Tahukah sobat dunia sains tentang beras emas (golden rice)?
Apa yang membuatnya beda dari beras biasa? Beras emas (golden rice) berbeda dari beras biasa (Oriza sativa) karena ia mengandung tujuh gen yang tidak dimiliki beras biasa. Ketujuh ge tersebut mengkode enam jenis protein yang tidak terdapat secara alami pada beras biasa. Keenam protein tersebut adalah fitoen sintase, fitoen desaturase, likopen siklase, feritin, fitase, dan metalotionin. Fitoen sintase, fitoen desaturase,dan likopen siklase merupakan enzim yang menyebabkan padi menyintesis beta karoten dari prekusor yang sudah dimiliki dan tersimpan dalam biji tumbuhan angiospermae. Feritin menyebabkan tanaman padi menaga kandungan zat besi dalam bijinya tetap tinggi. Fitase mencegah terhambatnya penyerapan zat besi dalam usus halus manusia. Dua dari gen-gen dalam jalur beta karoten diambil dari tanaman dafodil yang membentuk beta karoten dalam tubuhnya. Dua gen lainnya (yang bersama-sama mengkode satu protein) berasal dari bakteri yang tidak berbahaya Erwinia uredovora.
Beras emas merupakan ide Dr. Ingo Potrykus dari Swiss Federal Institute of Technology (ETH), tetapi dia tidak akan dapat mewujudkannya tanpa bantuan dari sejumlah koleganya di ETH, asisten laboratorium, dan ahli tanaman dafodil (Peter Beyer) serta ahli bakteri Erwinia. Dana untuk proyek tersebut berasal dari Yayasan Rockefeller, pemerintah Swiss, pemerintah Jerman, dan Uni Eropa.
Kendati dapat digunakan untuk mengatasi defisiensi beta karoten, beras emas juga memiliki beberapa kelemahan. Salah satunya, protein-protein baru yang terbentuk dalam tanaman padi tersebut dapat menimbulkan reaksi alergi. Selain itu, jika tanaman padi golden rice disilangkan dengan tanaman padi varietas lokal, hanya sedikit keturunannxa yang akan memiliki gen-gen beta karoten. Bahkan secara bertahap, gen-gen tersebut makin jaran muncul. Kelemahan lainnya, tanaman padi golden rice dapat menimbulkan dampak lingkungan yang tidak diharapkan.
0 comments:
Post a Comment