Sejauh
mata memandang kota, gedung-gedung begitu menjulang tinggi. Beragam
fluktuasi terlihat bergitu kompleks dan membingungkan. Zamrud
khatulistiwa yang begitu luas terasa sempit dan mendesak menyesakkan
batang tenggorokan dengan polusi bertebaran di sana-sini. Pengangguran
di mana-mana, sekitar 8.319.779 penduduk Indonesia yang menjadi
pengangguran menurut hasil survei Badan Pusat Statistik bulan Agustus
2010 lalu, dan mirisnya sekitar 710.128 diantaranya adalah lulusan
sarjana. Masalah tersebut melengkapi chaos zamrud khatulistiwa.
Maka tak heran kalau sepanjang jalanan kota sering ditemukan pengemis,
gelandangan, dan anak-anak terlantar. Selain itu angka kriminalitas juga
semakin meningkat tajam karena pemikiran yang terlalu sempit dalam
menghadapi situasi seperti ini.
Sangat memperihatinkan! Di tengah-tengah kondisi tanah ibu pertiwi yang terus dikuras habis kekayaannya oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, 710.128 orang intelegen kita tidak tahu harus berbuat apa ketika mereka tidak berhasil mendapatkan pekerjaan yang diidamkan, mungkin karena mereka hanya menitikberatkan pekerjaan yang mewah dan bergengsi. Apakah kalian tahu PT Freeport McMoran di Timika Papua yang beroperasi di bidang pertambangan emas dan mineral? Petronas di Kalimantan yang beroperasi dalam eksplorasi minyak? Kedua perusahaan tersebut hanya sebagian kecil dari sekian banyak perusahan asing yang beroperasi di Indonesia dengan modal kekayaan sumber daya alam nasional kita. Tak bosankah melihat masyarakat kita menjadi buruh orang asing di negeri sendiri? Memang di sisi lain bisa memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia, tapi apakah kita merelakan begitu saja kondisi seperti ini? Seharusnya kita wahai para intelektual! Wahai para intelegensi bangsa! Seharusnya kita yang berada di balik layar perusahaan tersebut! Tapi, apa daya kalau memang sumber daya manusia kita belum bisa menjangkau sampai ke sana. Relakah? Pengangguran sebenarnya bukan hanya kesalahan dari pemerintah semata yang ‘katanya’ kurang menyediakan lapangan pekerjaan, tapi kurangnya kreatifitas dan inisiatif dari diri kita sendiri dalam menciptakan lapangan pekerjaan.
Sudah menjadi suatu keharusan bagi kita sebagai mahasiswa memikirkan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang tak kunjung selesai ini. Sebagai seorang intelegen, kita harus siap terjun ke dunia kerja dan juga harus siap menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat Indonesia, apalagi bagi para lulusan dari disiplin ilmu yang berkaitan langsung dengan alam. Kita aplikasikan untuk mengkaji, mengeksplorasi, dan memanfaatkan kekayaan alam Indonesia yang sangat berpotensi sebagai lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat setempat. Berbagai kajian disiplin ilmu memiliki peluang yang sama dalam menciptakan lapangan pekerjaan yang baru bagi diri sendiri dan masyarakat, bahkan semua kalangan pun sebenarnya bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri asalkan mereka mau berpikir kreatif, karena pada dasarnya manusia sebagai animal rational diberikan kekuatan berpikir dalam memecahkan beragam permasalahan hidup.
Tabel Kriteria Usaha Kecil dan Menengah Menurut World Bank
Coba bayangkan kalau seandainya para intelegensi kita berhasil mengembangkan kreatifitasnya untuk mendirikan sebuah usaha sesuai dengan bidang yang ditekuni minimal untuk kategori micro enterprise saja setiap 1 orang intelegen akan memberikan peluang bagi 9 orang warga yang pengangguran, dan ketika 710.128 orang intelegen mau bergerak dan bangkit untuk mendirikan usaha dengan bekal yang ia peroleh dari perguruan tinggi, maka bisa jadi 1 % dari jumlah intelegen yang sebelumnya menganggur berhasil mencapai puncak di level medium enterprise sehingga akan tersedia lapangan pekerjaan baru untuk sekitar 2.130.300 orang dan sisanya berhasil dari usaha micro enterprise yang akan menghasilkan lapangan kerja baru untuk 7.030.270 orang dengan total lowongan pekerjaan untuk 9.160.570 orang melebihi jumlah pengangguran Indonesia sekarang ini. Jadi masihkah kita akan membiarkan masalah pengangguran ini mengakar? Kalau ia, apa yang menjadi penyebabnya? Tidak ada modal? Tidak ada dana untuk mewujudkannya? Atau mungkin langsung menunjuk pemerintah sebagai biang keladinya karena sulit untuk memberikan bantuan? Salah besar! Modalnya ada di sekitar kita, bahkan ada di dalam diri kita sendiri, di dalam pikiran kita. Kita satukan kreatifitas dan alam sebagai modalnya. Why not? Jangan pernah mempersempit pemikiran dan jangan langsung melihat hubungan antara dua hal sebagai hubungan sebab akibat, bisa jadi apa yang kita amati merupakan akibat dari berbagai hal. Di samping itu, pemerintah harus mengikuti irama dari masyarakat itu sendiri untuk bergerak bersama-sama mewujudkan cita-cita bangsa. Mari kita ciptakan zona bebas pengangguran di Indonesia, dan kuncinya adalah The law of attraction, ‘Think something, feel something, doing something’ Keinginan yang kuat disertai dengan tekad dan usaha yang gigih.
