Dua perempuan Swedia menerima uterus baru pada akhir pekan lalu dalam
transplantasi rahim dari ibu ke anak pertama di dunia. Transplantasi ini
dilakukan untuk membantu mereka memiliki bayi, menurut Universitas
Gothenburg pada Selasa.
Transplantasi rahim adalah hal baru dan sukses dilakukan untuk pertama kalinya di Turki pada 2011.
"Salah satu perempuan ini pernah diangkat rahimnya setelah menjalani perawatan untuk kanker serviks. Perempuan yang lain terlahir tanpa rahim. Keduanya berusia 30an," menurut pernyataan dari Universitas Gothenburg.
"Lebih dari 10 ahli bedah ikut serta dalam operasi ini, yang dilakukan tanpa komplikasi. Perempuan penerima rahim dalam kondisi baik namun kelelahan setelah operasi," kata Mats Braennstroem, seorang profesor obstetri dan gikenologi di universitas tersebut sekaligus pemimpin tim penelitian.
"Para ibu yang mendonasikan rahim mereka sudah sadar dan berjalan dan bisa kembali ke rumah dalam hitungan hari," tambahnya.
Braennstroem menjelaskan dalam konferensi pers bahwa para perempuan muda yang mendapat rahim harus menunggu sampai setahun sebelum mencoba untuk hamil.
Kemudian mereka akan menjalani fertilisasi in vitro (IVF) dengan embrio beku berisi sel telur mereka sendiri yang dibuahi dengan sperma pasangan sebelum prosedur transplantasi organ.
"Jadi kita baru akan mengetahui sukses atau tidaknya prosedur ini pada 2014," jika dan saat para wanita tersebut melahirkan bayi, kata Braennstroem.
Dia tidak mau berspekulasi akan peluang perempuan penerima rahim tersebut bisa hamil, namun mengingatkan bahwa dalam perawatan IVF reguler, peluang melahirkan bayi setelah transfer embrio antara 25-30 persen.
Braennstroem mengatakan bahwa rahim cangkok tersebut akan diangkat lagi setelah para perempuan penerima organ sudah memiliki setidaknya dua anak, sehingga mereka bisa berhenti minum obat penekan kekebalan tubuh yang membantu badan mereka menerima organ cangkok dengan lebih mudah.
Salah satu dokter dalam tim, Michael Olausson, mengatakan bahwa para dokter mengharapkan ada risiko penolakan yang sama seperti pada donasi organ tubuh lainnya, yaitu sekitar 20 persen.
Perempuan-perempuan tersebut, yang namanya tak diungkap, terpilih menjalani prosedur setelah proses pemeriksaan yang panjang untuk memastikan bahwa mereka dan partnernya subur dan layak jadi kandidat.
Para ibu mereka menjadi donor karena 'keuntungan teoretis' kerabat dekat, menurut Olausson, dan "karena rahim terbukti berfungsi mengandung anak," tambah Braennstroem.
Delapan perempuan lagi akan menjalani prosedur serupa di Swedia sepanjang musim gugur dan musim semi.
Braennstroem menegaskan bahwa transplantasi ini ditujukan untuk membantu para perempuan muda yang terlahir tanpa rahim atau rusak rahimnya, dan bukan untuk membantu wanita usia lanjut yang ingin memiliki bayi setelah melalui usia subur.
10 Kandidat prosedur ini di Swedia berusia 30an atau lebih muda, "karena IVF memiliki peluang lebih besar untuk berhasil dengan wanita yang lebih muda," kata Braennstroem.
Tim riset terdiri dari 20 ilmuwan, dokter, dan spesialis, sudah mengerjakan proyek ini sejak 1999. Mereka sukses melakukan cangkok rahim pada hewan, termasuk tikus dan primata, yang berefek pada kelahiran.
Cangkok rahim dianggap prosedur kontroversial, terutama karena melibatkan donor yang masih hidup.
