Sore
ini seperti biasa jutaan molekul hidrogen dan oksigen menyatu, menjadikat
titik-titik air yang jatuh mengguyur kota hujan ini. Aku termenung teringat
perjalanan hidupku sampai aku di kota hujan ini. Dua belas tahun yang lalu
diriku hanyalah seorang anak kecil yang polos, bahkan sangat polos yang selalu
bercita-cita menjadi dokter. Entah mengapa aku mempunyai keinginan menjadi
dokter waktu itu. Padahal aku berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja.
Ayahku hanya seorang petani kecil yang menggantungkan hidup dari hasil panen
sawah kami. Waktu itu belum pernah terfikir betapa besar biaya untuk menjadi
seorang dokter.
Aku
mulai mengenyam pendidikan dasar pertama di SD N Mergawati 01. Di sana aku
mulai tahu membaca, menulis, dan menghitung. Seiring bergantinya hari, bulan,
dan tahun, aku mulai tumbuh dan berkembang disini. Dan akhirnya bisa menyelesaikan
pendidikan dasar tepat 6 tahun. Aku berhasil menjadi lulusan terbaik di SD ku
waktu itu. Memang hasil itu yang selalu harus ku kejar, menjadi peringkat
pertama. Ibuku selalu mengingatkanku akan hal itu. Bahkan walaupun sudah dapat
peringkat satu, ibu atau ayah selalu mengomentari kalau ada nilaiku yang turun.
Mungkin hal itulah yang menyebabkanku selalu berusaha giat belajar.
Setelah
menyelesaikan pendidikan dasar yang pertama, aku melanjutkan di SMP N 1 Kroya
yang merupakan SMP favori. Dengan bekal nilai tertinggi, tentu mudah bagiku
untuk bisa diterima di sana. Di sana aku mendapat suasana yang benar-benar
berbeda dan baru. Tidak ada satu temanpun yang ku kenal sebelumnya. Tidak ada
teman SD yang satu SMP denganku. Tapi itu adalah pilihanku, entah kenapa aku
ingin melanjutkan disini. Sekuat tenaga aku berusaha menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang benar-benar baru. Bagiku ini adalah tantangan baru, aku harus
bisa membuktikan kalau aku bisa menjadi andalan di sana. Orang tuaku tak
henti-hentinya menberiku dukungan pada. Tahun pertama aku jalani dengan susah
payah, dan belum berhasil medapat hasil yang maksimal. Tapi aku tetap berusaha dengan
giat, untuk menjadi yang terbaik. Usaha yang dilakukan tidaklah sia-sia, di
tahun kedua, aku berhasil meraih posisi yang ditargetkan. Bahkan bisa menjadi
peringkat pertama di kelas. Karena itu, aku mulai ditunjuk untuk mengikuti
beberapa perlombaan. Namun, dari sekian banyak perlombaan yang diikuti belum
ada yang berhasil. Dan akhirnya aku menyelesaikan pendidikan SMP di tahun
ketiga. Aku kembali berhasil menjadi lulusan terbaik di SMP ku.
Banyak
teman-teman yang bertanya akan melanjutkan kemana aku. Dengan nilai yang bagus
tentu saja mudah untuk masuk kemana saja. Tapi aku memutuskan untuk masuk di
SMA N 1 Kroya. Aku memutuskan masuk disini karena berbagai pertimbangan.
Sebelumnya saya pernah berencana untuk melanjutkan ke SMK saja. Karena khawatir
tidak bisa melanjutkan ke bangku kuliah. Tentang cita-citaku, aku mulai pesimis
waktu itu. Aku sudah tidak berfikir lagi untuk menjadi dokter. Aku mulai
menyadari betapa besarnya biaya untuk kuliah menjadi dokter. Aku mulai
berfikir, yang terpenting bagiku adalah bisa membahagiakan orang tua. Yang
telah bersusah payah membesarkanku, mengasuhku, mendidikku, hingga aku bisa
menikmati hidup sampai sekarang. Tetapi, orang tuaku mengatakan padaku untuk
tetap pada pilihanku yang pertama, yaitu melanjutkan ke SMA saja. Mereka
meyakinkanku bahwa kalau aku bersungguh-sungguh pasti bisa mendapatkan jalan
untuk melanjutkan ke bangku kuliah. Oleh sebab itu, aku mulai terus berusaha
giat untuk bisa memperoleh nilai bagus dan mendapat beasiswa kuliah. Semangatku
mulai terpompa lagi, namun sebenarnya aku masih bingung dan terus berfikir mau
jadi apa aku nanti.
