Selama sepuluh tahun terakhir, banyak perhatian tertuju pada polimer biodegradable karena ramah lingkungan dan berasal dari sumber daya terbaharukan, salah satunya adalah polilaktida. Polilaktida merupakan green polymer yang sangat dikenal, diproduksi dari sumber daya terbaharukan seperti tepung (starch), gula, jagung, dapat dikomposit, tidak beracun, dan aman untuk lingkungan (biodegradable).
Aplikasi polilaktida sangat luas meliputi biomedik, kemasan makanan dan minuman, fiber, plastik otomotif, pakaian, plastik alat – alat elektronik. Perkembangan di masa depan polilaktida akan menggeser plastik konvensional karena alasan permasalahan degradasi dan sumber polilaktida yang terbaharukan.
Polilaktida dapat menjadi salah satu solusi permasalahan utama plastik yaitu masalah degradasi yang mencemari lingkungan. Namun, ada permasalahan lain yang muncul yaitu dampak pemrosesan polilaktida. Secara umum, proses polimerisasi laktida dapat dilakukan dengan cara pelarutan, pelelehan (melting/bulk), dan dengan media superkritis. Metode pelelehan memiliki kesulitan dalam proses pengendalian panas sehingga hasil yg diperoleh kurang efektif. Metode pelarutan menimbulkan permasalahan pemisahan sisa pelarut. Metode superkritis saat ini menjadi pilihan yang paling efektif dalam proses polimerisasi polilaktida karena dapat dihasilkan polilaktida dengan bobot molekul yang tinggi (hal ini terkait dengan karakteristik polimer yang dihasilkan). Supercritical fluid/fluida superkritis adalah suatu fluida yang berada pada kondisi di atas titik kritisnya (temperatur kritis dan tekanan kritis.
Walaupun memiliki hasil yang optimal, media superkritis memiliki permasalahan serius mengingat media superkritis yg efektif saat ini hanya superkritis dimethylether dan superkritis chlorodifluoromethane. Superkritis dimethylether merupakan suatu media yang sangat eksplosif sehingga sangat berbahaya. Superkritis chlorodifluoromethane memiliki dampak yang sangat serius karena termasuk dalam golongan CFC yang berdampak pada perusakan lingkungan dan kesehatan manusia melalui proses penipisan ozon dan efek rumah kaca (SCHER:2007).
Selain dimethyl ether dan chlorodifluoromethane, masih ada superkritis karbondioksida yang aman (tidak beracun), murah, dan tidak mudah terbakar. Namun media ini hanya dapat menghasilkan polilaktida dengan bobot molekul 5000 g/mol, sedangkan bobot molekul yang diharapkan adalah berkisar di atas 100.000 g/mol. Dari kajian terhadap media polimerisasi polilaktida, terdapat suatu peluang untuk mengoptimalkan kemampuan superkritis karbondioksida untuk dapat dijadikan media pemrosesan polilaktida. Media ini diharapkan mampu mengatasi permasalahan lingkungan yang ditimbulkan olaeh media superkritis lainnya.
Karbon dioksida dipilih sebagai alternative media polimerisasi karena senyawa ini ramah lingkungan, tidak beracun, tidak mudah terbakar, dan murah (DeSimone:2001). Keuntungan – keuntungan tersebut dikombinasikan dengan kemudahan mencapai parameter kritis (Tc = 31.1oC, Pc = 73.8 bar) membuat karbon dioksida menjadi pelarut pilihan untuk menggantikan pelarut – pelarut yang kurang ramah lingkungan.
Bagaimana kelanjutannya? Simak di tulisan bagian berikutnya.
Sumber artikel: netsains.com
Sumber gambar: www.loyalistc.on.ca/co2
Aplikasi polilaktida sangat luas meliputi biomedik, kemasan makanan dan minuman, fiber, plastik otomotif, pakaian, plastik alat – alat elektronik. Perkembangan di masa depan polilaktida akan menggeser plastik konvensional karena alasan permasalahan degradasi dan sumber polilaktida yang terbaharukan.
Polilaktida dapat menjadi salah satu solusi permasalahan utama plastik yaitu masalah degradasi yang mencemari lingkungan. Namun, ada permasalahan lain yang muncul yaitu dampak pemrosesan polilaktida. Secara umum, proses polimerisasi laktida dapat dilakukan dengan cara pelarutan, pelelehan (melting/bulk), dan dengan media superkritis. Metode pelelehan memiliki kesulitan dalam proses pengendalian panas sehingga hasil yg diperoleh kurang efektif. Metode pelarutan menimbulkan permasalahan pemisahan sisa pelarut. Metode superkritis saat ini menjadi pilihan yang paling efektif dalam proses polimerisasi polilaktida karena dapat dihasilkan polilaktida dengan bobot molekul yang tinggi (hal ini terkait dengan karakteristik polimer yang dihasilkan). Supercritical fluid/fluida superkritis adalah suatu fluida yang berada pada kondisi di atas titik kritisnya (temperatur kritis dan tekanan kritis.
Walaupun memiliki hasil yang optimal, media superkritis memiliki permasalahan serius mengingat media superkritis yg efektif saat ini hanya superkritis dimethylether dan superkritis chlorodifluoromethane. Superkritis dimethylether merupakan suatu media yang sangat eksplosif sehingga sangat berbahaya. Superkritis chlorodifluoromethane memiliki dampak yang sangat serius karena termasuk dalam golongan CFC yang berdampak pada perusakan lingkungan dan kesehatan manusia melalui proses penipisan ozon dan efek rumah kaca (SCHER:2007).
Selain dimethyl ether dan chlorodifluoromethane, masih ada superkritis karbondioksida yang aman (tidak beracun), murah, dan tidak mudah terbakar. Namun media ini hanya dapat menghasilkan polilaktida dengan bobot molekul 5000 g/mol, sedangkan bobot molekul yang diharapkan adalah berkisar di atas 100.000 g/mol. Dari kajian terhadap media polimerisasi polilaktida, terdapat suatu peluang untuk mengoptimalkan kemampuan superkritis karbondioksida untuk dapat dijadikan media pemrosesan polilaktida. Media ini diharapkan mampu mengatasi permasalahan lingkungan yang ditimbulkan olaeh media superkritis lainnya.
Karbon dioksida dipilih sebagai alternative media polimerisasi karena senyawa ini ramah lingkungan, tidak beracun, tidak mudah terbakar, dan murah (DeSimone:2001). Keuntungan – keuntungan tersebut dikombinasikan dengan kemudahan mencapai parameter kritis (Tc = 31.1oC, Pc = 73.8 bar) membuat karbon dioksida menjadi pelarut pilihan untuk menggantikan pelarut – pelarut yang kurang ramah lingkungan.
Bagaimana kelanjutannya? Simak di tulisan bagian berikutnya.
Sumber artikel: netsains.com
Sumber gambar: www.loyalistc.on.ca/co2
0 comments:
Post a Comment