Tim ini sempat dihalangi oleh Dewan Penguji Kode Etik Pusat Swedia namun akhirnya mendapat lampu hijau pada bulan Mei dengan syarat mereka memiliki komite khusus sendiri untuk memantau proyek ini.
from: http://id.berita.yahoo.com/cangkok-rahim-ibu-anak-pertama-di-dunia.html
Transplantasi rahim adalah hal baru dan sukses dilakukan untuk pertama kalinya di Turki pada 2011.
"Salah satu perempuan ini pernah diangkat rahimnya setelah menjalani perawatan untuk kanker serviks. Perempuan yang lain terlahir tanpa rahim. Keduanya berusia 30an," menurut pernyataan dari Universitas Gothenburg.
"Lebih dari 10 ahli bedah ikut serta dalam operasi ini, yang dilakukan tanpa komplikasi. Perempuan penerima rahim dalam kondisi baik namun kelelahan setelah operasi," kata Mats Braennstroem, seorang profesor obstetri dan gikenologi di universitas tersebut sekaligus pemimpin tim penelitian.
"Para ibu yang mendonasikan rahim mereka sudah sadar dan berjalan dan bisa kembali ke rumah dalam hitungan hari," tambahnya.
Braennstroem menjelaskan dalam konferensi pers bahwa para perempuan muda yang mendapat rahim harus menunggu sampai setahun sebelum mencoba untuk hamil.
Kemudian mereka akan menjalani fertilisasi in vitro (IVF) dengan embrio beku berisi sel telur mereka sendiri yang dibuahi dengan sperma pasangan sebelum prosedur transplantasi organ.
"Jadi kita baru akan mengetahui sukses atau tidaknya prosedur ini pada 2014," jika dan saat para wanita tersebut melahirkan bayi, kata Braennstroem.
Dia tidak mau berspekulasi akan peluang perempuan penerima rahim tersebut bisa hamil, namun mengingatkan bahwa dalam perawatan IVF reguler, peluang melahirkan bayi setelah transfer embrio antara 25-30 persen.
Braennstroem mengatakan bahwa rahim cangkok tersebut akan diangkat lagi setelah para perempuan penerima organ sudah memiliki setidaknya dua anak, sehingga mereka bisa berhenti minum obat penekan kekebalan tubuh yang membantu badan mereka menerima organ cangkok dengan lebih mudah.
Salah satu dokter dalam tim, Michael Olausson, mengatakan bahwa para dokter mengharapkan ada risiko penolakan yang sama seperti pada donasi organ tubuh lainnya, yaitu sekitar 20 persen.
Perempuan-perempuan tersebut, yang namanya tak diungkap, terpilih menjalani prosedur setelah proses pemeriksaan yang panjang untuk memastikan bahwa mereka dan partnernya subur dan layak jadi kandidat.
Para ibu mereka menjadi donor karena 'keuntungan teoretis' kerabat dekat, menurut Olausson, dan "karena rahim terbukti berfungsi mengandung anak," tambah Braennstroem.
Delapan perempuan lagi akan menjalani prosedur serupa di Swedia sepanjang musim gugur dan musim semi.
Braennstroem menegaskan bahwa transplantasi ini ditujukan untuk membantu para perempuan muda yang terlahir tanpa rahim atau rusak rahimnya, dan bukan untuk membantu wanita usia lanjut yang ingin memiliki bayi setelah melalui usia subur.
10 Kandidat prosedur ini di Swedia berusia 30an atau lebih muda, "karena IVF memiliki peluang lebih besar untuk berhasil dengan wanita yang lebih muda," kata Braennstroem.
Tim riset terdiri dari 20 ilmuwan, dokter, dan spesialis, sudah mengerjakan proyek ini sejak 1999. Mereka sukses melakukan cangkok rahim pada hewan, termasuk tikus dan primata, yang berefek pada kelahiran.
Cangkok rahim dianggap prosedur kontroversial, terutama karena melibatkan donor yang masih hidup.
Tim ini sempat dihalangi oleh Dewan Penguji Kode Etik Pusat Swedia namun akhirnya mendapat lampu hijau pada bulan Mei dengan syarat mereka memiliki komite khusus sendiri untuk memantau proyek ini.
from: http://id.berita.yahoo.com/cangkok-rahim-ibu-anak-pertama-di-dunia.html