Hidup di tengah-tengah masyarakat yang tak lepas dari pasar-pasar (sangat) tradisional, membuat kita pasti familiar dengan kertas fotokopi sebagai bungkus jajanan, Terutama mahasiswa, kertas fotokopi merupakan bekal sehari-hari yang selalu ada di tas sekolah. Kertas fotokopi yang bagi penjual cabe digunakan sebagai pembungkus cabe, sebagai kantong tempe goreng dan tahu isi bagi tukang gorengan, atau sebagai bahan kuliah bagi mahasiswa, namun di tangan professor Standford University, kertas itu mampu mengasilkan listrik!
Profesor Yi Cui dari Stanford University membuat kertas baterai itu dari kertas fotokopi biasa kemudian dicetak dengan tinta yang terbuat dari carbon nanotubes dan silver nanowires, suatu perangkat nanomaterial. Setelah dilumuri dengan “tinta ajaib” itu, kertas di-oven agar kering dan nanotubes melekat dengan kuat pada struktur selulosa kertas fotokopi. Maka kertas fotokopi tersebut berubah menjadi lapisan konduktiv yang mampu menyimpan energy kinerja tinggi untuk komponen baterai dan superkapasitor yang tahan lama. Kertas superkapasitor itu mampu menjalani 40.000 kali proses isi ulang (charge), lebih tahan lama dibandingkan dengan baterai litium.
Baterai kertas ini mampu menyimpan hingga 7.5 watt-jam/kilogram , jumlah ini lebih kecil dibandingkan jumlah yang biasa disimpan baterai biasa yaitu sekitar 30 watt-jam/kilogram, namun harga nanotubes mulia turun, dan harga kertas fotokopi sangat murah, baterai kertas ini sangat potensial dikembangkan menjadi sumber energy yang sangat murah.
Ternyata semakin lama, inovasi muncul dari ide-ide yang sederhana, kertas yang selama ini kita anggap tak terlalu berharga, dapat berubah menjadi sumber energi yang penting. Bahkan, karena tipis dan fleksibel, baterai kertas ini dapat dibentuk menjadi apa saja, dan efisien di-instal dalam alat apa saja.
Bayangan saya, mungkin baterai kertas ini dapat dijadikan sebagai sampul buku, yang dikaitkan dengan lampu kecil sederhana di tepian sampul buku tersebut, sehingga, ketika listrik mati, para siswa masih bisa belajar dalam kegelapan. Atau pada kasus bencana banjir, dan aliran listrik dipadamkan, anak-anak sekolah masih bisa terus belajar dan membaca menggunakan lampu dan baterai kertasnya.
Tak hanya itu, mungkin baterai kertas ini juga bisa diaplikasikan ke dalam korden rumah atau tenda kemping yang dibuat sedemikian rupa hingga bisa menyala ketika gelap, sehingga dapat digunakan dengan nyaman ketika listrik mati atau tenda bisa digunakan praktis tanpa lampu untuk berkemah.
Referensi :
“A Battery Made With Paper” By Robert F. Service, ScienceNOW Daily News.
Sumber: netsains.com
Profesor Yi Cui dari Stanford University membuat kertas baterai itu dari kertas fotokopi biasa kemudian dicetak dengan tinta yang terbuat dari carbon nanotubes dan silver nanowires, suatu perangkat nanomaterial. Setelah dilumuri dengan “tinta ajaib” itu, kertas di-oven agar kering dan nanotubes melekat dengan kuat pada struktur selulosa kertas fotokopi. Maka kertas fotokopi tersebut berubah menjadi lapisan konduktiv yang mampu menyimpan energy kinerja tinggi untuk komponen baterai dan superkapasitor yang tahan lama. Kertas superkapasitor itu mampu menjalani 40.000 kali proses isi ulang (charge), lebih tahan lama dibandingkan dengan baterai litium.
Baterai kertas ini mampu menyimpan hingga 7.5 watt-jam/kilogram , jumlah ini lebih kecil dibandingkan jumlah yang biasa disimpan baterai biasa yaitu sekitar 30 watt-jam/kilogram, namun harga nanotubes mulia turun, dan harga kertas fotokopi sangat murah, baterai kertas ini sangat potensial dikembangkan menjadi sumber energy yang sangat murah.
Ternyata semakin lama, inovasi muncul dari ide-ide yang sederhana, kertas yang selama ini kita anggap tak terlalu berharga, dapat berubah menjadi sumber energi yang penting. Bahkan, karena tipis dan fleksibel, baterai kertas ini dapat dibentuk menjadi apa saja, dan efisien di-instal dalam alat apa saja.
Bayangan saya, mungkin baterai kertas ini dapat dijadikan sebagai sampul buku, yang dikaitkan dengan lampu kecil sederhana di tepian sampul buku tersebut, sehingga, ketika listrik mati, para siswa masih bisa belajar dalam kegelapan. Atau pada kasus bencana banjir, dan aliran listrik dipadamkan, anak-anak sekolah masih bisa terus belajar dan membaca menggunakan lampu dan baterai kertasnya.
Tak hanya itu, mungkin baterai kertas ini juga bisa diaplikasikan ke dalam korden rumah atau tenda kemping yang dibuat sedemikian rupa hingga bisa menyala ketika gelap, sehingga dapat digunakan dengan nyaman ketika listrik mati atau tenda bisa digunakan praktis tanpa lampu untuk berkemah.
Referensi :
“A Battery Made With Paper” By Robert F. Service, ScienceNOW Daily News.
Sumber: netsains.com
0 comments:
Post a Comment