from netsains.net
Sangat memperihatinkan! Di tengah-tengah kondisi tanah ibu pertiwi yang terus dikuras habis kekayaannya oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, 710.128 orang intelegen kita tidak tahu harus berbuat apa ketika mereka tidak berhasil mendapatkan pekerjaan yang diidamkan, mungkin karena mereka hanya menitikberatkan pekerjaan yang mewah dan bergengsi. Apakah kalian tahu PT Freeport McMoran di Timika Papua yang beroperasi di bidang pertambangan emas dan mineral? Petronas di Kalimantan yang beroperasi dalam eksplorasi minyak? Kedua perusahaan tersebut hanya sebagian kecil dari sekian banyak perusahan asing yang beroperasi di Indonesia dengan modal kekayaan sumber daya alam nasional kita. Tak bosankah melihat masyarakat kita menjadi buruh orang asing di negeri sendiri? Memang di sisi lain bisa memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia, tapi apakah kita merelakan begitu saja kondisi seperti ini? Seharusnya kita wahai para intelektual! Wahai para intelegensi bangsa! Seharusnya kita yang berada di balik layar perusahaan tersebut! Tapi, apa daya kalau memang sumber daya manusia kita belum bisa menjangkau sampai ke sana. Relakah? Pengangguran sebenarnya bukan hanya kesalahan dari pemerintah semata yang ‘katanya’ kurang menyediakan lapangan pekerjaan, tapi kurangnya kreatifitas dan inisiatif dari diri kita sendiri dalam menciptakan lapangan pekerjaan.
Sudah menjadi suatu keharusan bagi kita sebagai mahasiswa memikirkan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang tak kunjung selesai ini. Sebagai seorang intelegen, kita harus siap terjun ke dunia kerja dan juga harus siap menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat Indonesia, apalagi bagi para lulusan dari disiplin ilmu yang berkaitan langsung dengan alam. Kita aplikasikan untuk mengkaji, mengeksplorasi, dan memanfaatkan kekayaan alam Indonesia yang sangat berpotensi sebagai lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat setempat. Berbagai kajian disiplin ilmu memiliki peluang yang sama dalam menciptakan lapangan pekerjaan yang baru bagi diri sendiri dan masyarakat, bahkan semua kalangan pun sebenarnya bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri asalkan mereka mau berpikir kreatif, karena pada dasarnya manusia sebagai animal rational diberikan kekuatan berpikir dalam memecahkan beragam permasalahan hidup.
Tabel Kriteria Usaha Kecil dan Menengah Menurut World Bank
No
|
Usaha
|
Kriteria
|
||
Jumlah Karyawan
|
Jumlah Aset
|
Jumlah pendapatan/thn
|
||
1
|
Medium Enterprise |
≤ 300 orang
|
≥ $15 juta
|
≥ $15 juta
|
2
|
Micro Enterprise |
10 orang
|
$100 ribu
|
≤ $100 ribu
|
Coba bayangkan kalau seandainya para intelegensi kita berhasil mengembangkan kreatifitasnya untuk mendirikan sebuah usaha sesuai dengan bidang yang ditekuni minimal untuk kategori micro enterprise saja setiap 1 orang intelegen akan memberikan peluang bagi 9 orang warga yang pengangguran, dan ketika 710.128 orang intelegen mau bergerak dan bangkit untuk mendirikan usaha dengan bekal yang ia peroleh dari perguruan tinggi, maka bisa jadi 1 % dari jumlah intelegen yang sebelumnya menganggur berhasil mencapai puncak di level medium enterprise sehingga akan tersedia lapangan pekerjaan baru untuk sekitar 2.130.300 orang dan sisanya berhasil dari usaha micro enterprise yang akan menghasilkan lapangan kerja baru untuk 7.030.270 orang dengan total lowongan pekerjaan untuk 9.160.570 orang melebihi jumlah pengangguran Indonesia sekarang ini. Jadi masihkah kita akan membiarkan masalah pengangguran ini mengakar? Kalau ia, apa yang menjadi penyebabnya? Tidak ada modal? Tidak ada dana untuk mewujudkannya? Atau mungkin langsung menunjuk pemerintah sebagai biang keladinya karena sulit untuk memberikan bantuan? Salah besar! Modalnya ada di sekitar kita, bahkan ada di dalam diri kita sendiri, di dalam pikiran kita. Kita satukan kreatifitas dan alam sebagai modalnya. Why not? Jangan pernah mempersempit pemikiran dan jangan langsung melihat hubungan antara dua hal sebagai hubungan sebab akibat, bisa jadi apa yang kita amati merupakan akibat dari berbagai hal. Di samping itu, pemerintah harus mengikuti irama dari masyarakat itu sendiri untuk bergerak bersama-sama mewujudkan cita-cita bangsa. Mari kita ciptakan zona bebas pengangguran di Indonesia, dan kuncinya adalah The law of attraction, ‘Think something, feel something, doing something’ Keinginan yang kuat disertai dengan tekad dan usaha yang gigih.
from netsains.net
0 comments:
Post a Comment