“Nama ayah kamu siapa nak?”
“Wah, saya tidak punya ayah, ayah saya stem sel dari laboratorium di Inggris”
Bisakah anda membayangkan jika percakapan di atas benar-benar terjadi di masa depan?. Seorang anak terlahir di dunia bukan karena perkawinan dari sperma lelaki dan sel telur wanita, melainkan sperma yang membuahi sel telur ibunya adalah sel hasil modifikasi dari stem sel.
Stem sel adalah massa sel (inner cell mass) yang terdapat dalam blastosis embrio yang mampu berkembang dan berdiferensiasi menjadi 3 lapisan utama dalam tahap perkembangan organ manusia. Para peneliti mengembangkan stem sel untuk terapi penyakit turunan, rekayasa jaringan hati untuk uji obat-obatan, rekayasa otot jantung buatan, dan lain-lain. Hal yang lebih dramatis adalah ketika peneliti membuat sel sperma dari stem sel.
Pada tahun 2006, para peneliti dari University of Göttingen Jerman telah berhasil mengembangkan tikus hasil pembuahan sel telur tikus dengan sel sperma yang terbuat dar stem sel yang dimodifikasi. Peneliti tersebut menginjeksikan sel sperma buatan tersebut ke sel telur dan kemudian dimasukkan ke tikus betina. Dari 210 sampel, yang berhasil menjadi embrio sebanyak 65 dan yang berhasil dilahirkan menjadi tikus adalah 7 ekor. Dan tikus hasil perkawinan sel buatan dengan sel telur tersebut mampu bertahan paling lama 5 bulan. Meskipun hasil ini kurang memuaskan, namun peneliti telah berhasil membuktikan bahwa sperma yang terbuat dari stem sel mampu menghasilkan bayi tikus.
Kemudian, pada tahun 2009, penemuan sperma manusia buatan oleh peneliti dari Newcastle University menggemparkan Inggris dan dunia biologi. Sperma tersebut dibuat dari stem sel embrio manusia. Secara alami, proses pembentukan sperma dalam tubuh manusia terjadi selama 15 tahun, namun penemuan tersebut berhasil menghasilkan sperma dalam cawan petri laboratorium selama 3 bulan. Meskipun sperma buatan ini belum sepenuhnya identik dengan sperma manusia, namun aplikasi sperma buatan ini untuk diinjeksikan ke tubuh manusia sungguh mendapat banyak perdebatan. Jika hal itu berhasil, tak lain akan lahir seorang anak berayah stem sel yang ditumbuhkan di cawan petri laboratorium.
Namun di sisi lain, para peneliti tidak bermaksud menentang etika, tujuan utamanya adalah untuk terapi induksi kehamilan seorang wanita jika suaminya mengalami kemandulan. Penelitian yang sedang terus diusahakan adalah pembuatan sperma dari sel kulit, sehingga setidaknya sang ayah masih benar-benar berstatus “ayah” meskipun menurunkan sifat-sifat ke anaknya bukan dari sel sperma, melainkan sel kulit.
Apapun perdebatan yang terjadi, penelitian sperma buatan masih terus dilakukan dan kita tinggal menunggu hasilnya, apakah anak berayah stem sel itu benar-benar akan dilahirkan?
Sumber: netsains.com
“Wah, saya tidak punya ayah, ayah saya stem sel dari laboratorium di Inggris”
Bisakah anda membayangkan jika percakapan di atas benar-benar terjadi di masa depan?. Seorang anak terlahir di dunia bukan karena perkawinan dari sperma lelaki dan sel telur wanita, melainkan sperma yang membuahi sel telur ibunya adalah sel hasil modifikasi dari stem sel.
Stem sel adalah massa sel (inner cell mass) yang terdapat dalam blastosis embrio yang mampu berkembang dan berdiferensiasi menjadi 3 lapisan utama dalam tahap perkembangan organ manusia. Para peneliti mengembangkan stem sel untuk terapi penyakit turunan, rekayasa jaringan hati untuk uji obat-obatan, rekayasa otot jantung buatan, dan lain-lain. Hal yang lebih dramatis adalah ketika peneliti membuat sel sperma dari stem sel.
Pada tahun 2006, para peneliti dari University of Göttingen Jerman telah berhasil mengembangkan tikus hasil pembuahan sel telur tikus dengan sel sperma yang terbuat dar stem sel yang dimodifikasi. Peneliti tersebut menginjeksikan sel sperma buatan tersebut ke sel telur dan kemudian dimasukkan ke tikus betina. Dari 210 sampel, yang berhasil menjadi embrio sebanyak 65 dan yang berhasil dilahirkan menjadi tikus adalah 7 ekor. Dan tikus hasil perkawinan sel buatan dengan sel telur tersebut mampu bertahan paling lama 5 bulan. Meskipun hasil ini kurang memuaskan, namun peneliti telah berhasil membuktikan bahwa sperma yang terbuat dari stem sel mampu menghasilkan bayi tikus.
Kemudian, pada tahun 2009, penemuan sperma manusia buatan oleh peneliti dari Newcastle University menggemparkan Inggris dan dunia biologi. Sperma tersebut dibuat dari stem sel embrio manusia. Secara alami, proses pembentukan sperma dalam tubuh manusia terjadi selama 15 tahun, namun penemuan tersebut berhasil menghasilkan sperma dalam cawan petri laboratorium selama 3 bulan. Meskipun sperma buatan ini belum sepenuhnya identik dengan sperma manusia, namun aplikasi sperma buatan ini untuk diinjeksikan ke tubuh manusia sungguh mendapat banyak perdebatan. Jika hal itu berhasil, tak lain akan lahir seorang anak berayah stem sel yang ditumbuhkan di cawan petri laboratorium.
Namun di sisi lain, para peneliti tidak bermaksud menentang etika, tujuan utamanya adalah untuk terapi induksi kehamilan seorang wanita jika suaminya mengalami kemandulan. Penelitian yang sedang terus diusahakan adalah pembuatan sperma dari sel kulit, sehingga setidaknya sang ayah masih benar-benar berstatus “ayah” meskipun menurunkan sifat-sifat ke anaknya bukan dari sel sperma, melainkan sel kulit.
Apapun perdebatan yang terjadi, penelitian sperma buatan masih terus dilakukan dan kita tinggal menunggu hasilnya, apakah anak berayah stem sel itu benar-benar akan dilahirkan?
Sumber: netsains.com
0 comments:
Post a Comment