Bukan
hal yang sulit di SMA untuk menyesuaikan diri, karena kebanyakan teman-temanku
melanjutkan di sini. Aku mulai membuktikan kemampuanku di SMA ini. Di akhir
tahun pertama aku mendapat kesempatan untuk mengikkuti lomba tingkat provinsi.
Sungguh kesempatan langka yang pertama kali ku peroleh, apalagi di tahun
pertama. Namun aku masih gagal untuk meraih hasil yang diinginkan. Aku sangat
berharap bisa mendapat juara pada perlombaan yang aku ikuti agar mudah mendapat
beasiswa kuliah. Tahun kedua, merupakan tahun yang paling berkesan selama SMA.
Bisa dikatakan adalah masa terindah SMA. Di tahun kedua aku mendapat tambahan
amanah untuk menjadi ketua OSIS. Sebenarnya aku tak percaya dengan amanah yang
aku dapatkan. Aku belum pernah menjadi seorang ketua organisasi. Bahkan
sebelumnya aku adalah siswa dengan tipe study oriented. Hanya belajar dan
belajar, tidak pernah aktif dalam oraganisasi. Namun aku berusaha menjadi yang
terbaik untuk orang-orang yang memberi kepercayaan padaku.
Aku
mulai merasa lebih bermakna, ketika sekolah tidak hanya belajar saja. Memang
tugas utama kita adalah belajar, namun pengalaman organisasi seperti itu sangat
berharga bagiku. Pengalaman yang tidak bisa didapatkan di kelas. Hal tersebut
memberiku tantangan yang begitu besar. Aku harus bisa membegi waktu untuk
belajar dan organisasi. Bukanlah hal yang mudah, tapi aku berhasil
melakukannya. Satu hal yang membuatku bisa melakukan ini, janganlah mengecewakan
orang-orang yang sudah memberi keperrcayaan padamu. Itu yang selalu aku ingat,
aku tidak mau mengecewakan orang tuaku dengan turunnya nilaiku dan aku juga
tidak mau mengecewakan teman-teman serta bapak ibu guru yang memercayaiku
menjadi ketua OSIS. Hal lain yang menghiasi hari-hariku ditahun kedua dan
menjadikannya indah yaitu aku bisa mengikuti berbagai macam perlombaan ditengah
kesibukanku belajar dan berorganisasi. Itu merupakan tantangan lain yang harus
aku hadapi. Tapi hal itulah yang membuat semua lebih bermakna. Perlombaan yang
aku ikuti membuatku bisa berkeliling ke beberapa kota selama tahun kedua,
sungguh hal yang mengasikkan. Memang aku belum mendapat hasil yang maksimal,
namun setidaknya aku bersyukur bisa merasakan suatu hal yang belum tentu orang
lain rasakan.
Saat
masuk tahun ketiga masih ada satu hal yang selalu terfikirkan. Bagaimana aku
bisa melanjutkan pendidikanku? Di kelas aku mulai mendapat wawasan baru dari
guru BK, dan aku mulai melirik sekolah tinggi kedinasan. Selain biaya gratis,
lulusannya juga akan ditempatkan. Memang itu yang aku cari, bisa melanjutkan ke
perguruan tinggi. Namun dalam benak ini sebenarnya terfikir, bidang mana yang
sesuai denganku. Aku merasa kurang cocok dengan bidang-bidang itu. Tetapi aku
buang fikiran itu jauh-jauh, yang terpenting adalah bisa membehagiakan orang
tua. Di kebimbangan itu, ada seorang yang memberikan support pada ku. Beliau
adalah seorang guru di SMA ku dan sekaligus salah satu pembina OSIS. Aku memang
sangat dekat dengan beliau. Beliau menceritakan betapa keras perjuangannya dulu
saat kuliah. Hal tersebut memotivasiku, bahwa dengan keterbatasan bukan berarti
tidak mungkin menggapai keinginan kita. Sejak itu aku mulai belajar soal-soal
ujian masuk sekolah tinggi kedinasan yang aku dapat dari beliau dan juga
internet.
