Esai sastra adalah karangan prosa yang mengupas secara sepintas namun akurat, padat, dan berisi mengenai masalah kesusastraan, seni, dan budaya dari sudut pandang penulisnya secara subjektif.
Cara membuat esai:
- tentukan tema yang paling Anda kuasai;
- carilah bahan;
- buatlah outline atau poin-poin yang akan Anda bicarakan;
- tentukan judul;
- mulailah mengembangkan kerangka karangan.
Cara mengembangkan kerangka karangan esai:
- untuk memudahkan karangan, mulailah dengan sebuah definisi;
- kembangkan karangan dengan deskripsi situasi;
- masukan pandangan seorang ahli;
- buatlah kalimat-kalimat tunggal dan kalimat majemuk setara atau bertingkat dengan struktur yang sederhana;
- untuk memudahkan menguraikan paragraf gunakan paragaraf-paragraf deduktif;
- esai biasa adalah karangan argumentasi.
Contoh kumpulan buku esai sastra yang bisa dijadikan referensi adalah, Menjadi Manusia karya Yakob Sumarjo, Si Parasit Lajang karya Ayu Utami, Obsesi Perempuan Berkumis karya Budi Darma. Anda juga bisa melihat contoh esai sastra di media massa seperti Kompas, Pikiran Rakyat, dan lain-lain yang biasa muncul hari Minggu di lembar budaya. Di lembar Khazanah koran Pikiran Rakyat sering muncul esai sastra atau kritik sastra.
Contoh esai sastra yang akan saya jadikan referensi adalah esai yang dimuat di Harian Umum, Pikiran Rakyat, Minggu 17 Oktober 2010, dengan Judul Kemat Jaran Guyang ditulis oleh Supali Kasim. Wakil Ketua Lembaga Bahasa dan Sastra Cirebon.
Dalam esai tersebut beliau mengatakan bahwa nyaris tidak ada sastra cirebon ditemukan dalam bentuk penerbitan media massa maupun buku. Kalau pun ada, hanya dalam satu kolom kecil di suatu koran yang dimuat terbatas dan dicetak sederhana. Karya sastra cirebon ibaratnya hanya ditulis dan didokumentasikan di rumah penulisnya, tanpa mengetahui bagaimana harus diterbitkan.
Karya sastra yang dilahirkan pengarang sulit untuk dipublikasikan di media massa. Penerbit pun terbentur dengan kecilnya pangsa pasar. Hal ini berbeda dengan karya sastra sunda dan karya sastra jawa yang banyak dibahas dimana-mana, bahkan banyak media massa yang berbahasa tersebut, seperti Mangle, Galura, Sipatahuan, Kujang Giwangkara.
0 comments:
Post a Comment