Sebelum
membaca artikel ini, ada baiknya membaca artikel saya yang sebelumnya
mengenai sekolah ke Jerman. Tulisan ini saya susun berdasarkan
pengalaman saya sendiri, yang sekarang sedang doktorat di Jerman dalam
bidang Bioinformatika, di Universitas Leipzig. Adapun, berhubung saya
mengambil S1 dan S2 di Indonesia, saya tidak bisa sharing banyak
mengenai pengalaman S1 & S2 di jerman, berhubung saya tidak pernah
mengikuti sistim perkuliahan Bachelor dan Master Jerman. Saya akan
membahas beberapa poin penting mengenai hal ini.
Poin pertama. Latar Belakang pendidikan (S1 & S2)
harus sesuai dengan bidang yang ingin dimasuki pada studi S3. Misalnya,
jika ingin mengambil doktorat dalam bidang Bioinformatika, maka wajib
memiliki dasar yang sangat kuat di bidang Biologi dan IT. Kualifikasi
akademis, keilmuan, dan teknis yang kita miliki, harus sesuai dengan apa
yang diminta oleh sang Profesor. Lebih jelasnya, bisa langsung hubungi
kelompok riset yang kita minati beserta profesornya. Kirimkan CV dan
proposal penelitian kita kepada profesor. Jika diminta, berikan juga
copy ijazah dan transkrip. Sudah dipastikan, proposal yang kita buat
akan dirombak lagi. Namun, inti dari pengiriman proposal ini lebih
ditujukan supaya profesor memiliki gambaran yang jelas mengenai latar
belakang pendidikan kita.
Poin kedua. Mengenai funding harus jelas dari awal.
Apakah kita akan menggunakan beasiswa, atau disponsori oleh Profesor.
Mengenai bagaimana mendapatkan beasiswa, dari sumber Jerman atau
Indonesia, sudah dibahas di artikel sebelumnya. Jika kelompok riset
tersebut memiliki funding, dan masih ada lowongan untuk funding seorang
mahasiswa doktorat, maka kita bisa apply untuk itu.
Poin ketiga. Mengenai status matrikulasi. Syarat
untuk lulus dari program doktorat, adalah harus terdaftar sebagai
mahasiswa doktorat (Promotion Student). Secara prinsip, matrikulasi bisa
dilakukan 6 bulan sebelum ujian akhir (Doktor Prufung). Namun, jika
menjadi penerima beasiswa DAAD (DAAD Stipendien), wajib matrikulasi dari
sejak semester pertama. Mengenai syarat lengkap matrikulasi, hubungi
kantor internasional (Akademisches Auslandsamt) dari Universitas yang
bersangkutan. Buka saja situs web dari kantor internasional, biasanya
dicantumkan disana. Syarat utama yang dibutuhkan adalah rekomendasi dari
profesor, dan beberapa dokumen lain seperti ijazah, toefl, dan lain
lain.
Poin keempat. Sistim perkuliahan doktorat di Jerman.
Satu hal penting yang harus dicatat, bahwa di tingkat doktorat,
perkuliahan sama sekali tidak wajib untuk diikuti. Dalam
‘doktorprufung’, hanya ada satu penilaian, yaitu penilaian mengenai
disertasi kita. Tidak ada nilai untuk kuliah. Jika ingin mengikuti
kuliah atau praktikum level Bachelor atau Master, bisa saja, namun
hubungi kordinator kuliah/praktikum tersebut. Hal itu tidak wajib, dan
lebih untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan kita. Sekarang sudah
mulai dikembangkan ‘taylor made system’, yaitu doktorat dengan sistim
ala US, yang ada kuliahnya. Namun, walau demikian, penekanan utama
tetaplah pada riset yang kita lakukan.
Poin kelima. Bekerja secara mandiri. Riset doktorat
di Jerman harus dikerjakan secara mandiri, sebab tidak ada seorangpun
yang mengawasi secara langsung pekerjaan kita. Memang, kita diwajibkan
melaporkan pekerjaan kita secara periodik kepada asisten profesor
(Biasanya scientific staff atau Pos doc). Namun, apa yang kita lakukan
sehari-hari tidak akan pernah diawasi secara langsung. Setidaknya itu
pengalaman saya di laboratorium Bioinformatika. Jika ada yang perlu
ditanyakan sehubungan dengan riset kita, bisa langsung segera tanya
kepada sesama mahasiswa doktorat, teknis, atau scientific staff secara
langsung. Secara umum, kita tidak memberikan laporan atau bertanya
mengenai hal-hal teknis kepada profesor. Namun, laporan tetap diberikan
pada profesor setiap ada seminar kelompok riset atau departemen.
from netsains.net
0 comments:
Post a Comment