Tanya:
Perkenalkan,
nama saya AD, wanita, gol darah O, usia 32 tahun, sudah
menikah, pekerjaan di hong kong (PLRT), kadang2 suka memendam masalah.
Saya sudah tiga tahun mengalami gangguan ini. Menjelang dan sesudah masa
haid , tepatnya satu minggu sampai 10 hari, perut bawah saya akan
terasa sakit dengan disertai keluarnya darah putih. Dulu saya tidak
merasakannya, namun sekarang saya merasa terganggu.
Oh iya,
sekadar info tambahan: lama haid 4-6 hari. Punya riwayat penyakit: maag
(infeksi lambung). Sekarang ini tidak minum obat apa2. Namun 4 tahun
yang lalu akseptor KB suntik (3 bulan sekali). Saat sakit tidak
melakukan apa2, pernah minum obat sejenis panadol untuk menahan sakit.
pernah ke dokter dan di katakan tidak apa2 diberi antibiotik, hanya
karena pikiran. Dulu waktu hamil pernah seperti ini, periksa ke dokter
kandungan katanya hanya masalah hormon.
Sakit apakah saya dok,
atau hanya merupakan siklus dari masa menstruasi yang sering tidak
teratur? Perlu di ketahui, semenjak saya mengalami masa Haid, setiap
hari pertama dan kedua saya sangat kesakitan terutama perut bagian
bawah.
AD-Hongkong
Jawab:
Dari hasil analisis data di atas ada beberapa kemungkinan:
Kemungkinan pertama:
Dismenorea sekunder (secondary
dysmenorrhea), yaitu nyeri haid yang dapat terjadi kapan saja setelah
menarche (haid pertama), dimana kondisi ini paling sering dialami oleh
wanita berusia 30-45 tahun.
Salah satu penyebabnya adalah psychogenic pain (nyeri psikogenik) yang dipicu oleh stres atau banyak pikiran.
Selain
itu beberapa ciri khas dari dismenorea sekunder antara lain: nyeri
perut bawah, nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan
keluarnya darah haid, nyeri yang tidak berkurang dengan pemberian obat
golongan NSAIDs (nonsteroidal anti-inflammatory drugs), keluarnya darah
haid yang banyak atau perdarahan yang tidak teratur, dyspareunia
(sensasi nyeri saat berhubungan seks).
Pengobatannya seringkali memerlukan tindakan operasi, tentunya dengan rekomendasi dokter kandungan.
Solusi alami: hindari stres, relaksasi, memiliki gaya/pola hidup di dalam harmoni, keteraturan, dan keseimbangan.
Kemungkinan kedua:
Endometriosis
Beberapa hal tentang endometriosis yang perlu diketahui adalah sbb:
Sering
dialami oleh wanita berusia 15-44 tahun. Banyak yang sebelumnya di
diagnosis dokter terkena irritable bowel syndrome, mirip maag.
Nyeri
rongga panggul (pelvic pain) merupakan gejala yang paling sering muncul
dan dirasakan penderita, nyeri ini bersifat kronis atau menahun, dan di
luar siklus haid.
Gejala lainnya bervariasi, seperti: nyeri
punggung (back pain), nyeri pinggang (loin pain), nyeri saat buang air
besar (dyschezia), nyeri saat berkemih (pain with micturition), nyeri
haid yang makin lama makin hebat, nyeri saat senggama (dyspareunia),
gangguan haid, infertilitas (mandul, sulit punya anak), dsb.
Diagnosis
endometriosis ditegakkan dengan cara: wawancara terstruktur dan
objektif (anamnesis), pemeriksaan fisik oleh dokter ahli kandungan,
pemeriksaan penunjang (sesuai rekomendasi dokter dan bila tersedia
fasilitas), seperti: USG, CT-scan, MRI, Laparoskopi Diagnostik dan
biopsi, pemeriksaan kadar C-125.
Bila memang terbukti
endometriosis, maka dokter akan memberikan pil kontrasepsi oral,
medroxyprogesterone acetate, dan intrauterine levonorgestrel, sebab
efektif untuk pereda nyeri (pain relief).
Kemungkinan ketiga:
Sindrom ovarium polikistik, polycystic ovarian syndrome (PCOS)
Hal ini berdasarkan data: ada gangguan hormon, menurut dokter kandungan Anda.
Sayangnya
Anda belum menanyakan hormon apakah yang terganggu, apakah Luteinizing
hormone (LH, alias lutropin), FSH (Follicle-stimulating hormone),
androgen, atau insulin.
Nah, hal ini perlu dipastikan lagi dengan hasil pemeriksaan USG, serta kriteria klinis yang lainnya seperti:
1. adanya acne (jerawat)
2. obesitas/kegemukan
3. hirsutisme (tumbuhnya rambut tubuh yang berlebihan),
4. oligomenore (menstruasi yang jarang, siklus menstruasi lebih panjang dari 35 hari) atau amenore (tidak menstruasi),
5. perdarahan uterus disfungsi (karena gangguan fungsi rahim),
6. infertilitas (mandul, sulit punya anak)
Mengingat
Anda sudah tiga tahun mengalami gangguan ini, cobalah segera periksa
dan bertanya ke dokter kandungan apakah memang telah terjadi anovulasi
kronis (tidak dilepasnya sel telur secara menahun) dan hiperandrogenemia
(hormon androgen di tubuh berlebihan).
Solusi alaminya: penurunan berat badan, diet, dan olahraga.
Untuk memastikannya, segeralah berkonsultasi ke dokter ahli kandungan terdekat.
Semoga penjelasan ini bermanfaat.
Salam SEHAT!
dr. Dito Anurogo
Dokter di Keluarga Sehat Hospital Pati, Alumnus FK UNISSULA Semarang, Delegasi Indonesia AICST 2011, Health consultant in Detik.com and Netsains.com (berpusat di Leipzig, Jerman), Ex-Researcher from Università degli Studi di Torino Italy, Co-assistant
in Wisconsin University, USA, penulis berbagai artikel dan buku-buku
kesehatan, peneliti Hematopsikiatri, Medicopomology, Paremiology. Dokter
pemerhati dunia sastra, puisi, filsafat, budaya, humaniora ini dapat
dihubungi via email: ditoanurogo(at)gmail(dot)com atau Facebook: Dito
Anurogo.
Diambil dari netsains.com
0 comments:
Post a Comment