-inflammatory drugs), keluarnya darah haid yang banyak atau perdarahan yang tidak teratur, dyspareunia (sensasi nyeri saat berhubungan seks).
Pengobatannya seringkali memerlukan tindakan operasi, tentunya dengan rekomendasi dokter kandungan.
Solusi alami: hindari stres, relaksasi, memiliki gaya/pola hidup di dalam harmoni, keteraturan, dan keseimbangan.
Kemungkinan kedua:
Endometriosis
Beberapa hal tentang endometriosis yang perlu diketahui adalah sbb:
Sering dialami oleh wanita berusia 15-44 tahun. Banyak yang sebelumnya di diagnosis dokter terkena irritable bowel syndrome, mirip maag.
Nyeri rongga panggul (pelvic pain) merupakan gejala yang paling sering muncul dan dirasakan penderita, nyeri ini bersifat kronis atau menahun, dan di luar siklus haid.
Gejala lainnya bervariasi, seperti: nyeri punggung (back pain), nyeri pinggang (loin pain), nyeri saat buang air besar (dyschezia), nyeri saat berkemih (pain with micturition), nyeri haid yang makin lama makin hebat, nyeri saat senggama (dyspareunia), gangguan haid, infertilitas (mandul, sulit punya anak), dsb.
Diagnosis endometriosis ditegakkan dengan cara: wawancara terstruktur dan objektif (anamnesis), pemeriksaan fisik oleh dokter ahli kandungan, pemeriksaan penunjang (sesuai rekomendasi dokter dan bila tersedia fasilitas), seperti: USG, CT-scan, MRI, Laparoskopi Diagnostik dan biopsi, pemeriksaan kadar C-125.
Bila memang terbukti endometriosis, maka dokter akan memberikan pil kontrasepsi oral, medroxyprogesterone acetate, dan intrauterine levonorgestrel, sebab efektif untuk pereda nyeri (pain relief).
Kemungkinan ketiga:
Sindrom ovarium polikistik, polycystic ovarian syndrome (PCOS)
Hal ini berdasarkan data: ada gangguan hormon, menurut dokter kandungan Anda.
Sayangnya Anda belum menanyakan hormon apakah yang terganggu, apakah Luteinizing hormone (LH, alias lutropin), FSH (Follicle-stimulating hormone), androgen, atau insulin.
Nah, hal ini perlu dipastikan lagi dengan hasil pemeriksaan USG, serta kriteria klinis yang lainnya seperti:
1. adanya acne (jerawat)
2. obesitas/kegemukan
3. hirsutisme (tumbuhnya rambut tubuh yang berlebihan),
4. oligomenore (menstruasi yang jarang, siklus menstruasi lebih panjang dari 35 hari) atau amenore (tidak menstruasi),
5. perdarahan uterus disfungsi (karena gangguan fungsi rahim),
6. infertilitas (mandul, sulit punya anak)
Mengingat Anda sudah tiga tahun mengalami gangguan ini, cobalah segera periksa dan bertanya ke dokter kandungan apakah memang telah terjadi anovulasi kronis (tidak dilepasnya sel telur secara menahun) dan hiperandrogenemia (hormon androgen di tubuh berlebihan).
Solusi alaminya: penurunan berat badan, diet, dan olahraga.
Untuk memastikannya, segeralah berkonsultasi ke dokter ahli kandungan terdekat.
Semoga penjelasan ini bermanfaat.
Salam SEHAT!
dr. Dito Anurogo
Dokter di Keluarga Sehat Hospital Pati, Alumnus FK UNISSULA Semarang, Delegasi Indonesia AICST 2011, Health consultant in Detik.com and Netsains.com (berpusat di Leipzig, Jerman), Ex-Researcher from Università degli Studi di Torino ItalyCo-assistant in Wisconsin University, USA, penulis berbagai artikel dan buku-buku kesehatan, peneliti Hematopsikiatri, Medicopomology, Paremiology. Dokter pemerhati dunia sastra, puisi, filsafat, budaya, humaniora ini dapat dihubungi via email: ditoanurogo(at)gmail(dot)com  atau Facebook: Dito Anurogo.

Diambil dari netsains.com

0 comments:

Post a Comment

Adds

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More