Wednesday, August 17, 2011

CO ( Carbon Monokside ), The Silent Killer


Pernah mendengar berita tentang kematian di dalam mobil tanpa adanya bekas tindak kejahatan,, beberapa diantaranya disebabkan oleh gas CO (karbon monoksida) yang dihirup oleh para korban. Gas CO dikenal dengan sebutan ‘the silent killer’, karena sifatnya yang sangat berbau, beracun, tidak berwarna, dan tidak berasa. Orang yang tidak sengaja menghirup gas CO ini, tidak akan mengalami kesadaran bahwa mereka dalam bahaya dan menyebabkan timbulnya rasa kantuk yang sangat.
Gas CO ini berasal dari pembakaran yang tidak sempurna dari gas alam dan material lain yang mengandung unsure karbon. Keberadaan gas ini sangat berbahaya jika terhirup oleh manusia, karena gas CO akan menggantikan oksigen yang berikatan dengan Hb dalam darah. Ikatan yang terbentuk antara Hb – CO ini lebih kuat 200 kali daripada ikatan Hb – O.
Akibatnya oksigen kalah bersaing dengan CO saat berikatan dengan Hb. Kadar oksigen dalam darah akan berkurang, padahal tubuh sangat membutuhkan oksigen untuk proses metabolisme.
Gelaja yang ditimbulkan dari keracunan gas CO antara lain :
-          Sesak nafas
-          Sakit kepala
-          Rasa lelah yang amat sangat
-          Pusing
-          Mual – mual
-          Hilang kesadaran
-          Kebingungan
-          Otot menjadi lemas
-          Kematian
Diagnostik keracunan CO, adanya COHb yang tinggi dalam darah dapat dilihat dari beberapa ciri – ciri : semua organ tubuh mulai paru – paru, jantung, liver, berwarna merah karena pecahnya pembuluh darah dan carboxyhemoglobin berwarna merah terang  (bright red) yang terlihat pada kuku – kuku jari, mukosa dan kulit.
Beberapa cara di bawah ini dapat digunakan untuk menganalisis kadar CO dalam darah.
  1. Menggunakan reagent :
Reagent : 10% H2SO4 & 0,1% PdCl2 dalam 0,01 NHCl
(1) Memasukkan 1 ml darah + lar 1 ml 10%H2SO4 dalam outner chamber
(2) Memasukkan 1 ml lar 0,1 % PdCl2 dalam inner chamber
(3) Menutup cell convoy
(4) Mengamati 15’ – 60’ tampak lapisan diatas permukaan inner chamber CO(+)
sensitifitas 10% HbCO apabila (+) dilanjutkan dengan Spectrofotometri UV-VIS
2.   0,2 ml sample diencerkan dengan 25 ml 0,1% lar NH4OH dibagi 3 bagian (A,B,C)
Kode A aliri dengan gas CO selama beberapa menit. Kode B aliri gas 02 selama 10’ untuk menghitung ikatan HbCO atau ambil darah segar (tidak mengandung CO).
Kode C tanpa diberi aliran gas (sample asli) masing-masing ditambah sedikit sodium difluonit dan 10 ml 0,1% NH4OH. Absorbansi masing-masing diamati pada panjang gelombang 540 nm, 579nm

Hubungan antara gejala-gejala dengan COHb darah dapat dilihat berikut:

% COHb
Keluhan atau gejala
< 10 % COHbtidak ada keluhan maupun gejala
10–20% COHbrasa berat dikepala, sedikit sakit kepala, pelebaran pembuluh darah kulit
20–30% COHbsakit kepala menusuk-nusuk pada pelipis
30–40 % COHbsakit kepala hebat, lemah, dizziness, pandangan jadi kabur, nausea, muntah-muntah
40–50 % COHbseperti diatas, syncope, nadi dan pernafasan menjadi cepat.
50–60 % COHbsyncope, nadi dan pernafasan menjadi cepat, koma, kejang yang intermitten.
60–70% COHbkoma, kejang yang intermitten, depressi jantung dan pernafasan
70–80% COHbnadi lemah, pernafasan lambat, kegagalan pernafasan dan meninggal dalam beberapa jam
80–90 % COHbmeninggal dalam waktu kurang dari satu jam
> 90 % COHbmeninggal dalam beberapa menit

Memasang alat pendeteksi karbon monoksida di tempat-tempat yang di huni banyak orang.
Memeriksa sistem kendaraan baik mobil pribadi, kereta maupun angkutan umum untuk mengantisipasi kebocoran yang mungkin terjadi.
Meminimalisir penggunaan peralatan yang menggunakan bahan bakar             fosil dan menggantinya dengan mesin bertenaga listrik atau baterai.
Melakukan pengujian dan pemantauan karbon monoksida dalam udara           secara berkesinambungan di kawasan yang diduga rawan karbon monoksida.
Senantiasa waspada ketika berada dalam ruangan tertutup yang kemungkinan mengandung gas monoksida.
Mengurangi kebiasaan merokok karena apabila tembakau terbakar akan menghasilkan gas karbon monoksida sehingga dapat mengurangi kemampuan darah dalam mengikat oksigen.

Sumber: netsains.com

0 comments:

Post a Comment

Adds

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More