Seiring
berjalannya waktu, aku mendapat info lain tentang beasiswa bidik misi. Beasiswa
yang ditujukan untuk lulusan SMA yang ingin melanjutkan kuliah dan mempunyai
keterbatasan biaya. Aku sangat tertarik dengan beasiswa tersebut, karena bebas
memilih perguruan tinggi dan jurusan. Aku mulai meninggalkan keinginanku untuk
melanjutkan di sekolah tinggi kedinasan. Dari semakin banyak info yang ku
dapat, aku mulai memutuskan untuk memilih mengambil Ilmu Gizi di Institut
Pertanian Bogor. Entah kenapa aku sudah tidak tertarik lagi untuk menjadi
dokter. Menurut pemikiranku itulah bidang ggizi yang sesuai denganku. Lomba
Kader Kesehatan Remaja yang pernah aku ikuti menginspirasi untuk mengambil di
jurusan Ilmu Gizi.
Di
akhir tahun ketiga aku mendaftarkan diri di Institut Pertanian Bogor dan
mengambil jurusan Ilmu Gizi melalui jalur SNMPTN Undangan. Dua bulan kemudian
aku mendapat dua kabar gembira. Kabar yang pertama aku lulus SMA, dan yang
kedua aku diterima di Institut Pertanian Bogor jurusan Ilmu Gizi. Kabar yang
sungguh menggembirakan bagiku dan orang tuaku. Itulah buah dari usaha dan do’a
selama ini yang ku lakukan. Memang benar, apa yang kita lakukan sekarang akan
kita petik hasilnya nanti.
Sampailah
aku di kota hujan ini, mulai mengenyam pendidikan di bangku kuliah. Dari 5000
lebih pendaftar SNMPTN Undangan yang memilih Ilmu Gizi di IPB, aku berhasil
menjadi salah satu jari 70-an orang yang diterima. Sungguh tak terduga
sebelumnya. Dan aku telah menentukan pilihan yang tepat, karena jurusan Ilmu
Gizi IPB adalah yang terbaik se-Indonesia. Aku benar-benar bangga bisa masuk
disini, masuk dengan biaya Rp 0,- di perguruan big five Indonesia. Aku sudah
tidak mengkhawatirkan lagi masalah biaya kuliah, bahkan untuk biaya hidup sudah
ditanggung tiap bulannya. Yang harus ku fikirkan tetap menjaga kepercayaan dari
orang-orang yang telah memercayaiku. Dan bagaimana aku bisa bermanfaat untuk
negeri ini yang telah membiayai pendidikanku.
Keberhasilan
ini bukanlah akhir dari perjuanganku, tetapi merupakan awal dari perjuangan
baruku. Aku masih memiliki mimpi-mimpi besar lainnya yang akan aku gapai dengan
perjuangan, keyakinan, dan do’a. Aku ingin lebih berarti lagi, tidak hanya
sebagai mahasiswa yang study oriented yang hanya mengejar IP 4,00. Terlalu
sempit jika hanya itu yang diperjuangkan. Aku ingin lebih dari itu. Aku akan
kehilangan waktu-waktu indah saat kuliah jika hanya itu yang dikejar. Aku ingin
mengikuti event-event Internasional sehingga bisa merasakan matahari di belahan
bumi lain, merasakan budaya-budaya di belahan bumi lain selagi masih menjadi
mahasiswa. Aku juga ingin bisa bermanfaat tidak hanya untuk orang tua, dan
orang dekatku saja. Namun lebih luas daripada itu, aku ingin bermanfaat untuk
semua orang dan bisa memperbaiki negeri ini. Insya Allah terwujud. Amin.....
Bogor,
dibawah rintikan hujan senja Oktober
Angga
Rizqiawan